Tergerak melihat dan membaca kontes ADUK di BlogCamp mengenai tema budaya tertib, maka blog aryadevi sudut kelas mencoba mengurai secara sederhana mengenai masalah tersebut.
Dengan mengambil bahan dari berbagai sumber, dapat dilihat bahwa masalah budaya tertib di Indonesia terdapat banyak kendala, ini berhubungan langsung dengan tersendatnya kesadaran masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas pribadi.
Bagaimanapun harus diakui bahwa pembangunan selama ini lebih banyak menciptakan manusia yang beroreantasi pada sikap materialistik, yang mengakibatkan ketidakseimbangan kehidupan bermasyarakat kita. Pemberdayaan sifat luhur sangat sedikit dikerjakan.
Krisis identitas yang terjadi di bangsa ini perlu penanganan serta memerlukan sikap dan perilaku keteladanan yang dapat memupuk, menumbuhkan, dan membangun ketahanan dari mulai pribadi, keluarga, lingkungan.
Penyemaian jati diri harus berlandaskan nilai-nilai luhur kebajikan dan perlu dimasyarakatkan sejak usia dini - anak-anak, remaja, dewasa hingga menjadi orang tua - secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Nilai-nilai yang dimulai dengan hal-hal kecil dicerminkan pada tiap tingkah laku setiap harinya. Secara pokok, program ini menuju terciptanya sikap dan perilaku yang dilandasi nilai yang benar dan baik.
Masyarakat kita cenderung berlaku paternalis yaitu selalu mencontoh, mencari panutan. Dan para pembaca dapat merasakan yang terjadi selama ini, bagaimana tokoh-tokoh publik figure yang sebenarnya mempunyai peranan sebagai panutan berlaku tidak dalam koridor sepantasnya dalam keteladanan.
Dalam aspek yang terkecil, komunitas keluarga sebagai dasar penyemaian bagaimana membangun jati diri, sudah lama terabaikan. Hanya sedikit orangtua yang mempunyai kesadaran untuk itu.
Pada lingkup profesi penulis sendiri (sekolah) banyak mengalami kendala untuk urusan budaya tertib tersebut. Secara kontinyunitas, para guru cukup berperan ganda, sebagai guru, teladan, pembimbing dan itu semua terakumulasi pada penokohan "orangtua". Sebagai orangtua para siswa disekolah, mengalami pelimpahan muatan yang sarat dari peran orangtua mereka dirumah.
Jadi tidak semua peranan penokohan orangtua (guru disekolah) dapat berjalan dengan merata.
Bergerak dari rumah, adalah pokok dasar pendidikan. Kesadaran yang mutlak tidak dapat dipungkiri. Walau segala aturan dan kebijakan mengenai budaya tertib sudah diterbitkan, apatah daya kekuatannya jika para pelaku (tokoh panutan) tidak menyadarinya atau masa bodoh.
Dalam kondisi ini (krisis jati diri bangsa), seperti mencari mana dahulu keluar telur atau ayam?
Atau pokok permasalahan berasal dari mana?
Bijak bestarinya adalah kembali pada peran orangtua dirumah.
Hanya untuk meramaikan ( tidak untuk mengikuti, karena sudah terlambat 8) ) kontes ADUK BlogCamp Pakde Cholik, sebagai tokoh panutan blogger, dan sebagai rasa hormat kepada beliau.
Sumber tulisan: Soemarno Soedarsono ( ada proses edit dan penambahan untuk disesuaikan dengan format blog)
Dengan mengambil bahan dari berbagai sumber, dapat dilihat bahwa masalah budaya tertib di Indonesia terdapat banyak kendala, ini berhubungan langsung dengan tersendatnya kesadaran masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas pribadi.
Bagaimanapun harus diakui bahwa pembangunan selama ini lebih banyak menciptakan manusia yang beroreantasi pada sikap materialistik, yang mengakibatkan ketidakseimbangan kehidupan bermasyarakat kita. Pemberdayaan sifat luhur sangat sedikit dikerjakan.
Krisis identitas yang terjadi di bangsa ini perlu penanganan serta memerlukan sikap dan perilaku keteladanan yang dapat memupuk, menumbuhkan, dan membangun ketahanan dari mulai pribadi, keluarga, lingkungan.
Penyemaian jati diri harus berlandaskan nilai-nilai luhur kebajikan dan perlu dimasyarakatkan sejak usia dini - anak-anak, remaja, dewasa hingga menjadi orang tua - secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Nilai-nilai yang dimulai dengan hal-hal kecil dicerminkan pada tiap tingkah laku setiap harinya. Secara pokok, program ini menuju terciptanya sikap dan perilaku yang dilandasi nilai yang benar dan baik.
Masyarakat kita cenderung berlaku paternalis yaitu selalu mencontoh, mencari panutan. Dan para pembaca dapat merasakan yang terjadi selama ini, bagaimana tokoh-tokoh publik figure yang sebenarnya mempunyai peranan sebagai panutan berlaku tidak dalam koridor sepantasnya dalam keteladanan.
Dalam aspek yang terkecil, komunitas keluarga sebagai dasar penyemaian bagaimana membangun jati diri, sudah lama terabaikan. Hanya sedikit orangtua yang mempunyai kesadaran untuk itu.
Pada lingkup profesi penulis sendiri (sekolah) banyak mengalami kendala untuk urusan budaya tertib tersebut. Secara kontinyunitas, para guru cukup berperan ganda, sebagai guru, teladan, pembimbing dan itu semua terakumulasi pada penokohan "orangtua". Sebagai orangtua para siswa disekolah, mengalami pelimpahan muatan yang sarat dari peran orangtua mereka dirumah.
Jadi tidak semua peranan penokohan orangtua (guru disekolah) dapat berjalan dengan merata.
Bergerak dari rumah, adalah pokok dasar pendidikan. Kesadaran yang mutlak tidak dapat dipungkiri. Walau segala aturan dan kebijakan mengenai budaya tertib sudah diterbitkan, apatah daya kekuatannya jika para pelaku (tokoh panutan) tidak menyadarinya atau masa bodoh.
Dalam kondisi ini (krisis jati diri bangsa), seperti mencari mana dahulu keluar telur atau ayam?
Atau pokok permasalahan berasal dari mana?
Bijak bestarinya adalah kembali pada peran orangtua dirumah.
Hanya untuk meramaikan ( tidak untuk mengikuti, karena sudah terlambat 8) ) kontes ADUK BlogCamp Pakde Cholik, sebagai tokoh panutan blogger, dan sebagai rasa hormat kepada beliau.
Sumber tulisan: Soemarno Soedarsono ( ada proses edit dan penambahan untuk disesuaikan dengan format blog)
seperti mencari mana dahulu keluar telur atau ayam?
BalasHapusSaya suka kalimat ini.. perlu pemahaman yang luas,...
mulailah dari diri sendiri untuk menertibkan semuanya,,..
makasi ,,.
@Cikal ananda: terimakasih Cikal :) ... masalah pada kebersamaan dalam mengangkat beban, beban apapun...seperti hal budaya tertib...semua adalah mempunyai peran.
BalasHapustertib memang harus di mulai dirumah, karena merupakan lingkungan terdekat, dan orang tualah yang paling berperan dalam membentuk pribadi yang tertib
BalasHapus@pakde sulas: terimakasih pakde....
BalasHapus