Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Paku, lubang dan luka

paku,lubang dan luka
Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk. Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.

Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar.
Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari.
Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.

Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri/bersabar.
Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.

Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata:
”Anakku, kamu sudah berlaku baik, tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar.”

Pagar ini tidak akan kembali seperti semula.
Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar.

Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka.
Tak peduli berapa kali kau meminta maaf/menyesal, lukanya tinggal.
Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik.
Kawan-kawan adalah perhiasan yang langka.
Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat.
Mereka bersedia mendengarkan jika itu kau perlukan,
mereka menunjang dan membuka hatimu.
Tunjukkanlah kepada teman-temanmu
betapa kau menyukai mereka.

8 komentar:

  1. Kisah yang bagus.. sebaiknya memang kita menjauhi diri dari pertengkaran..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya memang sebaiknya begitu sobat fb, ...

      pertengkaran sebenarnya bentuk lugas dari pernyataan sikap, dari sisi lain jika perlu memang mesti dilakukan.

      salam

      Hapus
  2. Kawan adalah kekasih kita, kawan adalah orang tua kita dalam susah, senang, dan gembira.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. aryadevi sudut kelas25 November 2012 pukul 23.49

      iya, pernyataan diatas juga bentuk lugas dari rasa ideal yang kemudian menjadi batasan-batasan dalam berperilaku.

      Hapus
  3. saya pernah membaca kisah ini juga pak, menunjukkan bahwa luka tidak bisa kembali keawal ya keadaannya walaupun sudah diperbaiki

    BalasHapus
  4. jadi teringat dgn masa lalu... pernah melukai seseorang

    BalasHapus
    Balasan
    1. aryadevi sudut kelas media belajar siswa25 November 2012 pukul 23.52

      kalau terlalu sering...bukan melukai atau dilukai....akhirnya tidak ada rasa apa-apa.

      thanks mas Rio

      Hapus
  5. kunjungan sore,

    nice post, salam sehat selalu :)

    BalasHapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas