Guru bundar bugil bulat. Dalam paham sebenarnya menarik rangsangan di otak untuk mengkritisi. Tapi ini bermakna lain, tidak perlu ion-ion negatif berseliweran. Cukup menelaahi saja sampai tuntas, tentang guru bugil bulat.
Bicara mengenai guru yang berperan sebagai jembatan penyeberangan. Di sebelah kiri ada kehitaman pekat perilaku dan di sisi lain terdapat basis idealisme, yang keduanya adalah manusiawi. Terasa berat disandang sebutan "guru" yang masih terpatri kuat bayangan di masyarakat, bahwa guru mestinya begini, guru mestinya demikian, dan seterusnya. Dan tidak salah kalau pandangan masyarakat begitu. Karena memang ditugasnyalah, dia mengemban usungan moralitas dan pengetahuan.
Di dekade sekarang, sebenarnya tidak tepat juga kalau masih memakai pandangan-pandangan masyarakat, yang sebenarnya mereka sudah tahu sebenarnya bahwa ada topeng-topeng bermuka guru dari manusia yang bertugas mulia tersebut.
Jadi semacam Jargon dan cuma semboyan.....bukan menyamaratakan semua.
Bersosok apa adanya dari kemanusiaan , bukan berarti mesti mengikuti apa yang dimaui...
Tentu ada batasan dari barisan-barisan moralitas yang terus berperang dengan kawanan preman hawa nafsu.
Berpikir sendiri sambil menatap sosok guru, tidak lelahkah dia terus memakai topeng kemulian, bermoral dengan maksud menutupi mayat dihati.
Wah...mayat !!....padahal kalau sudah mayat tentu biar ditutupi dengan berlapis topeng, yakin...masih tercium busuknya.
Biar yang dilalui membaui busuknya peranan dia, orang itu tetap percaya diri..karena memang dia adalah guru.
Kemudian pertanyaan berikut, lantas apakah guru harus berbugil bulat, tampil apa adanya....memaknai kejujuran, keluguan, dengan mengemban usungan mayat moralitas yang niscaya lama mati ???
Layaknya yang sudah usang /mati, dia yang memakai baju kejujuran sering jadi bahan gunjingan...luar biasa, karena yang dikenakannya baju kuno ketinggalan jaman.
Ah...dari pada memakai baju kuno...membuat dosa orang lain (yang menggunjing), lebih baik menjadi bugil bulat saja, tidak berbaju. Dengan bugil bulat, akan nampak semua....jelas.
Berhadapan dengan ikan-ikan di sungai, lebih bermanfaat dari berkumpul dengan sekawanan topeng-topeng kemuliaan.
Memancing sambil bugil bulat, terasa segar.......apalagi sambil menikmati hidangan Tuhan nan Bijak Bestari Ulung Maha DiRaja penjuru Langit...wah sedaaap.
Bicara mengenai guru yang berperan sebagai jembatan penyeberangan. Di sebelah kiri ada kehitaman pekat perilaku dan di sisi lain terdapat basis idealisme, yang keduanya adalah manusiawi. Terasa berat disandang sebutan "guru" yang masih terpatri kuat bayangan di masyarakat, bahwa guru mestinya begini, guru mestinya demikian, dan seterusnya. Dan tidak salah kalau pandangan masyarakat begitu. Karena memang ditugasnyalah, dia mengemban usungan moralitas dan pengetahuan.
Di dekade sekarang, sebenarnya tidak tepat juga kalau masih memakai pandangan-pandangan masyarakat, yang sebenarnya mereka sudah tahu sebenarnya bahwa ada topeng-topeng bermuka guru dari manusia yang bertugas mulia tersebut.
Jadi semacam Jargon dan cuma semboyan.....bukan menyamaratakan semua.
Bersosok apa adanya dari kemanusiaan , bukan berarti mesti mengikuti apa yang dimaui...
Tentu ada batasan dari barisan-barisan moralitas yang terus berperang dengan kawanan preman hawa nafsu.
Berpikir sendiri sambil menatap sosok guru, tidak lelahkah dia terus memakai topeng kemulian, bermoral dengan maksud menutupi mayat dihati.
Wah...mayat !!....padahal kalau sudah mayat tentu biar ditutupi dengan berlapis topeng, yakin...masih tercium busuknya.
Biar yang dilalui membaui busuknya peranan dia, orang itu tetap percaya diri..karena memang dia adalah guru.
Kemudian pertanyaan berikut, lantas apakah guru harus berbugil bulat, tampil apa adanya....memaknai kejujuran, keluguan, dengan mengemban usungan mayat moralitas yang niscaya lama mati ???
Layaknya yang sudah usang /mati, dia yang memakai baju kejujuran sering jadi bahan gunjingan...luar biasa, karena yang dikenakannya baju kuno ketinggalan jaman.
Ah...dari pada memakai baju kuno...membuat dosa orang lain (yang menggunjing), lebih baik menjadi bugil bulat saja, tidak berbaju. Dengan bugil bulat, akan nampak semua....jelas.
Berhadapan dengan ikan-ikan di sungai, lebih bermanfaat dari berkumpul dengan sekawanan topeng-topeng kemuliaan.
Memancing sambil bugil bulat, terasa segar.......apalagi sambil menikmati hidangan Tuhan nan Bijak Bestari Ulung Maha DiRaja penjuru Langit...wah sedaaap.
waduh kalau gurunya aja bugil bulat gemana muridnya ya ga bisa ngebayangin
BalasHapuswahaha mantabs ...
BalasHapusNanti istilahnya bisa dimaknai lain.. Bisa bahaya tuh he he.
BalasHapusBTW aryadevi.co.cc nya ilang ya
Hmmm...kalo dalam arti konotasi sepertinya harus ya mas, tapi denotasi? errr...bisa kacau dunia persilatan *halah* hihihihi
BalasHapusrefleksi pendidikan dan keberadaan seorang pendidik...
BalasHapussudah waktunya memang... ?