Pada pengembangan berikutnya ( lanjutan dari pembelajaran orang dewasa) muncul kesadaran bahwa apa yang semula hanya ditujukan kepada pembelajar dewasa, ternyata juga diperlukan oleh anak-anak dan remaja (siswa). Penjejalan, penghafalan dan penimbunan informasi lewat proses komunikasi searah yang otoritarianistik, disadari tidak dapat diandalkan untuk mendidik kaum muda. Anak-anak dan remaja / siswa tidak boleh dipandang sebagai obyek yang harus mau menerima bila diberi apa saja. Mereka adalah subyek yang memiliki hak asasi untuk bertanya dan menyatakan pandangannya sendiri, terlepas dari soal benar atau salah. Mereka harus didorong untuk terlibat dan melibatkan diri dalam proses pembelajaran di sekolah formal. Singkatnya mereka harus pertama dilihat seperti orang dewasa. Hanya saja karena mereka masih anak-anak dan remaja, maka perlu diberi ruang gerak yang cukup untuk bereksperimen dan melakukan berbagai kesalahan tanpa harus dihukum seperti halnya orang dewasa. Artinya, mereka harus diperlakukan sebagai kanak-kanak dan remaja belia dan tidak dituntut seperti orang berusia dewasa.
Salah satu hal yang jarang dipersoalkan adalah mengapa pembelajaran orang dewasa/adult education muncul ? Apakah ini merupakan sinyal gagalnya proses pembelajaran kaum muda diseluruh dunia ? Tidak efektifkah pendampingan lewat proses di dunia persekolahan ?
(ditulis ulang secara singkat sebagai konteks siswa di sekolah dari pandangan yang menyeluruh dari proses pembelajaran yang terkait dengan media, pelaku dan proses itu sendiri)
Sumber : Andrias Harefa
gambar dari : http://images03.olx.co.id/ui/2/55/72/32795372_1.jpg
Salah satu hal yang jarang dipersoalkan adalah mengapa pembelajaran orang dewasa/adult education muncul ? Apakah ini merupakan sinyal gagalnya proses pembelajaran kaum muda diseluruh dunia ? Tidak efektifkah pendampingan lewat proses di dunia persekolahan ?
(ditulis ulang secara singkat sebagai konteks siswa di sekolah dari pandangan yang menyeluruh dari proses pembelajaran yang terkait dengan media, pelaku dan proses itu sendiri)
Sumber : Andrias Harefa
gambar dari : http://images03.olx.co.id/ui/2/55/72/32795372_1.jpg
Postingan bagus nih..
BalasHapusYup pendewasaan anak...
Pendewasaan adalah pelarajan yang utama bagi anak,,,dalam meraih masa depan,,,,!!
BalasHapusWell...
nice posting pak,,,
salam sahabat
BalasHapusbagus sangat memberikan ispirasi bagaimana untuk mendidik dengan mendewasakan anak,maaf telat
yang sering terjadi adalah kita justru menganggap anak sebagai orang dewasa, sehingga jika kita sering marah dan menganggap anak sebagai orang yang bodoh jika dia tidak bisa memahami apa yang kita jelaskan
BalasHapusSetuju, bangeet...
BalasHapusKarena memang tdk bs d pungkiri ad sebagian para orang tua or guru yg menjadikan anak n anak didik mereka robot bernyawa, yg harus menelam semua ideologi dr mereka "shut up n listen" dan semua itu tentu tdk bs d benarkan...
"Anak kalian bukanlah anak kalian.
Mereka putra putri kehidupan yang
merindu pada dirinya sendiri.
Berikan kepada mereka cinta kalian,
tapi jangan gagasan kalian,
karena mereka memiliki gagasan sendiri.
Kalian boleh membuatkan rumah
untuk raga mereka,
tapi tidak untuk jiwa mereka,
sebab jiwa mereka adalah
penghuni rumah masa depan,
yang tidak bisa kalian kunjungi,
sekalipun dalam mimpi.
(K.G)
Semoga kwalitas pendidikan d negeri kita smakin membaik. Amieen...!!!
pendidikan memang harus sekreatif mungkin..
BalasHapus