Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Ruh Qudus pada Manusia

Pada Manusia:
Ketahuilah bahwa yang namanya Iblis dan para setan laknatullah itu begitu dendamnya pada Adam alaihi sallam sehingga bersumpah akan mengganggu anak-cucu bangsa manusia: satu-satunya makhluk Allah yang dikaruniai Ruh Qudus [dalilnya pada Q.S. Al-A’raf :172]
Al-Araaf surah ke 7 - a.172
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan-hakikat tauhid)",

Tafsir Jalalain-(Al-A’raf-Surah ke 7:a.172):
(Dan) ingatlah (ketika) sewaktu (Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka) menjadi badal isytimal dari lafal sebelumnya dengan mengulangi huruf jar (yaitu anak cucu mereka) maksudnya Dia mengeluarkan sebagian mereka dari tulang sulbi sebagian lainnya yang berasal dari sulbi Nabi Adam secara turun-temurun, sebagaimana sekarang mereka beranak-pinak mirip dengan jagung di daerah Nu`man sewaktu hari Arafah/musim jagung.
Allah menetapkan kepada mereka bukti-bukti yang menunjukkan ketuhanan-Nya serta Dia memberinya akal (dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka) seraya berfirman, ("Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul.) Engkau adalah Tuhan kami (kami menjadi saksi.") yang demikian itu.
Kesaksian itu supaya (tidak) jangan (kamu mengatakan) dengan memakai ya dan ta pada dua tempat, yakni orang-orang kafir (di hari kiamat kelak, "Sesungguhnya kami terhadap hal-hal ini) yakni keesaan Tuhan (adalah orang-orang yang lalai.") kami tidak mengetahuinya.

Tafsir Ibnu Katsir untuk Surah ke 7 (Al-A'raf ayat 172)
Allah Subhanahu wata'ala menceritakan bahwa Dia telah mengeluarkan keturunan Bani Adam dari sulbi mereka untuk mengadakan persaksian atas diri mereka bahwa Allah adalah Tuhan dan Pemilik mereka, dan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. Sebagaimana Allah Subhanahu wata'ala menjadikan hal tersebut didalam fitrah dan pembawaan mereka, seperti yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wata'ala melalui firman­Nya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Ar­-Rum: 30)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci).

Riwayat lain menyebutkan:
dalam keadaan memeluk agama ini (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi atau seorang Nasrani atau seorang Majusi, seperti halnya dilahirkan hewan ternak yang utuh, apakah kalian merasakan (melihat) adanya cacat padanya?

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Iyad ibnu Himar bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:
Allah Subhanahu wata'ala berfirman, "Sesungguhnya Aku menciptakan hamba­ hamba­Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada agama yang hak), kemudian datanglah setan, lalu setan menyesatkan mereka dari agamanya dan mengharamkan kepada mereka apa­-apa yang telah Aku halalkan kepada mereka. "

Imam Abu Ja'far ibnu Jarir rahimahullah mengatakan, telah men­ceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahab, telah menceritakan kepadaku As­Sirri ibnu Yahya, bahwa At­Hasan ibnu Abul Hasan pernah menceritakan hadis berikut kepada mereka, dari Al­Aswad ibnu Sari', dari kalangan Bani Sa'd yang menceritakan bahwa ia ikut berperang bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebanyak empat kali. Ia melanjutkan kisahnya, "Lalu kaum (pasukan kaum muslim) membunuh anak­-anak sesudah mereka membunuh pasukannya. Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, maka hal itu terasa berat olehnya, kemudian beliau bersabda,'Apakah gerangan yang telah terjadi pada kaum sehingga mereka tega membunuh anak­-anak?' Maka ada seorang lelaki (dari pasukan kaum muslim) bertanya, 'Bukankah mereka adalah anak­-anak orang-­orang musyrik, wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam?' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab melalui sabdanya:
Sesungguhnya orang-­orang yang terpilih dari kalian pun adalah anak­-anak orang­-orang musyrik Ingatlah, sesungguhnya tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan melainkan ia dilahirkan dalam keadaan suci. Ia masih tetap dalam keadaan suci hingga lisannya dapat berbicara, lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi atau orang Nasrani'. "

Al­Hasan mengatakan, "Demi Allah, sesungguhnya Allah Subhanahu wata'ala telah berfirman di dalam Kitab­Nya:
'Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak­ anak Adam dari sulbi mereka. (Al-­A'raf: 172)* hingga akhir a y a t "

Imam Ahmad telah meriwayatkannya melalui Ismail ibnu Ulayyah, dari Yunus ibnu Ubaid, dari Al­Hasan Al­Basri dengan lafaz yang sama.
Imam Nasai pun telah mengetengahkannya di dalam kitab Sunnah­nya melalui hadis Hasyim ibnu Yunus ibnu Ubaid, dari Al­Hasan. Al­Hasan mengatakan bahwa hadis ini diceritakan kepadanya oleh Al­Aswad ibnu Sari', lalu Imam Nasai menuturkannya, tetapi ia tidak menyebutkan perkataan Al­Hasan Al­Basri dan pengetengahan ayatnya.
Hadis yang menceritakan pengeluaran keturunan anak­anak Adam dari sulbi mereka ini, kemudian pemisahan antara as­habulyamin (ahli
surga) dan as­habusysyimal (ahli neraka) dari kalangan mereka memang banyak. Pada sebagian dari hadis-­hadis itu disebutkan adanya
pengambilan kesaksian dari mereka terhadap diri mereka, bahwa Allah adalah Tuhan mereka. Imam Ahmad mengatakan; telah menceritakan
kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Imran Al­Juni, dari Anas ibnu Malik radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang telah bersabda:
Dikatakan kepada seseorang dari kalangan ahli neraka pada hari kiamat nanti, "Bagaimanakah pendapatmu, seandainya engkau memiliki segala sesuatu yang ada di bumi, apakah engkau akan menjadikannya sebagai tebusan dirimu (dari neraka)?" Ia menjawab, "Ya." Allah Subhanahu wata'ala berfirman, "Sesungguhnya Aku meng­hendaki dirimu hal yang lebih mudah daripada itu. Sesungguhnya Aku telah mengambil janji darimu ketika kamu masih berada di dalam sulbi Adam, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun, tetapi ternyata kamu menolak selain mempersekutukan Aku."
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab Sahih­nya masing­-masing melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang sama.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki',telah menceritakan kepada kami ayahku (yaitu Hilal), dari Abu Hamzah Ad­Daba'i, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah mengeluar­kan keturunan anak Adam dari sulbinya seperti semut kecil dalam bentuk air mani.
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Sahi, telah menceritakan kepada kami Damrah ibnu Rabi'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Mas'ud, dari Jarir yang menceritakan,"Anak lelaki Dahhak ibnu Muzahim meninggal dunia dalam usia enam hari. Dahhak berkata, 'Hai Jabir, apabila engkau letakkan anakku di dalam liang lahadnya, maka bukalah wajahnya dan lepaskanlah tali bundelannya, karena sesungguhnya anakku ini nanti akan diduduk­kan dan ditanyai.' Maka saya melakukan apa yang dipesankannya itu.
Setelah saya selesai mengebumikannya, saya bertanya, 'Semoga Allah merahmatimu, mengapa anakmu ditanyai dan siapakah yang akan menanyainya.'
Dahhak menjawab, 'Dia akan ditanyai mengenai perjanjian yang telah diikrarkannya semasa ia masih berada di dalam sulbi Adam.' Saya bertanya, 'Wahai Abui Qasim, apakah isi perjanjian yang telah diikrarkannya semasa ia masih berada di dalam sulbi Adam?' Dahhak menjawab, bahwa telah menceritakan kepadanya Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya Allah mengusap sulbi Adam, lalu mengeluarkan darinya semua manusia yang kelak akan diciptakan­Nya sampai hari kiamat.
Kemudian Allah mengambil janji dari mereka, yaitu hendaknyalah mereka menyembah­Nya dan tidak mempersekutukan­Nya dengan sesuatu pun. Allah Subhanahu wata'ala menyatakan pula bahwa Dialah yang akan menjamin rezeki mereka. Setelah itu Allah mengembalikan mereka kedalam sulbinya. Maka hari kiamat masih belum akan terjadi sebelum dilahirkan orang (terakhir) yang telah melakukan perjanjian pada hari itu. Maka barang siapa dari mereka yang menjumpai perjanjian yang lain (yakni di dunia), lalu ia menunaikannya, niscaya perjanjian yang pertama bermanfaat baginya. Dan barang siapa yang menjumpai perjanjian yang lain, lalu ia tidak mengikrarkannya, maka perjanjiannya yang pertama tidak bermanfaat baginya. Dan barang siapa yang meninggal dunia ketika masih kanak­-kanak sebelum menjumpai perjanjian yang lain, maka ia mati dalam keadaan berpegang kepada perjanjian pertama dan dalam keadaan fitrah (suci dari dosa)."
Semua jalur periwayatan ini termasuk bukti yang menguatkan ke­ mauguf­annya hanya sampai kepada Ibnu Abbas.

Hadis yang lain diketengahkan oleh Ibnu Jarir, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnul Walid, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abu Taibah, dari Sufyan ibnu Sa'id, dari Al­Ajlari, dari Ad­Dahhak, dari Mansur, dari Mujahid, dari Abdullah ibnu Amr yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membacakan firman­Nya:

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka.
(Al-­A'raf: 172)
Lalu beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda bahwa Allah mengambil mereka dari sulbinya sebagaimana ketombe diambil dari rambut kepala dengan sisir. Kemu­dian Allah berfirman kepada mereka:
"Bukankah aku ini Tuhan kalian?" Mereka menjawab,"Betul(Engkau Tuhan kami)."
(Al­A'raf: 172)

Maka para malaikat berkata:
Kami ikut bersaksi agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan."Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-­orang yang lengah terhadap ini. " (Al­-A'raf: 172)
Ahmad ibnu Taibah ini nama julukannya adalah Abu Muhammad Al­ Jurjani kadi Qaumis, dia adalah salah seorang ahluzuhud; Imam Nasai
mengetengahkan hadisnya di dalam kitab Sunnah­nya. Imam Abu Hatim Ar­Razi mengatakan bahwa hadisnya dapat dicatat. Ibnu Addi mengatakan Abu Muhammad Al­Jurjani banyak mengetengahkan hadis­ hadis yang garib. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Abdur Rahman ibnu
Hamzah ibnu Mahdi, dari Sufyan As­Sauri, dari Mansur, dari Mujahid, dari Abdullah ibnu Amr. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Jarir, dari Mansur dengan sanad yang sama; dan riwayat ini lebih sahih kedudukannya.

Hadis yang lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Rauh (yaitu Ibnu Ubadah), telah
menceritakan kepada kami Malik, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Malik, dari Zaid ibnu Abu
Anisah, bahwa Abdul Hamid ibnu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnul Khattab pernah menceritakan kepadanya, dari Muslim ibnu Yasar Al­Juhanni, bahwa Umar ibnul Khattab pernah ditanya mengenai makna firman­Nya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak­anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhan kalian ? "
Mereka menjawab, "betul(Engkau Tuhan kami)." (Al-­A'raf: 172),hingga akhir ayat.

Maka Umar ibnul Khattab mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ditanya mengenai makna ayat ini, beliau Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab melalui sabdanya:
Sesungguhnya Allah Subhanahu wata'ala menciptakan Adam alaihi sallam,kemudian mengusap punggungnya dengan tangan kanan(kekuasaan)­,
dan mengeluarkan darinya sejumlah keturunannya,Allah berfirman, "Aku telah menciptakan mereka untuk dimasukkan kedalam surga dan mereka hanya mengamalkan amalan ahli surga. "
Kemudian Allah mengusap punggungnya lagi, lalu mengeluarkan darinya sejumlah keturunannya, dan Allah berfirman, "Aku telah menciptakan mereka untuk neraka dan hanya amalan ahli nerakalah yang mereka kerjakan."
Kemudian ada seorang lelaki yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang terjadi dengan amal itu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
Apabila Allah menciptakan seorang hamba untuk surga, maka Allah menjadikannya beramal dengan amalan ahli surga, hingga ia mati dalam keadaan mengamalkan amalan ahli surga, lalu Allah memasukkannya ke dalam surga berkat amal itu Dan apabila Allah menciptakan seorang hamba untuk neraka, maka Dia menjadikannya beramal dengan amalan ahli neraka, hingga ia mati dalam keadaan mengamalkan amalan ahli neraka, lalu Allah memasukkannya ke neraka.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, dari Al­-Qa'nabi; sedangkan Imam Nasai meriwayatkannya dalam kitab Tafsir­nya, dari Qutaibah; dan Imam Turmuzi di dalam kitab Tafsir­nya meriwayatkannya dari Ishaq ibnu Musa, dari Ma'an. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Yunus ibnu Abdul A'la dari Ibnu Wahb. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Rauh ibnu Ubadah dan Sa'id ibnu Abdul Hamid ibnu Ja'far. Ibnu Hibban mengetengahkannya di dalam kitab Sahih­nya melalui riwayat Abu Mus'ab Az­Zubairi. Semuanya dari Imam Malik ibnu Anas dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, tetapi Muslim ibnu Yasar belum pernah mendengar dari Umar; hal yang sama telah dikatakan pula oleh Abu Hatim dan abu Zar'ah.

Hadis yang lain diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dalam tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Abdu ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:
Ketika Allah menciptakan Adam, maka Allah mengusap punggung Adam, lalu berguguranlah dari punggungnya semua manusia yang Dia ciptakan dari anak keturunannya sampai hari kiamat. Dan Allah menjadikan di antara kedua mata setiap manusia dari sebagi­an mereka secercah nur (cahaya), kemudian Allah menampilkannya di hadapan Adam.Maka Adam berkata, "Wahai Tuhanku, siapakah mereka ini?" Allah berfirman, "Mereka adalah anak cucumu. "Adam melihat seorang lelaki dari mereka yang nur di antara kedua matanya mengagumkan Adam. Adam bertanya, "Wahai Tuhanku, siapakah orang ini? " Allah berfirman, "Dia adalah seorang lelaki dari kalangan umat yang akhir nanti dari kalangan keturunanmu, ia dikenal dengan nama Daud. "
Adam berkata,"Wahai Tuhanku, berapakah usianya yang telah Engkau tetapkan untuknya?" Allah menjawab,"Enam puluh tahun," Adam berkata,"Wahai Tuhanku, saya rela memberikan kepadanya sebagian dari usiaku sebanyak empat puluh tahun. "
Ketika usia Adam telah habis,ia kedatangan malaikat maut, maka Adam berkata, "Bukankah usiaku masih empat puluh tahun lagi? " Malaikat maut menjawab, "Bukankah engkau telah berikan kepada anakmu Daud? " Ketika malaikat maut menjawabnya, maka Adam mengingkarinya, sehingga keturunannya pun ingkar pula. Adam lupa, maka keturunannya pun lupa pula. Adam berbuat kekeliruan, maka
keturunannya pun berbuat kekeliruan pula.

Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.Imam Turmuzi telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abu
Hurairah, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Imam Hakim telah meriwayatkannya di dalam kitab Mustadrak­nya melalui hadis Abu Na'im Al­Fadl ibnu Dakin dengan sanad yang sama. la mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Imam Muslim, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya.

Sumber:
-Tafsir Jalalain
-Tafsir Ibnu Katsir
-Muxlimo

2 komentar:

  1. Logika manusia kadangnsulit mehcerna masalah masalah begini, tapi urusan ilmu cari duit, halal haram cepet banget respondnya,.. aku juga kali

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya untuk urusan cari duit, biar juga sulit dicerna dengan akal yang sehat...^__^ hehehehe..seperti berkolusi menilep uang negara..nah inikan juga diluar akal yang sehat/logika sehat.

      "yang penting!" mampu bermain cantik dan super halus agar sulit dideteksi KUHP tipikor....
      Menyiasati kelemahan sistem (UU) adalah salah satunya.

      Salam "Katakan Tidak Pada Korupsi!!!!!!!!"

      Hapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas