Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Pendapat mengenai Alhamdu

Alhamdulillah
Berbagai pendapat ulama salaf mengenai Alhamdu, Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayah-ku,
telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar Al-Qutai'i, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Hajjaj, dari Ibnu Abu Mulai-kah,
dari Ibnu Abbas Radhiyallahu `anhu yang mengatakan bahwa Khalifah Umar Radhiyallahu 'anhu pernah berkata, "Kami telah mengetahui makna subhanallah dan lailaha illallah, lalu apakah makna alhamdu lillah?'' Ali Karramallahu Wajhah menjawab, "Ia merupakan suatu kalimah yang diridhai oleh Allah untuk diri-Nya."

Asar yang sama diriwayatkan pula oleh selain Abu Ma'mar, dari Hafs, disebutkan bahwa Khalifah Umar bertanya _kepada Ali, sedangkan
teman-teman Umar berada di hadapannya, "La ilaha illallah, subhanallah, dan Allahu akbar telah kami ketahui maknanya. Apakah
yang dimaksud dengan alhamdu lillah? Ali Karramallahu Wajhah menjawab, "Ia adalah suatu kalimah yang disukai oleh Allah Subhanahu wa ta'ala buat diri-Nya, diridai buat diri-Nya, dan suka bila diucapkan."

Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an menceritakan dari Yusuf ibnu Mihran yang mcnceritakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, "Alhamdulillah adalah kalimat syukur. Apabila seorang hamba mengucapkan, "Segala puji bagi Allah,' maka Allah Subhanahu wa ta'ala. berfirman, 'Hamba-Ku te-lah bersyukur kepada-Ku'." Asar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan pula bersama Ibnu Jarir, dari hadits Bisyir ibnu Imarah. dari Abu Rauq. dari Dahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatkan bahwa alhamdu lillah sama dengan asy-syukru lillah yakni berterima kasih kepada-Nya dan mengakui segala nik'mat-Nya. hidayah-Nya, penciptaan-Nya, dan lain-lainnya.
Ka'b Al-Ahbar mengatakan, alhamdu lillah adalah pujian kepada Allah. Ad-Dahhak mengatakan, alhamdu lillah merupakan selendang
(sifat) Tuhan Yang Maha Pemurah; di dalam sebuah hadis disebutkan hal yang semisal.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ib-nu Amr As-Sukuni, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul
Walid, telah menceritakan kepadaku Isa ibnu Ibrahim, dari Musa ibnu Abu Habib, dari Al-Hakam ibnu Umair yang dianggap sebagai
sahabat. Dia menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alahi wassallam pernah bersabda:
Apabila kamu ucapkan, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam," berarti engkau telah bersyukur kepada Allah, dan Dia niscaya akan menambahkan (nikmat-Nya) kepadamu.

Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Al-Hasan, dari
Al-Aswad ibnu Sari' yang menceritakan, "Aku pernah bertanya,
'Wahai Rasulullah, maukah engkau bila aku bacakan kepadamu pujian-pujian yang biasa kupanjatkan kepada Rabbku Yang Mahasuci
dan Mahatinggi.' Nabi Shallallahu 'alahi wassallam menjawab, 'Ingatlah, sesungguhnya Tuhan-mu menyukai alhamdu (pujian)'." Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Nasai, dari Ali ibnu Hujr, dari Ibnu Ulayyah, dari Yunus ibnu Ubaid, dari Al-Hasan, dari Al-Aswad dari Sari' dengan lafaz yang sama.
Abu Isa Al-Hafiz (yaitu Imam Turmuzi) Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadis Musa ibnu Ibrahim ibnu Kasir, dari Talhah ibnu Khirasy, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alahi wassallam pernah bersabda:
Zikir yang paling afdal (utama) ialah, "Tidak ada Tuhan selain Allah," dan doa paling afdal ialah, "Segala puji bagi Allah."
Imam Turmuzi mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib.

Ibnu Majah meriwayatkan melalui Anas ibnu Malik radhiallahu anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alahi wassalam pernah bersabda:
Tidak sekali-kali Allah memberikan suatu nikmat kepada seorang hamba, lalu si hamba mengucapkan, 'Segala puji bagi Allah,'
melainkan apa yang diberikan oleh Allah (pahala) lebih afdal daripada apa yang diterimanya.

