Lucky Charm; ketergantungan dengan benda (dianggap) pembawa keberuntungan/sakti. Ternyata perkara jimat tidak hanya didominasi oleh para dukun. Beberapa pelaku pun masih ada yang terikat kontrak dengan Lucky Charm/benda-benda sakti mereka.
Mungkin ada diantara sobat blogger atau pembaca yang masih ingat saat kanak-kanak dulu?
Betapa anda sangat bergantung pada Lucky Charm/sesuatu (bisa benda atau lainnya), misal, boneka Teddy Bear yang konon menurut orangtua anda, sangat setia menemani sejak ulang tahun pertama, setiap tidur, atau bahkan berangkat ke sekolah si Teddy selalu bersama anda. Mengingat usia saat itu, tentu orang-orang tidak keberatan dan tidak akan memandang aneh. Tetapi, apa jadinya jika sampai saat ini anda masih tidak dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada si Teddy atau benda lainnya?
Karena dari merekalah anak menjadi paham akan aktivitas sehari-harinya dan akrab dengan benda-benda disekelilingnya. Akhirnya, kenangan masa kecil tersebut akan terus teringat dan dibawa hingga dewasa. Betapa nyamannya tidur sambil memeluk si Teddy dan kebiasaan-kebiasaan lain yang menjadi ketergantungan
Tentu saja benda dan kebiasaan tersebut akan mendapat posisi penting dalam kehidupan anda. Itu karena anda terus melakukannya secara berulang. Menurut Psikolog tersebut, hal ini sangat tidak menguntungkan, karena akan mengurangi rasa percaya diri. Ketika mendapatkan suatu pegangan anda semakin mengandalkannya dan menomorsekiankan kekuatan dan kemampuan yang sebenarnya anda miliki. Biasanya sipenderita sadar bahwa mereka melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, namun mereka seolah tidak berdaya untuk menghindari itu.
Ini malah akan menambah satu lagi porsi kecemasan dalam diri. Perilaku ketergantungan tersebut tentu bukan tidak mungkin juga akan berpengaruh pada orang-orang sekitar (tidak hanya orang terdekat). Mereka akan menganggap anda tidak biasa, dan bagi mereka yang sulit menerimanya, tentu akan susah untuk serasi dengan anda. Jika ini terjadi, maka akan semakin menumpuk lagi rasa cemas yang memang sudah menggunung dalam diri anda selama ini.
Sumber tulisan: Cosmopolitan
Sumber gambar: http://www.dreamstime.com/
Mungkin ada diantara sobat blogger atau pembaca yang masih ingat saat kanak-kanak dulu?
Betapa anda sangat bergantung pada Lucky Charm/sesuatu (bisa benda atau lainnya), misal, boneka Teddy Bear yang konon menurut orangtua anda, sangat setia menemani sejak ulang tahun pertama, setiap tidur, atau bahkan berangkat ke sekolah si Teddy selalu bersama anda. Mengingat usia saat itu, tentu orang-orang tidak keberatan dan tidak akan memandang aneh. Tetapi, apa jadinya jika sampai saat ini anda masih tidak dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada si Teddy atau benda lainnya?
***
Menurut Bagus Takwin, Seorang psikolog dan staf pengajar di Fakultas Psikologi UI, penyebab utama keberadaan Lucky Charm adalah kebutuhan akan suatu orientasi atau pegangan untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Pada dasarnya, setiap orang memiliki kebutuhan itu. Lucky Charm tidak hanya berwujud sebuah barang, namun bisa juga berupa suatu kebiasaan atau ritual. Misalnya, setiap bangun tidur anda mesti termenung selama 10 menit sebelum beranjak ke kamar mandi. Namun memang biasanya orangtua yang paling berpengaruh dalam mengubah Lucky Charm hingga menjadi suatu kewajiban yang secara rutin dilakukan.Karena dari merekalah anak menjadi paham akan aktivitas sehari-harinya dan akrab dengan benda-benda disekelilingnya. Akhirnya, kenangan masa kecil tersebut akan terus teringat dan dibawa hingga dewasa. Betapa nyamannya tidur sambil memeluk si Teddy dan kebiasaan-kebiasaan lain yang menjadi ketergantungan
Tentu saja benda dan kebiasaan tersebut akan mendapat posisi penting dalam kehidupan anda. Itu karena anda terus melakukannya secara berulang. Menurut Psikolog tersebut, hal ini sangat tidak menguntungkan, karena akan mengurangi rasa percaya diri. Ketika mendapatkan suatu pegangan anda semakin mengandalkannya dan menomorsekiankan kekuatan dan kemampuan yang sebenarnya anda miliki. Biasanya sipenderita sadar bahwa mereka melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, namun mereka seolah tidak berdaya untuk menghindari itu.
Ini malah akan menambah satu lagi porsi kecemasan dalam diri. Perilaku ketergantungan tersebut tentu bukan tidak mungkin juga akan berpengaruh pada orang-orang sekitar (tidak hanya orang terdekat). Mereka akan menganggap anda tidak biasa, dan bagi mereka yang sulit menerimanya, tentu akan susah untuk serasi dengan anda. Jika ini terjadi, maka akan semakin menumpuk lagi rasa cemas yang memang sudah menggunung dalam diri anda selama ini.
Sumber tulisan: Cosmopolitan
Sumber gambar: http://www.dreamstime.com/
pernah lihat disekolahnya Pascal, salah satu anak selalu bawa guling kalau sekolah :)
BalasHapus@Lidya:iya bu..asal jangan keterusan xP
BalasHapusselain kepada benda, juga ada terhadap sesuatu yang abstrak atau perilaku....
sy juga bisa dimasukan kedalam kategori lucky charm pada perilaku...tapi sekarang syukur bisa dikendalikan....
salam bu ;)
Kayak ponakanku, dong. Gak bisa lepas dari handuk butut kucel bin belel-nya. Naik pesawat juga dibawa. alamaaakk...!!
BalasHapus@DewiFatma: :O saya juga begitu, kalau suka dengan satu baju/lainnya, biar sudah butut tetap dibawa kemana-mana, tetapi ini tidak menjadi ketergantungan yang berarti...kalau lupa atau tidak membawa..ya ga jadi masalah....:)
BalasHapussalam mba :L
wah, dulu waktu masih kecil bunda juga gituh tuh Arya.
BalasHapusbahkan sampai masuk SD ya, punya selimut yg selalu dibawa2 kemana2, krn memberikan efek menenangkan juga menyenangkan.
untung gak keterusan sampai besar.
salam