Atau pertanyaan selanjutnya,"Apakah Tasawuf penting bagi masyarakat Islam?"
Tasawuf itu tidak keluar dari Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya, sebagaimana banyak dijelaskan oleh para alim.
Tasawuf beroperasi pada penyucian jiwa dengan menempatkannya pada maqam ihsan dan muraqabah, mengajak kepada akhlak yang mulia, tidak dikuasai oleh dunia, menjauhkan diri dari bakhil, hasud, kebencian, ghibah, adu domba dan sifat-sifat tercela lainnya.
Orang sufi bukan hanya pemakai shuf (wol), namun seperti yang dikatakan seorang penyair:
Ketika masyarakat Islam mulai terlepas sedikit demi sedikit dari akhlak yang mulia, maka segala sesuatu tidak akan baik kecuali awalnya baik dengan kata lain tidak akan menjadi baik kecuali dengan kembali kepada akhlak masyarakat Islam pada masa awal.
Sekarang, kita berada dalam krisis akhlak yang parah. Ibadah-ibadah banyak tetapi tidak dianggap ibadah sebagaimana yang ada pada masa awal Islam. Ibadah hanya sebagai adat dan gerakan tanpa ruh yang hampir tidak dapat mencegah kejahatan, kemungkaran, dan perkataan bohong. Hubungan antarmanusia telah rusak. Semuanya mengejar keuntungan, tanpa memperdulikan halal dan haram ( nilai baik dan tidak baik).
Maka merebaklah perzinahan, minuman keras, dan kecanduan narkoba, penyakit al-wahn (kelemahan):cinta dunia dan takut mati.
Banyak forum seminar, ceramah dan nasihat yang disampaikan, namun tidak memberikan manfaat.
Dari semua kondisi tersebut, kembali keawal adalah keniscayaan, yaitu dengan memperbaiki fondasi dari bangunan badan ini, pondasi itu adalah akhlak yang mulia.
Rasulullah saw: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak".
Fondasi pertama adalah memperbaiki batin, ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan tidak akan selesai dengan bicara saja.
Pada masa lalu, tasawuf telah mencapai kesuksesan dalam mengekang hawa nafsu dan syahwat serta dalam menyucikan jiwa dan akhlak.
Kita bisa saja menanggalkan namanya, sebutannya (tasawuf), jika tidak merasa enak menggunakannya, lalu ambillah pedomannya yang telah ditempatkan untuk mendidik jiwa dan meluruskan akhlak. Setelah membersihkannya dari kecacatan dan pelanggarannya, kita dapat memanfaatkan dalam mengembalikan pendidikan masyarakat dan anak-anak kita.
Disekolah-sekolah, kita belajar moral positif yang berasal dari falsafah Barat, seperti Kant dari Jerman, August Conte dari Prancis, dan William James dari Amerika. Dasarnya adalah melaksanakan kewajiban karena itu merupakan sebuah kewajiban. Sebagaimana yang dikatakan Kant.
Lalu mengapa kita tidak mengajarkan kepada anak-anak, sejak usia dini, akhlak Nabi Muhammad yang dasarnya adalah melakukan kebaikan, meninggalkan kemungkaran, mengharapkan keridhaan Allah Swt?
Dengan cara membantu penerapannya pada kegiatan yang dipahami semua siswa sesuai dengan umurnya masing-masing serta tentu saja pengawasan mereka dirumah dan dimesjid, diperlukan kepedulian dari orangtua.
Menjadikan pelajaran tasawuf dengan mengambil hal-hal yang mendasar dan bersifat umum sebagai pembuka, dan sekaligus fondasi dari niat belajar selanjutnya untuk mendalami ilmu tasawuf itu sendiri atau pengetahuan lainnya.
Sekarang, seluruh dunia sedang mengalami krisis moral yang hilang kesabarannya menunggu orang yang dapat menyelamatkannya. Tentu saja bukan dengan menghunuskan pedang, namun dengan contoh dan teladan yang baik.
Gambar: http://www.mideastweb.org/Middle-East-Encyclopedia/sufism.htm
Tasawuf itu tidak keluar dari Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya, sebagaimana banyak dijelaskan oleh para alim.
Tasawuf beroperasi pada penyucian jiwa dengan menempatkannya pada maqam ihsan dan muraqabah, mengajak kepada akhlak yang mulia, tidak dikuasai oleh dunia, menjauhkan diri dari bakhil, hasud, kebencian, ghibah, adu domba dan sifat-sifat tercela lainnya.