Al-Qurtubi di dalam kitab Tafsir-nya. dan di dalam kitab Nawadirul Usul telah meriwayatkan melalui Anas radhiallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alahi wassallam, bahwa Nabi Shallallahu 'alahi wassallam pernah bersabda:
Seandainya dunia berikut semua isinya berada di tangan seorang lelaki dari kalangan umatku, kemudian dia mengucapkan, "Segala puji bagi Allah," niscaya kalimat alhamdu lillah (yang telah dia ucapkan itu) jauh lebih afdal daripada hal itu (dunia dan seisinya).

Al-Qurtubi dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud dari hadis ini ialah "ilham yang diberikan oleh Allah kepadanya untuk mengucapkan kalimah 'segala puji bagi Allah' benar-benar lebih banyak mengandung nikmat baginya daripada semua nikmat dunia". Dikatakan demikian karena pahala memuji Allah bersifat kekal, sedangkan nikmat dunia pasti lenyap dan tidak akan kekal. Allah Subhanahu wa ta'ala telah berfirman:
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahala-nya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Al-Kahfi: 46)

Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah disebutkan melalui Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam pernah bercerita kepada mereka (para sahabat):
Bahwa ada seorang hamba Allah mengucapkan doa, "Wahai Tuhanku, bagi Engkau segala puji sebagaimana yang layak bagi keagungan zat-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu."
Maka kedua malaikatnya merasa kesulitan, keduanya tidak mengetahui bagaimana mencatat (pahala)nya, lalu keduanya naik melapor
kepada Allah dan berkata, "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya ada seorang hamba mengucapkan suatu kalimat (doa) yang kami tidak
mengetahui bagaimana mencatatnya." Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman —Dia Maha Mengetahui apa yang diucapkan oleh hamba-Nya itu—, "Apakah yang telah diucapkan oleh hamba-Ku itu" Keduanya menjawab, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya dia telah mengatakan,
'Bagi Engkau segala puji, wahai Tuhanku, sebagaimana yang layak bagi keagungan zat-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu."
Lalu Allah berfirman kepada kedua malaikat ilu, "Catatlah olehmu berdua seperti apa yang diucapkan oleh hamba-Ku hingga dia
bersua dengan-Ku, maka Aku akan membalas pahalanya secara langsung."

Al-Qurtubi menceritakan dari segolongan ulama yang pernah mengatakan bahwa ucapan seorang hamba, "Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam," adalah lebih afdal daripada ucapannya, "Tidak ada Tuhan selain Allah", mengingat kalimat alhamdu lillahi rabbil
'ala-mina mengandung makna tauhid bersama pujian.

Sedangkan ulama lain mengatakan bahwa ucapan, "Tidak ada Tuhan selain Allah," adalah lebih afdal, mengingat kalimat inilah yang
memisahkan antara iman dan kekafiran, karena kalimat ini pula manusia diperangi hingga mereka mau mengucapkan, "Tidak ada Tuhan selain Allah," seperti yang telah disebutkan di dalam sebuah hadis yang muttafaq 'alaih. Di dalam hadis lain dinyatakan:
Doa yang paling utama diucapkan olehku dan oleh para nabi sebelumku ialah, "Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya."

Dalam pembahasan yang lalu disebutkan sebuah hadis melalui Jabir secara marfu':
Zikir yang paling utama ialah, "Tidak ada Tuhan selain Allah," dan doa yang paling utama ialah, "Segala puji bagi Allah."
Hadis ini dinilai hasan oleh Imam Turmuzi.

Huruf alif dan lam dalam lafaz alhamdu menunjukkan makna yang mencakup segala macam pujian dan semua jenisnya hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala, sebagaimana yang telah dinyatakan di dalam sebuah hadis:
Ya Allah, hanya milik-Mu-lah segala puji, dan hanya milikMu-lah semua kerajaan, serta di tangan kekuasaanMu-lah semua kebaikan, dan hanya kepada Engkaulah kembali semua urusan.

Istilah "Rabb" artinya "pemilik yang berhak ber-tasarruj", menurut istilah bahasa diucapkan menunjukkan arti tuan dan orang yang
ber-tasarruf untuk perbaikan. Pengertian tersebut masing-masing sesuai dengan hak Allah Subhanahu wa ta'ala, Lafaz Rabb tidak dapat dipakai untuk selain Allah Subhanahu wa ta'ala, melainkan di-mudaf-kan. Untuk itu, katakanlah olehmu Rabbud Dar (pemilik rumah) dan Rabb Kaza (pemilik anu). Lafaz Rabb yang dimaksudkan adalah Allah Subhanahu wa ta'ala, hanya dipakai tanpa mu-daf. Menurut suatu pendapat, lafaz Rabb adalah Ismul A'zam. Al-'alamina bentuk jamak dari 'alamun, artinya "semua yang ada selain Allah Subhanahu wa ta'ala"; dan lafaz 'alamun sendiri bentuk jamak yang tidak ada bentuk tunggal dari lafaz aslinya.

Sedangkan lafaz al-'awalim artinya "berbagai macam makhluk yang ada di langit, di daratan, di laut", dan setiap generasi dari semua jenis makhluk tersebut dinamakan alam pula.
Bisyr ibnu Imarah meriwayatkan dari Abu Rauq, dari Dahhak, dariIbnu Abbas, bahwa "segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam" artinya ialah "segala puji bagi Allah yang semua makhluk ini adalah milik-Nya, yaitu langit, bumi, dan yang ada di antara kedua-nya, baik yang kita ketahui ataupun yang tidak kita ketahui.

Di dalam riwayat Sa'id ibnu Jubair dan Ikrimah, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Rabbul 'alamina ialah Tuhan
jin dan manusia. Hal yang sama dikatakan pula oleh Sa'id ibnu Jubair, Mujahid, dan Ibnu Juraij. Hal yang semisal telah diriwayatkan pula dari Ali k.w. Menurut Ibnu Abu Hatim, sanad asar tersebut tidak dapat dipegang.
Al-Qurtubi mengatakan demikian (yakni jin dan manusia) dengan berdalilkan firman Allah Subhanahu wa ta'ala yang mengatakan:
agar dia (Al-Qur'an) menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan: 1)

Makna yang dimaksud dengan "seluruh alam" ialah makhluk jin dan manusia.
Al-Farra dan Abu Ubaid mengatakan, yang dimaksud dengan al-'alam ialah ditujukan kepada makhluk yang berakal; mereka adalah manusia, jin, malaikat, dan setan. Untuk itu, semua jenis binatang tidak dapat dikatakan 'alam. Disebutkan dari Zaid ibnu Aslam dan Abu Muhaisin, bahwa 'alam artinya "setiap makhluk bernyawa yang berkembang biak." Qatadah mengatakan bahwa al-'alam adalah setiap jenis alam.

Al-Hafiz ibnu Asakir mengatakan di dalam autobiografi Marwan ibnu Muhammad —salah seorang khalifah dari kalangan Bani Umayyah yang dikenal dengan julukan "Al-Ja'd" dan sebutan "Al-Himar"— bahwa dia pernah mengatakan, "Allah menciptakan tujuh belas ribu alam, penduduk langit dan penduduk bumi digolongkan satu alam, sedangkan yang lainnya tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah Subhanahu wa ta'ala"

Abu Ja'far Ar-Razi mengatakan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah sehubungan dengan firman-Nya, "Rabbil 'alamina" bahwa Anas
pernah mengatakan, "Manusia merupakan alam, dan jin adalah alam, sedangkan selainnya terdiri atas 18.000 atau 14.000 —dia ragu— alam malaikat yang ada di atas bumi. Bumi mempunyai empat penjuru, pada tiap-tiap juru terdapat 3.500 alam (malaikat) yang telah diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala untuk beribadah kepada-Nya." Asar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.

Akan tetapi, kalimat seperti ini aneh;
hal yang seperti ini memerlukan adanya dalil yang sahih.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Furat (yakni Ibnul Walid), dari Mu'tib ibnu Sumai, dari Subai' (yakni Al-Himyari) sehubungan dengan firman-Nya, "Rabbil 'alamina," bahwa al-'alamina terdiri atas seribu umat; enam ratus berada di dalam laut, sedangkan empat ratus berada di darat.

