Diri ini sering berdiri memandang lewat pintu atau jendela kelas ke arah langit( media belajar merefleksikan siswa dan pribadi).
Bukan melihat putihnya awan atau kelabunya mendung dan bukan pula ingin menaruh harapan diatas sana.
Tetapi selalu menatap jiwa yang seolah terlempar, membentang diangkasa, menampilkan semua fitur yang berisi perilaku hitam, abu-abu dan putih. Dan seperti terpresentasikan dilangit mengenai segala tindakan.
Bercermin kepada siswa, mengenai keteladanan yang sudah berjalan, masih ada yang mengganjal. Pada kondisi sekarang ini, dimana moralitas mesti dikedepankan dibanding keilmuan ( ini pendapat pribadi ).Walau sudah diembankan bahwa pendidikan mesti menyeluruh mencakupi masalah moral dan keilmuan.
Pada masalah perilaku hitam dan putihnya seseorang, bisa saling bercermin satu sama lain. Karena dasarnya manusia sama. Sudah diberikan hak otonomi untuk mengelola dirinya, hal ini kalau dapat dikatakan kelebihan. Ditambah dengan penempatan nur suci di hati ( dengan kata lain : nurani / hati kecil ).
Menyebabkan semua berpotensi untuk menjadi hitam atau putih dalam kehidupannya.
Untuk masalah diri sendiri ( baca : nafsu ), sering melakukan tindakan yang abu-abu cenderung ke hitam, kegamangan dan pengaburan nilai. Yang sebenarnya hati kecil berkata " ini salah".
Pribadi sering keras terhadap siswa, karena memang itu yang selalu dibawa oleh kelugasan suatu tindakan, tanpa basa basi. Dan sering mereka salah paham.
Antara istighfar dan hamdalah saling bertautan, mengisi, menegur jangan sampai berlanjut pada penghitaman dan pembungkaman nurani.
Bercermin kepada perilaku, ternyata kelebihan pada diri juga merupakan kelemahan yang tersembunyi.
Ujung tombak ini masih banyak karat di lekuk-lekuknya.
Dan sang iman juga yang berperan untuk membersihkan dan tetap berpegang teguh pada tali kasih sayang Allah SWT.
"Tiada daya dan upaya ya Allah, melainkan hanya Engkau semata ".
"Aku mengenal diri-Mu, lewat diriku, aku merasakan kasih sayang-Mu yang sebenarnya sudah terselip dihatiku".
Memandang dengan penuh penghormatan pada Allah dan rasul-Nya, maka jiwa ini selalu berkembang, memperbaiki diri.
Serpihan-serpihan yang kotor biarlah berlalu dan berguguran dan tidak perlu menunggu moment sesaat untuk mengubah diri kehal yang positif ( bertobat ). Waktu terasa jauh sedang yang dekat adalah kematian.
Karena selalu berlaku, seperti banyaknya kedipan mata, hembusan nafas dan rasa yang merasakan setiap sentuhan.
"Mata tombak ini selalu dibersihkan dan diasah dari karat dan kotoran, semoga tidak memajal. Walau pada ujung pangkal tombak selalu berubah-ubah ( kebijakan penguasa tentang pendidikan ).
Tetapi tetap berusaha menyesuaikan dengan berbagai tindakan yang pasti".
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp
Bukan melihat putihnya awan atau kelabunya mendung dan bukan pula ingin menaruh harapan diatas sana.
Tetapi selalu menatap jiwa yang seolah terlempar, membentang diangkasa, menampilkan semua fitur yang berisi perilaku hitam, abu-abu dan putih. Dan seperti terpresentasikan dilangit mengenai segala tindakan.
Bercermin kepada siswa, mengenai keteladanan yang sudah berjalan, masih ada yang mengganjal. Pada kondisi sekarang ini, dimana moralitas mesti dikedepankan dibanding keilmuan ( ini pendapat pribadi ).Walau sudah diembankan bahwa pendidikan mesti menyeluruh mencakupi masalah moral dan keilmuan.
Pada masalah perilaku hitam dan putihnya seseorang, bisa saling bercermin satu sama lain. Karena dasarnya manusia sama. Sudah diberikan hak otonomi untuk mengelola dirinya, hal ini kalau dapat dikatakan kelebihan. Ditambah dengan penempatan nur suci di hati ( dengan kata lain : nurani / hati kecil ).
Menyebabkan semua berpotensi untuk menjadi hitam atau putih dalam kehidupannya.
Untuk masalah diri sendiri ( baca : nafsu ), sering melakukan tindakan yang abu-abu cenderung ke hitam, kegamangan dan pengaburan nilai. Yang sebenarnya hati kecil berkata " ini salah".
Pribadi sering keras terhadap siswa, karena memang itu yang selalu dibawa oleh kelugasan suatu tindakan, tanpa basa basi. Dan sering mereka salah paham.
Antara istighfar dan hamdalah saling bertautan, mengisi, menegur jangan sampai berlanjut pada penghitaman dan pembungkaman nurani.
Bercermin kepada perilaku, ternyata kelebihan pada diri juga merupakan kelemahan yang tersembunyi.
Ujung tombak ini masih banyak karat di lekuk-lekuknya.
Dan sang iman juga yang berperan untuk membersihkan dan tetap berpegang teguh pada tali kasih sayang Allah SWT.
"Tiada daya dan upaya ya Allah, melainkan hanya Engkau semata ".
"Aku mengenal diri-Mu, lewat diriku, aku merasakan kasih sayang-Mu yang sebenarnya sudah terselip dihatiku".
Memandang dengan penuh penghormatan pada Allah dan rasul-Nya, maka jiwa ini selalu berkembang, memperbaiki diri.
Serpihan-serpihan yang kotor biarlah berlalu dan berguguran dan tidak perlu menunggu moment sesaat untuk mengubah diri kehal yang positif ( bertobat ). Waktu terasa jauh sedang yang dekat adalah kematian.
Karena selalu berlaku, seperti banyaknya kedipan mata, hembusan nafas dan rasa yang merasakan setiap sentuhan.
"Mata tombak ini selalu dibersihkan dan diasah dari karat dan kotoran, semoga tidak memajal. Walau pada ujung pangkal tombak selalu berubah-ubah ( kebijakan penguasa tentang pendidikan ).
Tetapi tetap berusaha menyesuaikan dengan berbagai tindakan yang pasti".
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp
namanya kita guru, terkadang memang keras, tetapi dibalik kekerasan itu tetap ada kelembutan sehingga mereka nyaman akan arti disiplin dan kerja keras
BalasHapussalam mas
Satu kata, gak perlu panjang-panjang untuk saat ini.
BalasHapus:Setuju deh:
Like this. buat pak guru. 1 jempol. eh 5 jempol (kalau ada lima jempol...)
Semoga mata tombak itu tetap sedemikian ya pak. gak cuma gak memajal. tapi juga berharap tak bengkok, apalagi melwan peperangan yg musuhnya orang-orang berbaju besi.
BalasHapusIed mubarak to all my muslim brother :))
BalasHapusbercermin dan membaca diri.... di hari yang suci...
BalasHapussemoga kita bisa benar-benar mengenal diri kita sesungguhnya. selamat hari raya Idul Adha.... :)
Artikel anda kurang tajam dalam mengungkapkan data dan fakta sehingga analisis dan kesimpulannya menjadi abstrak.
BalasHapusSilahkan diperbaiki dan atau dibuat artikel baru yang "ketokohan anda" dalam muhasabah akan tampak menonjol.
Harap maklum
Salam hangat dari Surabaya
guru juga harus tegas mendidik
BalasHapusapalagi siswa yang di didik juga kan bukan cuma satu
lain orang lain sifatnya
bener ga pak?