Kotoran di matahati, tentang kita, yang selalu membawa kotoran didalam.
Seorang pemuda dari kumpulan yang banyak bicara, memperhatikan seorang tua yang berjalan pincang, dipinggir jalan raya yang lengang.
Katanya kepada si tua,"Jalanan ini rata, kenapa kamu berjalan begitu ?"
Gelak riuh terdengar dibelakang.
Orang tua menjawab,"Dalam menilai kesan yang timbul, kamu mengaitkan kesalahan dengan hal yang mewujudkan bentuk. Hati-hatilah terhadap hal itu ! Jangan menganggap kakiku yang cacat sebagai suatu kesalahan.
Sadarlah anak muda, bentukmu yang bagus tidak lebih baik dibanding dengan sikapmu yang kotor/tidak bijak. Kakiku mengandung arti tertentu, punya alasan tertentu.
Seperti Busur memerlukan yang lurus dan yang bengkok, pegangannya dan talinya."
.................
pemuda bodoh enyahlah:"Pemahaman keledai sesuai dengan sifat keledai."
Ada nilai-nilai yang telah luntur dalam kehidupan sosial di muka bumi ini. Semua serba dipandang lewat penampakan kulit. Sehingga banyak sekali yang tertipu dengan fatamorgana hidup tersebut.
Seorang yang berpakaian bagus dan intelek, tetapi didalamnya kotor, sering tidak sadar masuk dalam pengaruh itu atau mungkin sadar dengan kotoran yang ada didiri sehingga perlu di tutupi dengan topeng materi.
Semua sekarang pandai bicara tentang kebersihan dan kesucian perilaku, tetapi cara beristinja yang baik saja, mungkin masih belepotan dengan najis.
Karena sudah tertutupi dengan kotoran, mustahil bisa melihat sesuatu dengan obyektif.
Seperti pada "Cermin rusak dalam fikiranmu, bidadari bisa tampak mempunyai wajah setan."
Ada kotoran di matahati..ku, mu...dia...kita, mereka... ^_^
Disadur dan diedit dari : Maulana Majdud, ditulis sekitar tahun 1130.
Seorang pemuda dari kumpulan yang banyak bicara, memperhatikan seorang tua yang berjalan pincang, dipinggir jalan raya yang lengang.
Katanya kepada si tua,"Jalanan ini rata, kenapa kamu berjalan begitu ?"
Gelak riuh terdengar dibelakang.
Orang tua menjawab,"Dalam menilai kesan yang timbul, kamu mengaitkan kesalahan dengan hal yang mewujudkan bentuk. Hati-hatilah terhadap hal itu ! Jangan menganggap kakiku yang cacat sebagai suatu kesalahan.
Sadarlah anak muda, bentukmu yang bagus tidak lebih baik dibanding dengan sikapmu yang kotor/tidak bijak. Kakiku mengandung arti tertentu, punya alasan tertentu.
Seperti Busur memerlukan yang lurus dan yang bengkok, pegangannya dan talinya."
.................
pemuda bodoh enyahlah:"Pemahaman keledai sesuai dengan sifat keledai."
Ada nilai-nilai yang telah luntur dalam kehidupan sosial di muka bumi ini. Semua serba dipandang lewat penampakan kulit. Sehingga banyak sekali yang tertipu dengan fatamorgana hidup tersebut.
Seorang yang berpakaian bagus dan intelek, tetapi didalamnya kotor, sering tidak sadar masuk dalam pengaruh itu atau mungkin sadar dengan kotoran yang ada didiri sehingga perlu di tutupi dengan topeng materi.
Semua sekarang pandai bicara tentang kebersihan dan kesucian perilaku, tetapi cara beristinja yang baik saja, mungkin masih belepotan dengan najis.
Karena sudah tertutupi dengan kotoran, mustahil bisa melihat sesuatu dengan obyektif.
Seperti pada "Cermin rusak dalam fikiranmu, bidadari bisa tampak mempunyai wajah setan."
Ada kotoran di matahati..ku, mu...dia...kita, mereka... ^_^
Disadur dan diedit dari : Maulana Majdud, ditulis sekitar tahun 1130.
semoga kita dapat menjaga matahati kita agar tidak dirusak oleh kotoran yang menyesatkan dan menjerumuskan kita pada kerusakan hati,,,
BalasHapusMari kita membersihkan kotoran di hati kita...
BalasHapusakhir2 ini lagi berdebu banyak irii :P
BalasHapuswah..... mantap blog nya .. trims sir.
BalasHapusmantan siswa sana nich... :)