Disiplin itu ada dua jenis, yaitu sebuah disiplin yang bisa membangun harga diri anak dan sebuah disiplin yang digunakan dengan cara merusak harga diri anak.
Mengapa orangtua seringkali terperangkap menerapkan disiplin negatif yang merusak harga diri seorang anak?
Kebanyakan dari apa yang terjadi dan dari pengalaman perjalanan hidup sekitar, mereka mengatakan bahwa sebenarnya mereka itu kesal dengan dirinya sendiri, mereka capek harus mengurus ekonomi keluarga, harus mengurus bekerja, harus mengurus bisnis, harus ini itu dan sebagainya.
Termasuk juga harus mengurus pasangan, mengurus papanya, mengurus mamanya dan kemudian sekarang tiba-tiba dihadapkan seorang anak yang “mama..” dan kemudian merengek ini dan itu.
Anda begitu capek dengan diri sendiri dan terpicu, kemudian Anda punya ekspektasi seharusnya kamu tidak boleh begitu, kamu sudah besar.
Kita meledak dan kita marah, pada akhirnya kita menghukum mereka. Yah itulah salah satu penyebab disiplin negatif, sebetulnya kita capek, kita kesal dengan diri kita sendiri. Anda pernah merasakannya, saya juga pernah merasakannya.
Berikutnya adalah melihat contoh, bahwa kita dulu dibesarkan dengan cara seperti itu dan sekarang akhirnya kita sukses. Karena itu kita berpikir bahwa itulah cara mendidik anak yang benar dan kemudian kita mencontoh cara-cara itu dan kita melakukannya tanpa berpikir panjang lagi.
Jadi kita melihat contoh-contoh bahwa seperti itulah seharusnya disiplin
dilakukan dan mungkin jika Anda bertanya “kalau saya dengan begitu saja bisa sukses seharusnya anak saya juga bisa dong”. Disamping bertanya seperti itu, menurut saya ada baiknya juga dia bisa berdoa semoga suatu hari dia memperoleh pencerahan sehingga apa-apa yang dilakukan di masa kecil anaknya itu tidak akan dimaknai dengan salah oleh sang anak.
Sebab yang lainnya adalah, karena kita belajar sepotong-sepotong dan kita tidak tahu cara yang lain. Satu-satunya cara yang kita tahu adalah itu dan akhirnya kita pakai terus cara itu sampai kapanpun.
Coba Anda renungkan satu hal lagi, mari bersama-sama kita pikir seandainya kita dibesarkan dengan cara yang lebih positif, pasti hasilnya akan lebih baik lagi.
Apakah kemungkinan sukses kita saat ini jauh lebih besar dari yang sekarang kita capai?
Atau mungkin jauh lebih cepat dari yang sekarang ini kita capai, apakah ada kemungkinan itu?
Ya saja tentu ada, karena itu marilah kita menggunakan sebuah disiplin yang bisa membangun harga diri seseorang anak sehingga akhirnya anak kita nantinya tidak harus menghabiskan waktunya untuk mencari puzzle-puzzle di dalam dirinya yang tercerai berai karena proses pendidikan dan proses pola asuh yang kurang tepat yang ia alami waktu kecil.
Sumber: Pendidikan karakter.com
Gambar: http://noeivan.blogspot.com
Mengapa orangtua seringkali terperangkap menerapkan disiplin negatif yang merusak harga diri seorang anak?
Kebanyakan dari apa yang terjadi dan dari pengalaman perjalanan hidup sekitar, mereka mengatakan bahwa sebenarnya mereka itu kesal dengan dirinya sendiri, mereka capek harus mengurus ekonomi keluarga, harus mengurus bekerja, harus mengurus bisnis, harus ini itu dan sebagainya.
Termasuk juga harus mengurus pasangan, mengurus papanya, mengurus mamanya dan kemudian sekarang tiba-tiba dihadapkan seorang anak yang “mama..” dan kemudian merengek ini dan itu.
Anda begitu capek dengan diri sendiri dan terpicu, kemudian Anda punya ekspektasi seharusnya kamu tidak boleh begitu, kamu sudah besar.
Kita meledak dan kita marah, pada akhirnya kita menghukum mereka. Yah itulah salah satu penyebab disiplin negatif, sebetulnya kita capek, kita kesal dengan diri kita sendiri. Anda pernah merasakannya, saya juga pernah merasakannya.
Berikutnya adalah melihat contoh, bahwa kita dulu dibesarkan dengan cara seperti itu dan sekarang akhirnya kita sukses. Karena itu kita berpikir bahwa itulah cara mendidik anak yang benar dan kemudian kita mencontoh cara-cara itu dan kita melakukannya tanpa berpikir panjang lagi.
Jadi kita melihat contoh-contoh bahwa seperti itulah seharusnya disiplin
dilakukan dan mungkin jika Anda bertanya “kalau saya dengan begitu saja bisa sukses seharusnya anak saya juga bisa dong”. Disamping bertanya seperti itu, menurut saya ada baiknya juga dia bisa berdoa semoga suatu hari dia memperoleh pencerahan sehingga apa-apa yang dilakukan di masa kecil anaknya itu tidak akan dimaknai dengan salah oleh sang anak.
Sebab yang lainnya adalah, karena kita belajar sepotong-sepotong dan kita tidak tahu cara yang lain. Satu-satunya cara yang kita tahu adalah itu dan akhirnya kita pakai terus cara itu sampai kapanpun.
Coba Anda renungkan satu hal lagi, mari bersama-sama kita pikir seandainya kita dibesarkan dengan cara yang lebih positif, pasti hasilnya akan lebih baik lagi.
Apakah kemungkinan sukses kita saat ini jauh lebih besar dari yang sekarang kita capai?
Atau mungkin jauh lebih cepat dari yang sekarang ini kita capai, apakah ada kemungkinan itu?
Ya saja tentu ada, karena itu marilah kita menggunakan sebuah disiplin yang bisa membangun harga diri seseorang anak sehingga akhirnya anak kita nantinya tidak harus menghabiskan waktunya untuk mencari puzzle-puzzle di dalam dirinya yang tercerai berai karena proses pendidikan dan proses pola asuh yang kurang tepat yang ia alami waktu kecil.
Sumber: Pendidikan karakter.com
Gambar: http://noeivan.blogspot.com
Dulu pernah nonton acara di metro tv kalo enggak salah namanya Nanny 911 atau supernanny. Pokoknya acara itu berkisar tentang Nanny atau pengasuh anak yang mengajari orang tua untuk mendidik anaknya supaya disiplin. Acara yang bagus cuma sekarnag kayaknya udah enggak tayang di metro tv
BalasHapusiya, tapi di AXN, TV luar sy pernah liat.
HapusMembutuhkan kedewasaan yang baik dalam mendidik anak, karena beda jaman, beda lingkungan, beda kepribadian, beda cara membimbing anak. Semoga kita orang tua bisa menempatkan diri sebaiknya dengan jalan kesabaran dan keteladanan dalam membimbing anak. Agar kita tidak menciptakan anak sesuai degn emosi kita.
BalasHapusair cucuran atap jatuhnya tidak jauh dari sumbernya atau buah, jika jatuh ga jauh dari pohon induknya...pernah mendapati ada orang tua yang menyuruh anak balitanya meneriaki orang tua lain dengan maksud mencemooh....coba?!
HapusHarapanku, kelak, anak-anakku menjadi warisan utamaku untuk kehidupan dunia dan akheratku. Jadi pendidikan berkarakter berusaha kurengkuh dan kupraktekkan. Semoga berhasil, semoga berhasil.
BalasHapussependapat, sependapat..amin..amin mba.
HapusAku selalu berusaha menjadi ibu dan juga sahabat yang baik buat Valeska. Tapi terkadang aku merasa tidak bisa tega dan tegas padanya :( Itu kelemahanku yang paling fatal.
BalasHapusKira-kira, bagaimana cara mengatasinya ya, Cikgu?
Bagaimana caranya disiplin yang membangun harga diri anak itu?
meminjam kata dari gurunya guruku...yakni Tauuuuladan.....teladan yang pasti dari orang tuanya atau keluarga terdekatnya atau yang berusia jauh lebih dewasa....Karena anak kecil disekitar kita sangat bergantung dengan para dewasa disekitarnya.
HapusKunjungan perdana,Bos.....
BalasHapusSbg orang tua dari anak umur 2 thn,msh perlu banyak belajar lg dlm mendidik anak.
jangan panggil bos bu
HapusUdah q folback ya???
BalasHapusAf,baru sempat folback sekarang