Pendidikan merupakan hak dasar pada setiap manusia. Sebagai makhluk unik yang berbeda satu sama lain, kebutuhan terhadap pendidikan pun tidak sama. Masing-masing individu memiliki tingkat ketertarikan tertentu terhadap bidang keilmuan dan lembaga pendidikan (keberagaman).
Pengalaman saudara Hernowo ketika berada di Jepang, yang layak dijadikan bahan refleksi bersama.
"Waktu itu, saya melihat sebuah sekolah di Jepang ditayangkan di televisi. Sekolah itu tampaknya merupakan sekolah dasar. Saya tak tahu kelas berapa yang ditayangkan di televisi itu. Yang jelas, kelas itu riuh dan penuh oleh anak-anak. Saya kemudian mendengar sebarisan narasi yang dibacakan oleh si pembawa berita televisi. Narasi yang saya dengar itulah yang menarik perhatian saya."
"Diberitakan bahwa di sekolah itu, hampir setiap hari, awal kelas dimulai dengan adegan penceritaan. Murid-murid yang mengawali pelajarannya di kelas diminta maju satu persatu dan mengisahkan pengalaman hidupnya sehari lalu ketika berada di rumah. Oleh si guru, setiap murid diminta untuk maju di depan kelas dan bercerita. Saya bayangkan, anak-anak itu tentu menceritakan kisah-kisah yang mereka alami di rumah."
"Mendengar berita dan tayangan di televisi itu, imajinasi saya terus bergerak melayang entah kemana. Betapa asyiknya anak-anak sekolah di Jepang ketika berada di ruang kelasnya. Mereka tidak langsung dijejali oleh "pengalaman abstrak" si guru, bahkan dengan bebas mereka mengeluarkan secara aktif cerita setiap murid, dan kemudian mencatat hal-hal penting dari pengalaman si anak, lalu si guru mengaitkan dengan pelajaran yang akan diberikan kepada murid-muridnya pada hari itu."
Pengalaman pendidikan di jepang ini menarik untuk dijadikan sebagai bahan renungan bersama, pendidikan semacam ini merupakan bentuk pendidikan yang sangat menghargai keragaman anak didik. Mereka bebas berekspresi dan mengembangkan apa saja yang mereka miliki dalam pembelajaran.
Kondisi akan jauh berbeda jika proses pembelajaran diberlakukan pola penyeragaman.
"entah, mungkin di antah berantah sana..."
Sumber: PM-KdanA, Ngainun Naim
Gambar: http://say-s.tumblr.com/
***
Mengutip dari: Hernowo, Self-Digesting,"Alat"Menjelajah dan Mengurai Diri.Pengalaman saudara Hernowo ketika berada di Jepang, yang layak dijadikan bahan refleksi bersama.
"Waktu itu, saya melihat sebuah sekolah di Jepang ditayangkan di televisi. Sekolah itu tampaknya merupakan sekolah dasar. Saya tak tahu kelas berapa yang ditayangkan di televisi itu. Yang jelas, kelas itu riuh dan penuh oleh anak-anak. Saya kemudian mendengar sebarisan narasi yang dibacakan oleh si pembawa berita televisi. Narasi yang saya dengar itulah yang menarik perhatian saya."
"Diberitakan bahwa di sekolah itu, hampir setiap hari, awal kelas dimulai dengan adegan penceritaan. Murid-murid yang mengawali pelajarannya di kelas diminta maju satu persatu dan mengisahkan pengalaman hidupnya sehari lalu ketika berada di rumah. Oleh si guru, setiap murid diminta untuk maju di depan kelas dan bercerita. Saya bayangkan, anak-anak itu tentu menceritakan kisah-kisah yang mereka alami di rumah."
"Mendengar berita dan tayangan di televisi itu, imajinasi saya terus bergerak melayang entah kemana. Betapa asyiknya anak-anak sekolah di Jepang ketika berada di ruang kelasnya. Mereka tidak langsung dijejali oleh "pengalaman abstrak" si guru, bahkan dengan bebas mereka mengeluarkan secara aktif cerita setiap murid, dan kemudian mencatat hal-hal penting dari pengalaman si anak, lalu si guru mengaitkan dengan pelajaran yang akan diberikan kepada murid-muridnya pada hari itu."
Pengalaman pendidikan di jepang ini menarik untuk dijadikan sebagai bahan renungan bersama, pendidikan semacam ini merupakan bentuk pendidikan yang sangat menghargai keragaman anak didik. Mereka bebas berekspresi dan mengembangkan apa saja yang mereka miliki dalam pembelajaran.
Kondisi akan jauh berbeda jika proses pembelajaran diberlakukan pola penyeragaman.
***
"penyeragaman ......, dimana itu?""entah, mungkin di antah berantah sana..."
Sumber: PM-KdanA, Ngainun Naim
Gambar: http://say-s.tumblr.com/
sebetulnya dengan bercerita itu mereka akhirnya terbiasa mencetuskan ide baru, mimpi baru yang diwujudkan dalam nyata.
BalasHapuslah kalo disini bermimpi saja mahal..., hanya teori-teori mati sedikit praktikum.
Ayo pak guru...., dimulai dari anda, buat konsep baru meski nggak full. ok..???
kalau caranya bagus, kenapa tidak ditiru disini ya
BalasHapuskonsep keberagaman untuk mengetahui minat pada bidang keilmuan di lembaga pendidikan seperti sekolah dasar misalnya kalo memang bisa kita terapkan mengapa tidak ya untuk di Indonesia.
BalasHapusapapun sistemnya asal bisa dijalankan secara baik dan terlihat efektifitas positifnya ke peserta didik, saya rasa itu sudah bagus. Apalagi kalau kita menerapkan sistem yang memang lebih bagus lagi.
BalasHapussisi positifnya si anak jadi tidak malu saat berbicara di depan orang krn sudah terlatih saat di sekolah
BalasHapusSebuah kisah besar akan muncul dari cerita sehari-hari yang dibawakan dengan sentuhan hati. Cerita keseharian itulah yang ditanamkan pada muris-murid tersebut
BalasHapus