Pengembangan untuk peran kontrol sosial dari siswa, kerja sama Malang Corruption Watch dan AJI Malang.
Sekitar 20 siswa mengikuti pelatihan jurnalistik di kampus Universitas Widya Gama Malang, Sabtu 20 Oktober 2012. Mereka dilatih mengawasi anggaran pendidikan di masing-masing sekolah. Setelah pelatihan tersebut, diharapkan mereka bisa menulis penggunaan anggaran pendidikan di media sekolah.
Peserta berasal dari Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah se Malang. Peserta dilatih teknik menulis berita di masing-masing media sekolah. Berupa majalah dinding, majalah sekolah, situs sekolah dan buletin sekolah. Sebagai jurnalis sekolah mereka juga berperan menjadi kontrol sosial.
Terutama mengawasi anggaran pendidikan, lantaran mereka berada di sekolah yang berhak tahu mengenai anggaran sekolah. Usai pelatihan, mereka diharapkan mampu menulis berita tentang anggaran pendidikan. Berupa transparansi anggaran dan mencegah dugaan penyelewengan anggaran pendidikan.
"Terutama dana BOS, yang menggunakan dana Negara," katanya. Media sekolah, katanya, juga berperan sebagai media untuk mempertanggungjawabkan anggaran. Serta bentuk transparansi anggaran kepada wali murid dan siswa sekolah. Apalagi, wali murid berhak mengetahui penggunaan anggaran sekolah.
Lembaga anti korupsi Malang Corruption Watch (MCW) menemukan modus pungutan liar atau pungli sekolah semakin beragam. Penelusuran MCW mencatat sedikitnya ada 65 ragam pungutan yang terjadi dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru di Kota Malang. "Jenis pungutan bertambah, dulu hanya 25 jenis," kata koordinator badan pekerja MCW, Didit M Soleh.
Ragam pungutan ini, katanya, menjadi modus untuk terjadi penyelewengan atau tindak pidana korupsi lantaran tak memiliki dasar hukum untuk memungut biaya pendidikan langsung kepada wali murid. "Dasarnya hanya kesepakatan dengan komite sekolah," katanya.
Padahal, anggaran pendidikan besar cukup besar. Jumlah siswa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama sebanyak 121 ribu siswa. Sedangkan anggaran pendidikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Malang mencapai Rp 508 miliar. Namun, hanya sekitar Rp 170 miliar yang digunakan belanja langsung untuk pengadaan perangkat sekolah.
"Selebihnya digunakan membayar gaji guru," ujarnya. Selain itu, setiap sekolah setelah menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mengelola anggaran besar. Sebuah SD Negeri di pinggiran Kota Malang mengelola anggaran hingga Rp 800 juta per tahun. Sedangkan SMP mencapai Rp 1,4 miliar sampai Rp 2 miliar.
"Seharusnya tak ada alasan sekolah memungut biaya pendidikan," katanya. Sayang, besarnya dana tak diimbangin pengawasan yang cukup. Survei MCW menyebutkan dari 300 responden hanya 22 orang yang terlibat pengawasan dana sekolah. Selebihnya tak tahu mekanisme pengawasan serta tak dilibatkan.
EKO WIDIANTO http://id.berita.yahoo.com
Gambar: http://www.wartakota.co.id
Sekitar 20 siswa mengikuti pelatihan jurnalistik di kampus Universitas Widya Gama Malang, Sabtu 20 Oktober 2012. Mereka dilatih mengawasi anggaran pendidikan di masing-masing sekolah. Setelah pelatihan tersebut, diharapkan mereka bisa menulis penggunaan anggaran pendidikan di media sekolah.
Peserta berasal dari Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah se Malang. Peserta dilatih teknik menulis berita di masing-masing media sekolah. Berupa majalah dinding, majalah sekolah, situs sekolah dan buletin sekolah. Sebagai jurnalis sekolah mereka juga berperan menjadi kontrol sosial.
Terutama mengawasi anggaran pendidikan, lantaran mereka berada di sekolah yang berhak tahu mengenai anggaran sekolah. Usai pelatihan, mereka diharapkan mampu menulis berita tentang anggaran pendidikan. Berupa transparansi anggaran dan mencegah dugaan penyelewengan anggaran pendidikan.
"Terutama dana BOS, yang menggunakan dana Negara," katanya. Media sekolah, katanya, juga berperan sebagai media untuk mempertanggungjawabkan anggaran. Serta bentuk transparansi anggaran kepada wali murid dan siswa sekolah. Apalagi, wali murid berhak mengetahui penggunaan anggaran sekolah.
Lembaga anti korupsi Malang Corruption Watch (MCW) menemukan modus pungutan liar atau pungli sekolah semakin beragam. Penelusuran MCW mencatat sedikitnya ada 65 ragam pungutan yang terjadi dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru di Kota Malang. "Jenis pungutan bertambah, dulu hanya 25 jenis," kata koordinator badan pekerja MCW, Didit M Soleh.
Ragam pungutan ini, katanya, menjadi modus untuk terjadi penyelewengan atau tindak pidana korupsi lantaran tak memiliki dasar hukum untuk memungut biaya pendidikan langsung kepada wali murid. "Dasarnya hanya kesepakatan dengan komite sekolah," katanya.
Padahal, anggaran pendidikan besar cukup besar. Jumlah siswa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama sebanyak 121 ribu siswa. Sedangkan anggaran pendidikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Malang mencapai Rp 508 miliar. Namun, hanya sekitar Rp 170 miliar yang digunakan belanja langsung untuk pengadaan perangkat sekolah.
"Selebihnya digunakan membayar gaji guru," ujarnya. Selain itu, setiap sekolah setelah menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mengelola anggaran besar. Sebuah SD Negeri di pinggiran Kota Malang mengelola anggaran hingga Rp 800 juta per tahun. Sedangkan SMP mencapai Rp 1,4 miliar sampai Rp 2 miliar.
"Seharusnya tak ada alasan sekolah memungut biaya pendidikan," katanya. Sayang, besarnya dana tak diimbangin pengawasan yang cukup. Survei MCW menyebutkan dari 300 responden hanya 22 orang yang terlibat pengawasan dana sekolah. Selebihnya tak tahu mekanisme pengawasan serta tak dilibatkan.
EKO WIDIANTO http://id.berita.yahoo.com
Gambar: http://www.wartakota.co.id
aku agak bingung juga ada dana BOS tetap ada pungutan. Namanya duit memang...
BalasHapusSebenarnya bisa dilihat juga dana bos yang masuk. Kenapa pungutan masih ada, bisa dimungkinkan ada juga dana bos yang terpangkas ketika masuk sekolah. Nggak tau ya di Sekolah Negeri. Di swasta masih biasa koq ditariknya biaya seklah ketika penerimaan siswa baru, terutama biaya gedung.
BalasHapusgratis sih sekolahnya ya pak tapi nanti diminta les jadi tetap bayar ke gurunya :)
BalasHapusgratis tapi dipungut bayaran lagi
BalasHapus*ga tulus dong
salam kenal pamans...
BalasHapusberbagi kata kata motivas
BalasHapusApa yang anda lakukan hari ini, merupakan kunci kebaikan ataupun juga kehancuran hari esok anda. Lakukanlah yang terbaik untuk hari ini.
salam kenal,sukses selalu dan saya tunggu kunjungan baliknya :D
Enakan dulu bayar tapi murah. Kalau sekarang dibilang gratis tapi pungutan macam-macamnya mahal juga
BalasHapustap semangat ya..:)
BalasHapusAmazing artikel…. Semoga saya bisa praktekan tipsnya dan berhasil
BalasHapusTerima Kasih, Tulisan yang sangat membantu. Salam Sukses!
BalasHapusTerima kasih atas pencerahannya, tulisannya menarik juga. Saya akan coba
BalasHapusaku paling senang dengan semua pengetahuan ini, terima kasih sudah berbagi ilmu
BalasHapusaku paling senang dengan semua pengetahuan ini, terima kasih sudah berbagi ilmu
BalasHapusSetelah membaca Info dan Artikel, saya jadi ingin mencoba. Salam Sukses
BalasHapusTerima kasih atas Artikel dan Info yang selalu menambah wawasan.semoga sukses
BalasHapusMenarik, sangat Menarik Artikel dan Tipsnya. boleh dicoba. salam sukses
BalasHapussaya akan mencoba tipsnya yang sangat bermanfaat sekali
BalasHapusTulisan dan Tipsnya sangat bermanfaat dan Infomatif. wajib dicoba. sukses selalu.
BalasHapusTips yang cerdas cuma di Wibesite ini banyak kumpulan Artikel bagus. harus dicoba. salam sukses
BalasHapusCemerlang Postingan dan Infonya.boleh dicoba. ditunggu info berikutnya. Terimaksih
BalasHapusSaya menemukan Artikel hebat di wibesite ini jadi ingin coba Tipsnya. Semoga berhasil
BalasHapusArtikel Menarik terutama Infonya, boleh dicoba. Salam sukses
BalasHapusbagus juga melibatkan siswa dalam mengawasi anggaran semoga penyimpangan dana bisa ditanggulangi..
BalasHapusMemang anggaran seperti ini harus adanya keterbukaan, salah satunya adalah dengan melibatkan siswa dalam pengawasan.
BalasHapusTerima kasih informasinya sangat bermanfaat. Menurut saya siswa memang harus terlibat dalam pengawasan anggaran agar tidak adanya penyelewengan dana.
BalasHapussiswa bisa diajarkan tanggung jawab dan pengetahuan, tantangan di masa depan nanti
BalasHapus