Orang sufi bukan hanya pemakai shuf (wol), namun seperti yang dikatakan seorang penyair:
Orang-orang berselisih tentang sufi
sebagian menduganya berasal dari kata shuf
aku tidak memberikan nama ini selain untuk yang shafi (bersih)
hingga ia dinamai dengan sufi
Ketika masyarakat Islam mulai terlepas sedikit demi sedikit dari akhlak yang mulia, maka segala sesuatu tidak akan baik kecuali awalnya baik dengan kata lain tidak akan menjadi baik kecuali dengan kembali kepada akhlak masyarakat Islam pada masa awal.
Sekarang, kita berada dalam krisis akhlak yang parah. Ibadah-ibadah banyak tetapi tidak dianggap ibadah sebagaimana yang ada pada masa awal Islam. Ibadah hanya sebagai adat dan gerakan tanpa ruh yang hampir tidak dapat mencegah kejahatan, kemungkaran, dan perkataan bohong. Hubungan antarmanusia telah rusak. Semuanya mengejar keuntungan, tanpa memperdulikan halal dan haram ( nilai baik dan tidak baik).
Maka merebaklah perzinahan, minuman keras, dan kecanduan narkoba, penyakit al-wahn (kelemahan):cinta dunia dan takut mati.
Banyak forum seminar, ceramah dan nasihat yang disampaikan, namun tidak memberikan manfaat.
Dari semua kondisi tersebut, kembali keawal adalah keniscayaan, yaitu dengan memperbaiki fondasi dari bangunan badan ini, pondasi itu adalah akhlak yang mulia.
Rasulullah saw: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak".
Fondasi pertama adalah memperbaiki batin, ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan tidak akan selesai dengan bicara saja.
Pada masa lalu, tasawuf telah mencapai kesuksesan dalam mengekang hawa nafsu dan syahwat serta dalam menyucikan jiwa dan akhlak.
Kita bisa saja menanggalkan namanya, sebutannya (tasawuf), jika tidak merasa enak menggunakannya, lalu ambillah pedomannya yang telah ditempatkan untuk mendidik jiwa dan meluruskan akhlak. Setelah membersihkannya dari kecacatan dan pelanggarannya, kita dapat memanfaatkan dalam mengembalikan pendidikan masyarakat dan anak-anak kita.
Disekolah-sekolah, kita belajar moral positif yang berasal dari falsafah Barat, seperti Kant dari Jerman, August Conte dari Prancis, dan William James dari Amerika. Dasarnya adalah melaksanakan kewajiban karena itu merupakan sebuah kewajiban. Sebagaimana yang dikatakan Kant.
Lalu mengapa kita tidak mengajarkan kepada anak-anak, sejak usia dini, akhlak Nabi Muhammad yang dasarnya adalah melakukan kebaikan, meninggalkan kemungkaran, mengharapkan keridhaan Allah Swt?
Dengan cara membantu penerapannya pada kegiatan yang dipahami semua siswa sesuai dengan umurnya masing-masing serta tentu saja pengawasan mereka dirumah dan dimesjid, diperlukan kepedulian dari orangtua.
Menjadikan pelajaran tasawuf dengan mengambil hal-hal yang mendasar dan bersifat umum sebagai pembuka, dan sekaligus fondasi dari niat belajar selanjutnya untuk mendalami ilmu tasawuf itu sendiri atau pengetahuan lainnya.
Sekarang, seluruh dunia sedang mengalami krisis moral yang hilang kesabarannya menunggu orang yang dapat menyelamatkannya. Tentu saja bukan dengan menghunuskan pedang, namun dengan contoh dan teladan yang baik.
Gambar: http://www.mideastweb.org/Middle-East-Encyclopedia/sufism.htm
iya, sependapat mas. belajar tasawuf utk menyucikan jiwa dan akhlaq, tentunya dengan pondasi aqidah yang kuat agar tdk melenceng. syariat dan hahekat harus berjalan beriringan, jgn sampai atas nama tasawuf merasa sudah mencapai tingkatan marifat & hakekat lantas syariat malah ditinggalkan...salam mas
BalasHapusbetul sekarang ini ibadah hanya di jadikan ritual atau kebiasana tanpa makna walau tidak semua begitu
BalasHapus