Hal semisal diriwayatkan pula melalui Sa'id ibnul Musayyab, dan hal yang semisal ini diriwayatkan pula secara marfu', seperti yang
dikatakan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Ahmad ibnu Ali ibnul Mu-sanna di dalam kitab Musnad-nya, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnul Waqid Al-Qaisi Abu Ibad, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Isa ibnu Kaisan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan, "Pada suatu tahun dari masa pemerintahan Khalifah Umar, belalang berkurang jumlahnya. Lalu ia bertanya-tanya mengenai hal itu, tetapi tidak ada seorang pun yang menjawabnya,
maka hal itu membuatnya kurang puas. Lalu ia mengirimkan seorang pengendara kuda untuk pergi ke negeri Yaman, seorang lagi menuju ke negeri Syam, dan yang seorang lagi menuju ke negeri Irak untuk menanyakan apakah ada belalang atau tidak di tempat tujuan masing-masing.
Kemudian datang kepadanya pengendara dari Yaman membawa segenggam belalang, lalu utusan itu meletakkannya di hadapan Umar.
Ketika Umar melihatnya, maka ia bertakbir, kemudian berkata, 'Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, 'Allah telah mencipta-kan seribu umat, enam ratus umat berada di laut dan yang empat ratus umat
berada di daratan.
Mula-mula umat yang binasa dari kesemua-nya itu adalah belalang; apabila belalang musnah, maka merambat se-beruntun sebagaimana sebuah untaian kalung yang terputus tali-nya."
Muhammad ibnu Isa yang disebut di dalam sanad asar ini adalah Al-Hilali, dia orangnya daif.

Al-Bagawi meriwayatkan dari Sa'id ibnul Musayyab bahwa dia pemah mengatakan, "Allah telah menciptakan seribu alam, enam ratus
berada di lautan, sedangkan yang empat ratus berada di daratan."
Wahab ibnu Munabbih mengatakan bahwa Allah telah menciptakan 18.000 alam, dunia ini merupakan salah satunya.
Muqatil mengatakan bahwa alam-alam itu seluruhnya ada 80.000. Ka'b Al-Ahbar mengatakan, tiada seorang pun yang mengetahui
bilangan alam kecuali hanya Allah Subhanahu wa ta'ala.
Semua yang telah disebutkan ini dinukil oleh Al-Bagawi.
Al-Qurtubi meriwayatkan melalui Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan 40.000 alam, sedangkan dunia ini dari timur hingga barat merupakan salah satu darinya.

Az-Zujaj mengatakan bahwa al-'alam ialah semua yang telah diciptakan oleh Allah di dunia dan akhirat. Demikian pendapat Al-Qur-tubi, dan pendapat inilah yang sahih, yaitu yang mengatakan pengertian alam mencakup kedua alam tersebut (dunia dan akhirat), sebagaimana yang dinyatakan di dalam firman-Nya (menurut bacaan orang yang membaca al-'alamina menjadi al-'alamaini), yaitu: "Fir'aun bertanya, 'Siapa Tuhan kedua alam itu?' Musa menjawab, Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya'."

Al-'alam berakar dari kata al-'alamah. Menurut kami, dikatakan demikian karena adanya alam ini menunjukkan adanya Penciptanya, hasij karya-Nya dan keesaan-Nya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Mu'taz:

Alangkah anehnya, mengapa durhaka terhadap Tuhan, atau mengapa si pengingkar tidak mempercayai-Nya, padahal pada segala sesuatu yang ada terdapat tanda yang menunjukkan bahwa Dia adalah Esa.

Sumber: Tafsir Ibnu katsir

6 komentar:

  1. Pendapatnya masing2 ya, MAs. .
    Yang penting kita sebagai muslim meyakini saja. . :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah memang begitu, menyakini diiringi dengan terus belajar.....belajar..belajar....

      salam senyum untuk Idah Ceirs

      Hapus
  2. .. ternyata banyak juga ya yg berpendapat ttg "Alhamdulillah". namun walopun berbeda pendapat, tapi maksudnya ttp sama kan bang?!? seperti bersyukur gitu kayak pendapatnya beliau Ali Ibnu zain ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya de Vpie, sebagai pembelajaran untuk orang muda dan semua termasuk diri ini, bahwa kita hendaknya selalu berusaha menyandarkan pada "fatwa", "pendapat", acuan dari berbagai kitab-kitab besar dari para ulama besar yang sudah diakui dunia Islam akan kebenarannya.
      Jadi tidak hanya mengandalkan pikiran pribadi untuk menafsirkan ayat-ayat Qur'an.
      Apalagi sampai menyalah-nyalahkan bahwa meng-kafirkan pemahaman dan pendapat orang lain....

      Wallahualam, Semua kembali kepada kebenaran Allah, Tuhan sekalian zat

      Hapus
  3. kalau sekiranya semua umat dibumi tahu dan membaca hadist diatas, bahwa ucapan "Bagi Engkau segala puji, wahai Tuhanku," tersebut pahalanya akan dibalas langsung oleh Allah Tuhan Semesta Alam. barang kali semua tak akan henti hentinya mengucap syukur Alhamdulillah

    posting yang sangat bermanfaat sobat..
    syukron

    BalasHapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas