Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Fenomena laten atheis

Atheism_by_ChookbeatleDalam pandangan manusia modern, beragama itu relatif,....dengan maksud seberapa penting dan tidak pentingnya dalam menyokong hidup (manusia-manusia pragmatis).
Dasar pemikiran mereka bisa karena dihubungkan dengan kondisi politik, ekonomi, sosial atau apapun.
Pada satu kasus, seseorang menjadi Atheis karena bergulatan batin yang berkepanjangan mencari-cari eksistensi Tuhan. menyaksikan kontradiksi orang-orang beragama yang saling bertikai, mempelajari berbagai agama yang semua mengajarkan kebaikan, kasih sayang dan mempunyai Tuhan, lantas...?
Menarik simpul bahwa semua agama adalah sama.....

Berkelanjutan, pikiran mengembara menari mencari kebenaran Tuhan. Menggali dan lebih mengutamakan daya nalar, logika...mempertanyakan antara masuk akal dan tidak tentang Tuhan....begitu seterusnya.

" Bersandar kepada akal budi dan pengetahuan, mengikuti apa kata hati.
Pencarian mengenai semua agama sama baiknya, berujung pada dilema, seperti semua kecap adalah kecap no. 1, berarti semua agama sama buruknya.
Agama A mengatakan A-lah agama paling baik, dan agama B buruk. Sebaliknya agama B mengatakan hal yang sama mengenai dirinya sendiri, dan mengkategorikan agama A sebagai agama yang tak baik. Jika ada 1.000 agama di dunia, memilih salah satu berarti berharap 1 surga, tetapi bersiap masuk 999 neraka agama lain yang disiapkan bagi orang kafir.

Perjalanan pencarian atas Tuhan, dapat berakhir kepada satu pemahaman - Ikuti akal budimu, sergaplah ilmu pegetahuan, pelajari sejarah peradaban manusia.
Dan menjadilah Atheis, Tuhan dianggap imajiner, kebutuhan sosok imajiner yang Maha Adil, Maha Kasih, Maha Kuasa, dan bagaimana manusia berangsur-angsur menciptakan sosok Tuhannya, membunuhnya atau meninggalkannya, lalu menciptakan sosok Tuhan baru." (pemahaman Rainny Drupadi)
***
Seorang atheis, menjadi atheis, tidaklah salah dalam memaksimalkan daya pencariannya lewat akal budi dan pengetahuan (pikiran), hanya kurang belajar dan mempelajari lebih dalam lagi sebuah agama.
Didalam ajaran agama sendiri, manusia diarahkan agar tidak selalu bergantung dengan akal budi dan pikiran. Karena akal manusia tidak mampu mencapainya-pencarian Tuhan, maka diperlukanlah tuntunan agama lewat kitab suci dan pembawa risalah seorang Rasul-Nabi.

Tetapi kebanyakan mereka sudah cenderung skeptis apatis, sehingga begitulah akhirnya.
"Karena engkau begitu (hanya mengutamakan logika), maka beginilah anggapan engkau tentang Aku".


*Hanya opini, menanggapi tulisan Rainny Drupadi-seorang atheis.

-Pembelajaran, pemahaman dan belajar tentang fenomena laten Atheis-

2 komentar:

  1. Just be good. Seharusnya ateis tidak seperti itu, masa ateis malas mempelajari agama, padahal ia merupakan salah satu dari banyak cari mencapai sesuatu, dan ateis harusnya mencoba semuanya, namun acapkali rasa kecewa membuahkan dendam kesumat dan akhirnya membuat pandangannya tidak adil kepada teis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jika hati sudah diselubungi skeptis, mau dikata apa lagi?
      " mati hati terkunci - pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup"

      Hapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas