Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Jika jadi orang tua (pemerintah)

Pemerintah (orangtua) yang mempunyai banyak anak (rakyat), memang bisa dimaklumi kerepotannya. Mengasuh, memberi makan,sandang dan papan.
Memberikan pendidikan yang layak, kesehatan sampai melindungi, menciptakan rasa aman.
Jika salah satu anaknya sakit,si orangtua tentu masih begitu rela mengusahakan kesembuhan anak.
Tetapi yang namanya punya banyak anak dengan berjuta karakter, apalagi pada anak yang terbelakang ( daerah terpencil )....waaaah, sampai anak yang pernah sakit kemarin, sudah lupa dengan apa diobati dan cara bagaimana pencegahannya ( Indonesia sudah berpengalaman dengan aneka bencana, tetapi masih belum cepat tanggap, itu dimaklumi).
Bahkan kerap lupa dengan kondisi atau kabar si anak.
Bertambah lagi kalau beberapa anak berturut didera sakit ( bencana yang datang beriringan)...bingung tujuh keliling, tergagap-gagap, sampai salah dalam melangkah.
Yah, begitulah resiko menjadi orangtua, padahal ketika berniat jadi orangtua (pilkada,pilpres dll ), tidak dipaksa malah ngebet ( pernah salah satu anaknya yang sudah gede, mengusulkan pada bapaknya untuk kawin yang ketiga kalinya, hohoho..ho..cah bagus..bagussss...sssst..edan ).
Waktu pesta perkawinan (pemilu), bertumpuk uang dikeluarkan. Tidak jelas juga darimana asalnya...sampai tujuh hari tujuh malam ( lebih malah).
Sekarang si bapak bersedih...eh pernah menangis pula didepan anak-anaknya. Sedang si ibu masih tetap ramah dan murah senyum tetapi hanya diam bagai pajangan.

Postingan berulang dari " resiko jadi orang tua " yang sebenarnya nuansa ide berasal dari kondisi Tanah ini, sekarang.
Bukan merecoki siapa yang berkuasa, tetapi hanya memaklumi dengan keadaan, siapapun itu patut dihargai, atas usaha dan kerepotannya dan semoga tabah, amanah serta mawas diri.

15 komentar:

  1. wah menarik juga ya aktikel nya,,
    :)
    di tunggu ya kunjungan dan komentar baliknya :)

    BalasHapus
  2. diumpamakan sbg keluarga ya...menyentuh..

    BalasHapus
  3. setiap pemimpin (di level apapun)pasti akan menghadapi tantangan dan hambatan. sebab itulah setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. maka hendaklah setiap pemimpin bersabar dan menjalankan amanat dengan baik sesuai kemampuannya.

    BalasHapus
  4. yang menjadi masalah adalah jika orang tua kita(pemerintah) koluan (raja tega), sudah tahu anaknya lapar eee... malah dia makan sate dengan sembunyi-sembunyi dan terang terangan bahkan dia tidak menawari pada anaknya yang kelaparan justru dia malah kasih pada anaknya yang lain yang sedang kekenyangan.

    BalasHapus
  5. bener2 artikel yang menarik, jadi teringat kondisi negara ini yang kurang lebih seperti postingan di atas.
    memang benar sebagai orang tua harusnya mempnyai tanggung jawab yg besar, semoga negara ini mendapatkan orang tua yang bisa memajukan negara ini....Amin

    BalasHapus
  6. Kalo yang sekarang seperti orang yang gemar meminta uang pada anaknya.. dan kurang peduli sama anaknya..

    BalasHapus
  7. sepakat ma mas arya, pemimpin sekarang yah walaupun banyak orang yang merasa tidak puas atas kerja mereka, toh mereka ada usaha untuk memajukan negerinya. mereka juga punya kekurangan kan.

    BalasHapus
  8. Yah, itulah resiko jadi pem-or (bingung mau nulis pemerintah apa orang tua ya? ya udah deh pem-or aja.). Punya rakyat segudang apalagi, harus tahu dan bisa manage. Kalau gak punya skill jadi pem-or ya gak usah. Belajar dulu ngurus diri sendiri, kyk mandi sendiri dulu, makan sendiri, cuci piring sendiri.

    Betul ndak pak? Hehehehehe.

    Oh ya perkenalkan, saya blog baru "commoncyber.net". Site yg insya allah mengulas segala ttg software, earn money from internet, serta hot news dr dunia maya. Sitenya support dua bahasa, inggris dan Indonesia. Kalau ada waktu, yuk kapan-kapan mampir. Jalinan persahabatan. ^__^

    BalasHapus
  9. Tulisan ini, sejatinya mengarah ke satire. Ya kan pak?
    Kalau dikirim ke koran, pasti dipajang nih. Bagus lho pak.

    Jadi "orang tuwir" (baca BUKAN orang tua lho ya pak), saya menyebutnya begini saja. Biar gak Ngikut-ngikut narablog di atas memang lebih banyak dukanya. Jadi sejatinya ladang buat jadi orang tuwir ini dikhususkan orang-orang yang mau kemuliaan di mata TuhanNya.

    Tapi, ya sekarang, jamannya orang mau enak n leha-lehaan. Jd ya begini begitu %*&%$%^$#*#%$%# <--- gak bs ngomong byk jd'nya kyk gini.

    BalasHapus
  10. inilah cara menanggulangi masalah dng case by case..jd ga inget lagi jika ada kejadian yg berulang..coba itu dijadikan satu program pasti akan lebih terarah dan mapan deh dalam menanggulangi apapun jg, mulai dari musibah tabrakan kereta api, samapai bencana..

    BalasHapus
  11. keluarga adalah miniatur pemerintahan. semangat menjadi orang tua (pemerintah) ketika anak2 (rakyat) banyak terkena masalah, malah angkat tangan g mau tau. sangat ironis.

    BalasHapus
  12. tulisan dengan analogi yang sangat menarik ,Arya.
    Pasti murid2nya hebat2, kalau gurunya saja sangat pinter dan smart gini.
    Bangga bunda bisa menjadi salah seorang sahabatmu ,Arya .
    salam

    BalasHapus
  13. ia yah susah juga ternyata cuz g bisa mencakup semuanya,tpi kan ada pemerintah daerah yang seharusnya lebih peduli dan dipilih untuk memperhatikan kesejahteran rakyatnya,tpi malah yang saya tau pemerintah daerah malah ribet ngurusin tanah milik daerah atau ktp yang juga dapet sabetan dari sana-sini. uang dari pemerintah untuk dana daerah malah lari kesana kemari atau dapet potongan dari sana sini..waduh carut marut..

    BalasHapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas