Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Rahasia kehidupan

di pedalaman
Rahasia kehidupan; Suatu bangsa di daerah pedalaman, tidak pernah kenal dengan kemajuan yang telah dicapai manusia. Mereka pasrah dengan kehidupan yang semakin hari semakin berat.
Anak-anak mereka belum mengerti keadaan bahaya yang akan dihadapi. Kebanyakan mereka bingung tak tahu mau kemana dan tidak tahu mau berbuat apa (dalam kondisi demikian, akhirnya akan saling meniadakan artinya mereka tidak pusing memikirkan masalah tersebut).

Diperkotaan, manusia padat dan sibuk. Mereka berlomba dengan waktu yang menggilas dengan cepat.
Kehidupan mereka benar-benar seperti burung, berangkat pagi pulang ketika hari hampir gelap.
Adakah tersisa waktu mereka untuk merenung setitik ayat?
Pernahkah mereka berpikir, kemanakah kehidupan ini akan berakhir?
diperkotaan

Tak cukup pena dan tinta untuk menulis jarak tempat tersebut, nun disana..
Kisah di Bumi ini sudah ditulis, tempat dimana kita akan lahir sebagai orang kota atau sebagai orang kampung yang terkebelakang..dan mati.

***
Yang perlu kita pahami, di mata Tuhan kita adalah sama. Yang menjadi persoalan bagaimana kita bisa mempertanggung jawabkan kehidupan yang diberikan ini.

"Apakah mereka sangka bahwa apa yang kami karuniakan kepada mereka dari harta dan anak-anak itu (berarti?)
Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar"Al-Mu'minun s.23 a.55-56

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui"Al-'Ankabuut s.29 a.64
***
Kehidupan itu telah berjalan.

"Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?"Al-Mulk s.67 a.22

Sebagian dari manusia ada yang berjalan atas wajahnya.
Porsi yang ia berikan untuk dunia itu terlalu besar dibanding dengan akhirat. Sehingga ayat ini jadi aneh bagi mereka:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."Al-Qoshosh s.28 a.77

Gambar:deasukata.blogspot.com dan tambang-estate.blogspot.com

14 komentar:

  1. Ya benar harusnya kita lebih mementingkan kehidupan akherat. Bayangkan di dunia paling kita cuma mampir enggak sampe 100 tahun.. Kalo lebih pun paling jadi pikun dan sakit2an. Di akherat wakt nya kekal abadi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena jasad dan naluriah menuju pada materi dunia(karena terdiri dari materi-materi dunia juga), jadi ada kecenderungan kita melebihkannya, lebih berat kepada materi dunia.

      Hapus
  2. Orentasi pd materi dan populartas, tak jarang membuat orang jad menempatkan Porsi untuk dunia itu terlalu besar dibanding dengan akhirat.

    #semoga bisa menuju pribadi yg seimbang utk dunia- akherat

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudut kelas media belajar siswa31 Januari 2013 pukul 08.47

      bentuk ideal dari dunia, keseimbangan antara satu dengan lainnya...

      Hapus
  3. Allah berfirman (artinya): Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (mengesakan ibadahnya) kepada-Ku (Adz Dzariyat: 56)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih Rumah Al Banna...

      Hapus
  4. maka ketika nafsu akan duniawi yang mengabaikan rasa syukur telah menguasai diri maka tak kan ada lagi pemikiran tentang akhirat, yang ada hanyalah dunia semata....astagfirullah

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudut kelas media belajar siswa31 Januari 2013 pukul 08.53

      iya mas, kalau sudah tidak ada rasa syukur dan tidak ada pemikiran tentang akhirat..sama saja seperti orang atheis....

      Hapus
  5. sebetulnya hidup di desa itu tenteram... tapi gemerlap kota mereka melupakan desa. bahkan gak tau asal nasi yang dimakan dari mana

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudut kelas media belajar siswa31 Januari 2013 pukul 08.55

      iya, dengan maksud bahwa apapun,siapa, kaya miskin status dan sebagainya tidak dipandang, Tuhan hanya melihat ketaqwaan dari ciptaanNya

      Hapus
  6. manusia waktu bayi begitu lemah

    saat sudah dewasa tiba-tiba jadi penantang Allah

    naudzubillah

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudut kelas media belajar siswa31 Januari 2013 pukul 08.57

      orang dewasa..apalagi punya pendidikan sering melakukan pembenaran atas perilakunya yang salah...

      Hapus
  7. Menjadi bahan renungan dan intropeksi untuk kita semua.Terima kasih sudah mengingatkan....

    BalasHapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas