Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Ada kultur jiwa Semangat (Jepang)

"Hitung jumlah guru dan tenaga medis yang tersisa, dengan dua pilar itu kita bersandar untuk segera pulih dari keterpurukan ini"(ada kultur jiwa semangat Jepang)
Masa keemasan Jepang sebagai buah dari Restorasi Meiji tiba-tiba redup. Tatkala dua buah kota besarnya Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak akibat ledakan bom atom oleh sekutu.
Banyaknya nyawa melayang dan hilang di Hiroshima dan Nagasaki kala itu dan ini ternyata menjadi drama menyerahnya Jepang pada Sekutu dan berakhirnya perang dunia II. Bahkan Jepang yang ada di Indonesia juga harus pergi dari Indonesia.
Awan gelap yang menyelubungi tidak berlangsung lama, ketika sang Kaisar Hirohito berdiri dihadapan bawahannya, ia berpidato mengobarkan semangat "Hitung jumlah guru dan tenaga medis yang tersisa, dengan dua pilar itu kita bersandar untuk segera pulih dari keterpurukan ini".
Mendengar seruan Hirohito para wakilnya segera mengobarkan semangat pada
Seluruh negeri. Dan rakyat menyambut gegap gempita, semangat berkobar dalam diri untuk bersatu membenahi negeri.
Tindakan membenahi pendidikan segera diambil, dilakukan perombakan struktur pendidikan yang dikembangkan adalah struktur pendidikan dari Amerika dengan empat pilar;
Pertama sekolah dasar wajib selama enam tahun dan tidak dipungut biaya, bertujuan menyiapkan anak menjadi warga sehat, aktif menggunakan pikiran dan mengembangkan kemampuannya.
Kedua, setelah SD adalah sekolah lanjutan pertama selama tiga tahun dengan misi menitik beratkan pada pengembangan kepribadian, kewarganegaraan dan kehidupan dalam masyarakat. Pada jenjang tersebut juga diberikan kesempatan belajar bekerja.
Ketiga adalah sekolah lanjutan atas, kegiatan belajar berlangsung selama tiga tahun dengan tujuan menyiapkan siswa masuk perguruan tinggi dan memperoleh keterampilan kerja.
Keempat, Perguruan Tinggi atau Universitas yang diharuskan berperan secara potensial dalam mengembangkan pikiran liberal dan terbuka bagi siapa saja.
Empat pilar pendidikan tersebut ternyata mampu meluas dan membumi dengan sempurna, hasilnya mampu membuat rakyat bisa membaca mendekati 100%, dan angka yang buta huruf hanya 0,7% saja pada tahun 1979.
Keberhasilan Jepang bukanlah rekayasa, namun negeri ini memang benar serius menggarap pendidikan.
William K. Cummings dalam penelitiannya mengungkap faktor pendukung keberhasilan Jepang dalam merombak rakyat dalam pendidikan :
1.Perhatian pendidikan datang dari berbagai pihak
2.Biaya sekolah tidak mahal.
3.Jepang tidak ada diskriminasi terhadap sekolah negeri maupun swasta.
4.Kurikulum sekolah Jepang mempunyai mutu.
5.Sekolah sebagai unit pendidikan.
6.Guru terjamin tidak akan kehilangan pegangan.
7.Guru penuh dedikasi.
8.Guru merasa wajib memberi pendidikan manusia seutuhnya.
9.Guru Jepang bersikap adil.

Seorang peneliti lain, yaitu Danasasmita mengungkap faktor kemajuan Jepang. Ia lebih melihat karakteristik bangsa Jepang yang mendorong kemajuan negaranya;
Pertama, orang Jepang sangat menghargai jasa orang lain. Ketika mendapat bantuan orang dan tidak menganggap remeh meskipun bantuan itu ringan.
Kedua, orang jepang menghargai hasil pekerjaan orang lain.
Ketiga,perlunya setiap orang harus berusaha.
Keempat, orang Jepang punya semangat yang tidak pernah luntur, tahan banting dan tidak mau menyerah oleh keadaan. Yang terkenal dengan semangat bushido (semangat ksatria).
Hal-hal lain yang ikut memacu laju percepatan pendidikan di Jepang adalah adanya kehausan untuk lebih tahu dan tak pernah puas pada pengetahuan. Terlihat dari aktivitas membaca yang menjadi budaya rakyat Jepang, ini dilakukan kapanpun, dijalan, di stasiun, perpustakaan atau secara ekstrimnya dikatakan " dimana ada kehidupan, disitu mereka membaca".
Membaca bagi kebanyakan orang sana adalah suatu kebutuhan, bukan keterpaksaan.
Menurut Tanaka (ibid), di Jepang tiap tahunnya banyak buku diterbitkan. Jumlahnya tak kurang dari 1,4 juta jilid, majalah bulanan 2,5 juta, majalah mingguan 1,7 juta jilid. Diperkirakan setiap tahun mereka membaca kira-kira 12 buku dan 35 majalah, belum termasuk buku pelajaran. Tidak puas dengan buku-buku ilmiah, mereka juga menjadikan koran sebagai bacaan wajib setiap hari. Dikatakan Tanaka " Even today, Japanese still expect to act as the national conscience....newspapers are still the trusted medium in Japan".
Hasilnya Jepang benar-benar mampu menjaga dan menjunjung martabat dan kualitas hidup bangsanya. Bahkan negeri ini mampu menjadi barometer perekonomian dunia. Kuncinya tidak lain adalah pendidikan yang dipahami sebagai sesuatu yang luhur mengandung misi kebajikan dan mencerdaskan. Bukan sekedar belajar mengajar, melainkan sebagai proses penyadaran untuk memanusiakan manusia. Tidak seperti manusia dianggap jagung atau padi yang setiap tiga atau enam bulan sekali mengganti metode penanaman, apabila bagus dilanjutkan dan sebaliknya.

Disarikan dari Edu Benchmark

5 komentar:

  1. *Mlongo* cm bs nyimak doank buat nambah pengetauan xixixi.
    Hk jg pernah di jajah jepang (liat tv). Tp produk jepang bnyk yg di ekspor ke HK n lbh berkualitas di bnding produk china. Tp sebagian org anti ama produk jepang karna pernah menjajah hk :)

    BalasHapus
  2. ORang Indonesia yang pendidikannya kurang bagus aja pada pnter apalagi kalo pendidikannya bagus ya.. Semoga kelak ada pemimpin yang beanr-benar mencintai rakyatnya

    BalasHapus
  3. yang harus diperbaiki cara mengajar, mutu pendidikan atau apanya ya di indonesia?

    BalasHapus
  4. butuh berapa tahun Indonesia bisa menyamai Jepang?

    BalasHapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas