Bersih dari ananiyah atau sifat keakuan. Bermula hendak bertanya tentang ananiyah ini tetapi kemudian terjawab dengan menyadari bahwa sifat ini yang selalu terbawa pada setiap tindakan, merasa diri inilah yang "berbuat".
Merasa diri ini pintar dan cerdas jika berhasil menyelesaikan satu keruwetan problem hidup, minimal merasa bangga jika mampu menyelesaikan pekerjaan yang orang lain tidak mampu melakukannya....
Apalagi jika mendapat rejeki yang banyak, lalu merasa inilah hasil kerja keras sendiri, olah pemikiran dan usaha sendiri yang orang lain tidak ada ikut campur...astaghfirullah (bersih dari ananiyah sebagai pendalaman khusus untuk menuju tauhid hakiki).
Secara umum sifat ananiyah biasa disebut egoistis yaitu sikap hidup yang terlalu mementingkan diri sendiri bahkan jika perlu dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Dengan kecenderungan sikap yang dapat merusak tatanan pergaulan kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari penyakit mental ini dapat diketahui dari sikapnya yang selalu mementingkan dan mengutamakan kepentingan dirinya diatas segala-galanya, tanpa mengindahkan kepentingan orang lain.
Apakah demi kepentingan dirinya akan mengorbankan orang lain. Hal ini tidak akan menjadi pertimbangan.
Sifat Ananiyah akan melahirkan sifat Egosentris, artinya mengutamakan kepentingan dirinya diatas kepentingan segala galanya. Mereka melihat hanya dengan sebelah mata bersikap dan mengambil tindakan hanya didorong oleh kehendak nafsu.
Nafsulah yang menjadi kendali dan mendominasi seluruh tindakannya. Standar kebenaran pun ditentukan oleh kepentingan diri.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
“Sekiranya kebenaran itu harus mengikuti kemauan hawa nafsu mereka saja tentulah akan binasa langit dan bumi dan mereka yang ada di dalamnya”.
(Q.S. Al-Muminun ayat : 71)
Dari sifat ananiyah yang hanya memperturutkan hawa nafsunya sendiri akan lahir sifat-sifat lain yang berdampak negatif dan merusak, misalnya, sifat bakhil, tamak, mau menang sendiri, dhalim, meremehkan orang lain dan ifsad (merusak).
Jika tidak segera ditanggulangi sifat ananiyah akan berkembang menjadi sifat congkak dan kibir dengan ciri khasnya Bathrul Haq menolak kebenaran, Ghomtun Nas dan meremehkan manusia.
(H.R. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud)
Jika sifat ini ada pada orang-orang yang memiliki wewenang atau pejabat maka potensi besar bahayanya akan berdampak luas. Pengusaha dengan sifat ananiyah akan meng-gunakan kekayaannya untuk memonopoli ekonomi dengan tidak segan-segan menggilas pengusaha kecil dan menyingkirkan pengusaha-pengusaha yang dianggap saingannya, mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara dhalim dan dengan menghalalkan segala cara.
Bila penyakit ananiyah menjangkiti seorang pemimpin akan cenderung bersifat diktator, tiranis, dan absolut. Seperti halnya Fir’aun, Namrud yang memerintah dengan semena-mena. Dalam kehidupan sehari-hari bila penyakit mental ini melekat pada diri seseorang akan cenderung mental ini melekat pada diri seseorang akan cenderung sulit diatur dan merusak pergaulan dengan kedhaliman, setidak-tidaknya sering menimbulkan masalah. Sementara mereka menganggap benar apa yang mereka lakukan.
Firman Allah subhanahu wa ta'ala :
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”.
(QS. Al-Baqoroh : 11)
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda :
“Dari Abdulloh ibnu Umar radiallahuanhu, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam: “Aniaya itu menjadi kegelapan di hari kiamat”.
(HR. Bukhori di dalam kitab shahihnya).
Dari Abi Hurairoh radiallahuanhu Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang merusak nama baik atau harta benda orang lain maka minta maaflah kepadanya sekarang ini, sebelum datang di mana mata uang tidak laku lagi. Kalau ia mempunyai kebajikan, sebagian amal baiknya itu akan diambil sesuai dengan kadar perbuatan aniayanya. Kalau ia tidak mempunyai amal baik, maka dosa orang lain itu diambil dan ditambahkan pada dosanya”. (HR. Bukhori dalam kitab shahihnya)
Sifat ananiyah juga sering menimbulkan sikap permusuhan, padahal sikap permusuhan itu sangat dibenci Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
“Dari Aisyah radiallahuanhu dari Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, Beliau bersabda: “Orang yang paling dibenci Allah ialah orang yang paling suka bermusuhan”. (HR. Bukhori)
Sumber:dakwahsyariah.blogspot.com
Gambar:al-ihtisyam.blogspot.com
Merasa diri ini pintar dan cerdas jika berhasil menyelesaikan satu keruwetan problem hidup, minimal merasa bangga jika mampu menyelesaikan pekerjaan yang orang lain tidak mampu melakukannya....
Apalagi jika mendapat rejeki yang banyak, lalu merasa inilah hasil kerja keras sendiri, olah pemikiran dan usaha sendiri yang orang lain tidak ada ikut campur...astaghfirullah (bersih dari ananiyah sebagai pendalaman khusus untuk menuju tauhid hakiki).
Secara umum sifat ananiyah biasa disebut egoistis yaitu sikap hidup yang terlalu mementingkan diri sendiri bahkan jika perlu dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Dengan kecenderungan sikap yang dapat merusak tatanan pergaulan kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari penyakit mental ini dapat diketahui dari sikapnya yang selalu mementingkan dan mengutamakan kepentingan dirinya diatas segala-galanya, tanpa mengindahkan kepentingan orang lain.
Apakah demi kepentingan dirinya akan mengorbankan orang lain. Hal ini tidak akan menjadi pertimbangan.
Sifat Ananiyah akan melahirkan sifat Egosentris, artinya mengutamakan kepentingan dirinya diatas kepentingan segala galanya. Mereka melihat hanya dengan sebelah mata bersikap dan mengambil tindakan hanya didorong oleh kehendak nafsu.
Nafsulah yang menjadi kendali dan mendominasi seluruh tindakannya. Standar kebenaran pun ditentukan oleh kepentingan diri.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
“Sekiranya kebenaran itu harus mengikuti kemauan hawa nafsu mereka saja tentulah akan binasa langit dan bumi dan mereka yang ada di dalamnya”.
(Q.S. Al-Muminun ayat : 71)
Dari sifat ananiyah yang hanya memperturutkan hawa nafsunya sendiri akan lahir sifat-sifat lain yang berdampak negatif dan merusak, misalnya, sifat bakhil, tamak, mau menang sendiri, dhalim, meremehkan orang lain dan ifsad (merusak).
Jika tidak segera ditanggulangi sifat ananiyah akan berkembang menjadi sifat congkak dan kibir dengan ciri khasnya Bathrul Haq menolak kebenaran, Ghomtun Nas dan meremehkan manusia.
(H.R. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud)
Jika sifat ini ada pada orang-orang yang memiliki wewenang atau pejabat maka potensi besar bahayanya akan berdampak luas. Pengusaha dengan sifat ananiyah akan meng-gunakan kekayaannya untuk memonopoli ekonomi dengan tidak segan-segan menggilas pengusaha kecil dan menyingkirkan pengusaha-pengusaha yang dianggap saingannya, mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara dhalim dan dengan menghalalkan segala cara.
Bila penyakit ananiyah menjangkiti seorang pemimpin akan cenderung bersifat diktator, tiranis, dan absolut. Seperti halnya Fir’aun, Namrud yang memerintah dengan semena-mena. Dalam kehidupan sehari-hari bila penyakit mental ini melekat pada diri seseorang akan cenderung mental ini melekat pada diri seseorang akan cenderung sulit diatur dan merusak pergaulan dengan kedhaliman, setidak-tidaknya sering menimbulkan masalah. Sementara mereka menganggap benar apa yang mereka lakukan.
Firman Allah subhanahu wa ta'ala :
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”.
(QS. Al-Baqoroh : 11)
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda :
“Dari Abdulloh ibnu Umar radiallahuanhu, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam: “Aniaya itu menjadi kegelapan di hari kiamat”.
(HR. Bukhori di dalam kitab shahihnya).
Dari Abi Hurairoh radiallahuanhu Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang merusak nama baik atau harta benda orang lain maka minta maaflah kepadanya sekarang ini, sebelum datang di mana mata uang tidak laku lagi. Kalau ia mempunyai kebajikan, sebagian amal baiknya itu akan diambil sesuai dengan kadar perbuatan aniayanya. Kalau ia tidak mempunyai amal baik, maka dosa orang lain itu diambil dan ditambahkan pada dosanya”. (HR. Bukhori dalam kitab shahihnya)
Sifat ananiyah juga sering menimbulkan sikap permusuhan, padahal sikap permusuhan itu sangat dibenci Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
“Dari Aisyah radiallahuanhu dari Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, Beliau bersabda: “Orang yang paling dibenci Allah ialah orang yang paling suka bermusuhan”. (HR. Bukhori)
Sumber:dakwahsyariah.blogspot.com
Gambar:al-ihtisyam.blogspot.com
sfat ananiyah apa bisa diartikan egois juga pak? maaf baru bisa bw lagi pak
BalasHapusiya bu bisa diartikan begitu, secara umum sudah dimiliki manusia, hanya pengendaliannya bertahap...ada tahapan secara umum hingga tahapan secara mendalam.
Hapus