Dari Daniel Goleman mengangkat kasus yang pernah ditanganinya, yaitu kasus Gary, pria berprofesi ahli bedah, seorang penderita aleksitimia.
Gary tidak dapat menunjukan simpati, apabila istrinya, Ellen, mengungkapkan rasa kecewanya. Gary selalu mengalihkan pembicaraan, setiap kali Ellen mengajak bicara tentang cinta. Alih-alih menunjukan empati, Gary justru melontarkan kritikan, tanpa menyadari bahwa tindakan itu membuat Ellen merasa diserang, bukan dibantu.
Gary tidak mengetahui perasaan orang lain, dan kelabakan apabila diminta untuk memahaminya. Kegagalan dalam mendata perasaan orang lain merupakan kekurangan mendasar dalam kecerdasan emosional.
Akan sangat ideal jika kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dapat diserasikan. Tiadanya keserasian akan menghambat pengendalian diri dan pengendalian emosi seseorang.
Apabila seseorang hanya mengandalkan IQ, sementara EQ rendah, ia akan menemui kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungannya. ia cenderung mengharapkan lingkungan menyesuaikan diri dengan pemikirannya. Sikap egois-mementingkan diri sendiri-membuat seseorang menutup telinga, enggan memberikan empatinya. Meskipun ia bukan penderita buta dan tuli, namun ia tidak mampu melihat ataupun mendengar dengan telinga dan mata hati.
Agak berbeda dengan simpati-kesadaran untuk memberikan pengertian terhadap pengalaman ataupun perasaan orang lain-, empati adalah penyaluran perasaan kita kedalam perasaan orang lain. Apabila kita mendengar seseorang sedang dilanda musibah, dengan menunjukan empati kita luruh, seolah ikut mengalami musibah itu.
Jika seseorang memiliki kemampuan untuk memancarkan (mengekspresikan) empati, ia akan dapat mendekatkan diri dengan pihak manapun yang membutuhkan empatinya. Dengan mudah ia menyatukan diri dalam satu gelombang pemikiran dengan penerima empati dan melakukan yang terbaik untuknya.
Sumber:
Daniel Goleman Jay (lahir 7 Maret 1946) adalah seorang penulis, psikolog, dan jurnalis sains. Selama dua belas tahun, ia menulis untuk The New York Times, yang mengkhususkan diri dalam psikologi dan ilmu otak. Dia adalah penulis lebih dari 10 buku tentang psikologi, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kepemimpinan.
Gambar:
http://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_Goleman
http://www.upcat.net/tag/empati-kurabilmek
Gary tidak dapat menunjukan simpati, apabila istrinya, Ellen, mengungkapkan rasa kecewanya. Gary selalu mengalihkan pembicaraan, setiap kali Ellen mengajak bicara tentang cinta. Alih-alih menunjukan empati, Gary justru melontarkan kritikan, tanpa menyadari bahwa tindakan itu membuat Ellen merasa diserang, bukan dibantu.
Gary tidak mengetahui perasaan orang lain, dan kelabakan apabila diminta untuk memahaminya. Kegagalan dalam mendata perasaan orang lain merupakan kekurangan mendasar dalam kecerdasan emosional.
Akan sangat ideal jika kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dapat diserasikan. Tiadanya keserasian akan menghambat pengendalian diri dan pengendalian emosi seseorang.
Apabila seseorang hanya mengandalkan IQ, sementara EQ rendah, ia akan menemui kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungannya. ia cenderung mengharapkan lingkungan menyesuaikan diri dengan pemikirannya. Sikap egois-mementingkan diri sendiri-membuat seseorang menutup telinga, enggan memberikan empatinya. Meskipun ia bukan penderita buta dan tuli, namun ia tidak mampu melihat ataupun mendengar dengan telinga dan mata hati.
Agak berbeda dengan simpati-kesadaran untuk memberikan pengertian terhadap pengalaman ataupun perasaan orang lain-, empati adalah penyaluran perasaan kita kedalam perasaan orang lain. Apabila kita mendengar seseorang sedang dilanda musibah, dengan menunjukan empati kita luruh, seolah ikut mengalami musibah itu.
Jika seseorang memiliki kemampuan untuk memancarkan (mengekspresikan) empati, ia akan dapat mendekatkan diri dengan pihak manapun yang membutuhkan empatinya. Dengan mudah ia menyatukan diri dalam satu gelombang pemikiran dengan penerima empati dan melakukan yang terbaik untuknya.
Sumber:
Daniel Goleman Jay (lahir 7 Maret 1946) adalah seorang penulis, psikolog, dan jurnalis sains. Selama dua belas tahun, ia menulis untuk The New York Times, yang mengkhususkan diri dalam psikologi dan ilmu otak. Dia adalah penulis lebih dari 10 buku tentang psikologi, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kepemimpinan.
Gambar:
http://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_Goleman
http://www.upcat.net/tag/empati-kurabilmek
definisi empati yang gamblang..
BalasHapusbisa menambah wawasan saya :)..
sangat jelas penjelasan tentang Empatinya , ,
BalasHapusnice post deh s0b :)
Empati diiringi dengan tindakan nyata...
BalasHapusJelas dan padat kang,.
BalasHapusmakasi telah berbagi,..
empati..harus dilakukan dengan tindakan ya Pak Guru..
BalasHapusAku pernah punya atasan yang (keliatannya) IQ nya tinggi tapi EQ-nya rendah seperti yang dijelaskan diatas. Memang, sangat stress bekerja sama dengan dia. Untung sekarang dia sudah resign :)
BalasHapus