Atau Teknologi Data diawan (Cloud Computing) ada sejak tahun 50an.
Meskipun Teknologi data diawan marak pada masa sekarang yang merupakan satu terobosan dan sebagai solusi dari semakin luasnya keperluan akan data serta pilihan untuk penyimpanan, sebenarnya konsep komputasi data diawan ini sudah ada dan dipakai pada era 1950an.
Pada masa itu, teknologi tersebut dipakai sebagai "time-sharing" - yang sekarang dianggap sebagai konsep yang mendasari komputasi awan/cloud computing. Pada masa tersebut hanya digunakan dalam dunia akademis dan perusahaan-perusahaan besar. Beberapa klien diperlukan untuk mengakses informasi pada terminal yang terpisah, namun teknologi mainframe tersebut masih sangat mahal. Untuk menghemat pembiayaan, mereka menemukan cara bagi user multiple untuk berbagi CPU. Dari masalah tersebut, menjadi satu lompatan besar hingga menjadi teknologi cloud computing pada hari ini.
Pada tahun 1969, J.C.R. Licklider memperkenalkan ide untuk sebuah "intergalactic computer network" Licklider mengembangkan ARPANET (Advanced Research Projects Agency Network) dan berharap suatu hari setiap orang bisa mengakses data dan program dari mana saja.
John McCarthy - penggagas dari "kecerdasan buatan" mengembangkan ide cloud, dan pertama kali menggunakan data cloud untuk sensus dan transaksi finansial.
Baru beberapa tahun kemudian Licklider dengan konsep “intergalactic” makin mendekati cloud computing. Sampai pada tahun 90-an internet baru bisa mendukung bandwidth yang cukup agar "cloud" tersedia dan dapat digunakan secara massal.
Pada tahun 1997, profesor Ramnath Chellappa adalah orang pertama yang menggunakan teknologi "cloud computing", Pada tahun 1999, Salesforce.com menjadi situs pertama yang memberikan layanan aplikasi tersebut di Internet.
Berlanjut, Amazon ikut masuk, pada tahun 2002, dengan "Web Services" (AWS) menyediakan sistem canggih layanan komputasi di awan dari penyimpanan untuk perhitungan. Dan pada tahun 2006, Amazon memperkenalkan Elastic Compute Cloud (EC2) sebagai layanan web komersial.
Salesforce.com memperluas usahanya pada tahun 2007, dengan Force.com. Platform khusus untuk developer/pengembang, dimana perusahaan dapat menjalankan semua aplikasi bisnis dan website melalui cloud.
Awal 2008, Google dan Microsoft ikut memasuki bidang ini, sehingga cloud semakin dikenal dan digunakan secara luas.
Google App Engine membuat layanan penyimpanan data dengan biaya rendah sehingga semakin mempopulerkan konsep ini. Pada tahun 2009, Google Apps memungkinkan orang untuk menyimpan dokumen di "awan".
Microsoft mengikutinya dengan Windows Azure, memperkuat "cloud" sebagai pasar besar dimana mereka mampu ikut bersaing.
Salesforce.com melanjutkan pertumbuhannya pada tahun 2010 dengan Database.com - masih untuk developer/pengembang - dan layanan komputasi awan diizinkan untuk digunakan pada perangkat atau platform dalam bahasa pemrograman.
Kemudian Apple menempatkan saham dan turut serta dengan mengembangkan iCloud, yang memungkinkan pengguna untuk menyelaraskan foto, aplikasi, musik dan dokumen di serangkaian perangkat.
Saat ini, di mana data digital semakin membanjir, komputasi awan menjadi lahan bisnis prospektif. Menurut IEEE, diprediksikan revenue bidang bisnis ini bisa mencapai lebih dari 152 miliar dolar di tahun 2014 nanti.
Tapi,..untuk awan, langit adalah batasnya ^_^
Sumber: http://mashable.com; Neha Prakash.
Gambar:http://technorati.com
Meskipun Teknologi data diawan marak pada masa sekarang yang merupakan satu terobosan dan sebagai solusi dari semakin luasnya keperluan akan data serta pilihan untuk penyimpanan, sebenarnya konsep komputasi data diawan ini sudah ada dan dipakai pada era 1950an.
Pada masa itu, teknologi tersebut dipakai sebagai "time-sharing" - yang sekarang dianggap sebagai konsep yang mendasari komputasi awan/cloud computing. Pada masa tersebut hanya digunakan dalam dunia akademis dan perusahaan-perusahaan besar. Beberapa klien diperlukan untuk mengakses informasi pada terminal yang terpisah, namun teknologi mainframe tersebut masih sangat mahal. Untuk menghemat pembiayaan, mereka menemukan cara bagi user multiple untuk berbagi CPU. Dari masalah tersebut, menjadi satu lompatan besar hingga menjadi teknologi cloud computing pada hari ini.
Pada tahun 1969, J.C.R. Licklider memperkenalkan ide untuk sebuah "intergalactic computer network" Licklider mengembangkan ARPANET (Advanced Research Projects Agency Network) dan berharap suatu hari setiap orang bisa mengakses data dan program dari mana saja.
John McCarthy - penggagas dari "kecerdasan buatan" mengembangkan ide cloud, dan pertama kali menggunakan data cloud untuk sensus dan transaksi finansial.
Baru beberapa tahun kemudian Licklider dengan konsep “intergalactic” makin mendekati cloud computing. Sampai pada tahun 90-an internet baru bisa mendukung bandwidth yang cukup agar "cloud" tersedia dan dapat digunakan secara massal.
Pada tahun 1997, profesor Ramnath Chellappa adalah orang pertama yang menggunakan teknologi "cloud computing", Pada tahun 1999, Salesforce.com menjadi situs pertama yang memberikan layanan aplikasi tersebut di Internet.
Berlanjut, Amazon ikut masuk, pada tahun 2002, dengan "Web Services" (AWS) menyediakan sistem canggih layanan komputasi di awan dari penyimpanan untuk perhitungan. Dan pada tahun 2006, Amazon memperkenalkan Elastic Compute Cloud (EC2) sebagai layanan web komersial.
Salesforce.com memperluas usahanya pada tahun 2007, dengan Force.com. Platform khusus untuk developer/pengembang, dimana perusahaan dapat menjalankan semua aplikasi bisnis dan website melalui cloud.
Awal 2008, Google dan Microsoft ikut memasuki bidang ini, sehingga cloud semakin dikenal dan digunakan secara luas.
Google App Engine membuat layanan penyimpanan data dengan biaya rendah sehingga semakin mempopulerkan konsep ini. Pada tahun 2009, Google Apps memungkinkan orang untuk menyimpan dokumen di "awan".
Microsoft mengikutinya dengan Windows Azure, memperkuat "cloud" sebagai pasar besar dimana mereka mampu ikut bersaing.
Salesforce.com melanjutkan pertumbuhannya pada tahun 2010 dengan Database.com - masih untuk developer/pengembang - dan layanan komputasi awan diizinkan untuk digunakan pada perangkat atau platform dalam bahasa pemrograman.
Kemudian Apple menempatkan saham dan turut serta dengan mengembangkan iCloud, yang memungkinkan pengguna untuk menyelaraskan foto, aplikasi, musik dan dokumen di serangkaian perangkat.
Saat ini, di mana data digital semakin membanjir, komputasi awan menjadi lahan bisnis prospektif. Menurut IEEE, diprediksikan revenue bidang bisnis ini bisa mencapai lebih dari 152 miliar dolar di tahun 2014 nanti.
***
Pada teknologi Cloud Computing, seakan tiada batas dalam pengembangannya. Tapi,..untuk awan, langit adalah batasnya ^_^
Sumber: http://mashable.com; Neha Prakash.
Gambar:http://technorati.com
maju terus lah dunia IT di dunia dan khususnya di indonesia .. kan keren kalo ahli awan ada di Indonesia :D
BalasHapussudah ada rasanya... o__O eis rasa apa dulu...rasa jambu atawa mangga?...saya lebih senang rasa gratisan... Ha ha ha HAH!
Hapuswaduh...
BalasHapusangkat tangan deh kalo dah ketemu yang beginian...
*tepok jidat...
Mas Rawins sudah jadi pengguna kan?...pengguna google drive misalnya...
Hapuskayaknya keren....
BalasHapustp gak bisa ngebayanginnya kayak gmn...
:P
tidak hanya data, tapi beberapa aplikasi dan sistem operasi sudah dapat berjalan di "awan"
Hapussaya masih kurang mengerti pak :)
BalasHapusMengenai artikel diatas, bahwa konsep teknologi cloud computing sudah ada secara konsep dan dipergunakan (walau masih ada keterbatasan) pada era 50an.
HapusDengan adanya Teknologi Cloud Computing, pengguna tidak terbatas pemakaiannya data/aplikasi pada PC/laptop saja, tetapi bisa memakai data, bahkan menjalankan aplikasi berbasis web dengan menggunakan teknologi Cloud/awan tersebut. Seperti halnya Google App yang sudah begitu populer...kita bisa menyimpan beragam data di storage-nya.
Pengguna tidak bergantung lagi dengan media simpan seperti Harddisk di PC dan lainnya, ini menunjang mobiltas pengguna yang semakin menuntut tinggi akan keperluan data dan aplikasi.
Tapi ini pun sesuai dengan keperluan si pengguna, saya pribadi sendiri masih mengandalkan media simpan di PC;harddisk,UFD ataupun eksternal harddisk.
Ada akun di Google Drive, dipakai untuk menyimpan data2 kecil..lumayan bu, layanan free sudah dapat 5 GB....bayangkan ^_^
kekurangan hanya pada masalah infrastruktur.....jaringan internet...tidak semua sekolah, rumah atau kantor yang internetnya kenceeng atau ada..
HapusBahkan sekarang penyedia hosting sekala kecilpun sudah mulai menawarkan produk-produk cloud dengan cara memecah menjadi paket-paket kecil yang harganya terjangkau.
BalasHapusMudah-mmudahan Indonesia tidak tertinggal pada teknologi ini
BalasHapusteknologi yang berkait dengan data kebayakan menang awalnya hanya dipakai di dunia akademis ataupun dunia militer yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan , setelah itu kemudian berkembang dan digunakan untuk umum :)
BalasHapusmau nyimpan diawan, sayang kouta bandwith terbatas
BalasHapusdan makin sayang kuota penyimpanan awan biasanya terbatas untuk versi free
iya walau free tapi untuk ukuran kita sudah banyak manfaat... terimakasih mas ri
Hapus