Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Syariat shalat sebelum Isra' Mi'raj

shalat
Syariat shalat sebelum peristiwa Isra' Mi'raj; Bahwasanya syariat mengenai shalat sudah dikenal sebelum peristiwa tersebut. Berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim.

Isi hadits tersebut menceritakan dialog panjang antara Heraclius (Kaisar dari Kerajaan Romawi Timur) dan Abu Sufyan bin Harb, tokoh suku Quraisy yang memusuhi Nabi, ketika dia mendapat surat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Surat itu diterima Heraclius ketika baru memenangkan peperangan melawan bangsa Persia dan merebut Tanah Suci Yerusalem.
Ketika surat itu sampai, Kaisar mengundang anggota suku Quraisy ke ruangannya.
Kebetulan saat itu Abu Sufyan bin Harb,berada di Negeri Syam (Suriah). Ia dan beberapa Quraisy lainnya dibawa ke Yerusalem menghadap kaisar.
Mengetahui bahwa antara Nabi dan Abu Sufyan ada hubungan darah, Kaisar mengajukan pertanyaan tentang Muhammad.

Heraclius bertanya kepada Abu Sufyan,
“Apa yang diperintahkan nabi itu kepada kalian?”

Jawab Abu Sufyan,
Nabi itu mengajarkan, “Beribadahlah kepada Allah semata dan jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun, tinggalkan apa yang menjadi ajaran nenek moyang kalian. Dia memerintahkan kami untuk shalat, zakat, bersikap jujur, menjaga kehormatan, dan menyambung silaturahim.”
(HR. Bukhari 7 dan Muslim 1773)

Penjelasaan hadis ini:
Kisah ini menunjukkan bahwa perintah terpenting yang diserukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya adalah shalat, sebagaimana beliau memerintahkan mereka untuk bersikap jujur, menjaga kehormatan… Ajaran ini menjadi terkenal hingga tersebar ke berbagai pengikut agama selain islam.
Karena Abu Sufyan ketika dialog itu masih musyrik, dan Heraclius beragama Nasrani.
Dan sejak diutus Rasul senantiasa memerintahkan untuk bersikap jujur dan menjaga kehormatan, beliau juga senantiasa shalat, sebelum shalat diwajibkan (shalat 5 waktu).
(Fathul Bari Ibn Rajab, 2/303).
***
Kemudian dasar lainnya dari hadits riwayat Nasai.
Pernah ada seseorang yang bertanya kepada A’isyah tentang shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menjawab:

"Pernahkah anda membaca surat ini (surat Al-Muzammil)? Sesungguhnya Allah mewajibkan shalat malam seperti di awal surat ini.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya melaksanakan shalat malam selama setahun, sampai kaki mereka bengkak, dan Allah tidak turunkan ayat-ayat akhir surat ini selama 12 bulan.
Kemudian Allah menurunkan keringanan untuk shalat malam seperti disebutkan pada akhir surat ini, sehingga shalat malam hukumnya anjuran, setelah sebelumnya kewajiban".
(HR. Nasai 1601, Ibnu Khuzaimah 1127).

(jumhur ulama berpendapat bahwa shalat yang wajib pertama kali adalah shalat malam, berdasarkan QS. Al Muzzammil: 1 - 19. Selain shalat malam tersebut, dilaksanakan pula shalat sunnah pada waktu pagi dan petang-Hal ini berdasarkan ayat: dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (QS. Al Mu’min: 55). Shalat malam sendiri kemudian hukumnya menjadi sunah setelah turun QS. Al Muzzammil ayat ke 20.)
***
Sebagian ulama mengatakan, kewajiban shalat pertama kali adalah 2 rakaat di waktu subuh dan 2 rakaat sore hari. Berdasarkan keterangan Qatadah – seorang tabiin, muridnya Anas bin Malik
-Puasa pertama kali yang diperintahkan adalah puasa 3 hari setiap bulan, dan shalat 2 rakaat di waktu pagi dan 2 rakaat di waktu sore. (Tafsir At-Thabari, 3/501).

Tetapi ada ulama yang menolak keterangan Qatadah ini.
***
Dari dasar berikutnya:
Sesungguhnya shalat sudah diajarkan sejak Nabi Ibrahim alaihi sallam Hal ini diketahui dari doanya, “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku.” (Ibrahim 14:40).

Teknik pelaksanaan shalat yang dilakukan Nabi Ibrahim alaihi sallam berbeda dengan tata cara salat yang diwajibkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah Isra Mi’raj, karena setiap nabi diberi tata cara ibadah yang berbeda, “Untuk setiap umat, kami berikan aturan ibadah dan jalan yang terang” (Al-Maidah 5:48).

Ketika shalat belum diwajibkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau melakukan shalatnya seperti yang dilakukan Ibrahim alaihi sallam karena agama yang dianut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum diangkat menjadi rasul adalah Al-hanifiyyah yaitu mengikuti ajaran atau keyakinan dan cara ibadah yang diajarkan Nabi Ibrahim alaihi sallam sekalipun beberapa ajaran Ibrahim alaihi sallam sudah mengalami distorsi oleh kemusyrikan kaum jahiliah.

Setelah peristiwa Isra’ Miraj, maka shalat yang wajib dilaksanakan adalah shalat wajib lima waktu, yaitu; Shubuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya.
Nabi bersabda: Allah telah mewajibkan kepada umatku pada malam isra (miraj) lima puluhkali shalat, maka aku selalu kembali menghadap-Nya dan memohon keringanan sehingga dijadikan kewajiban shalat itu lima kali dalam sehari semalam. (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikian, pada intinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat telah mengenal shalat sebelum peristiwa isra mi’raj.

Gambar:kmphlynx.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas