Dalam bahasa aryadevi, keranda media pemimpin yang dikawal berjuta rakyat yang mempercayainya.
Dukungan yang tak akan putus, terus mengalir dari awal sampai akhir.
Diusung, berpanggulkan bahu berpeluh, tapi mereka tidak mengeluh.
Karena ada semangat dari motivasi janji MEREKA.
Dan berlaku sama, bagi yang khianat..
--------------------------------------
Sebuah keranda
mengapung
dalam lautan manusia
dalam gemuruh doa
seperti sungai
yang tak putusputus
mengalir
ke hilir
ke akhir
Puisi Zai Lawanglangit "Prasasti Kematian"
---------------------------------------------------------------------------
Mengapa keranda, bukan mahligai.....
Karena penempatan pemimpin adalah bukan raja, Pemimpin ibarat berdiri diatas dua sisi sengsara atau nikmat.
Tidak ada atas nama pribadi atau kelompok untuk seorang pemimpin..
Konsekwensi barisan moralism dan idealism memagari,
berakibat kerentanan akan terlihat, walau kebohongan dibalut emas dan tahta, tetap akan tergerus juga dengan barisanbarisan tadi.
Dan pada akhir episode, walau mati..sang pemimpin bijak,
akan tetap merasakan sengsara itu membawa nikmat.
(Ini hanya pandangan pribadi dari selarik puisi diatas, yang mungkin berbeda orang untuk menerjemahkan, sesuai dengan konteks kekinian)
Dukungan yang tak akan putus, terus mengalir dari awal sampai akhir.
Diusung, berpanggulkan bahu berpeluh, tapi mereka tidak mengeluh.
Karena ada semangat dari motivasi janji MEREKA.
Dan berlaku sama, bagi yang khianat..
--------------------------------------
Sebuah keranda
mengapung
dalam lautan manusia
dalam gemuruh doa
seperti sungai
yang tak putusputus
mengalir
ke hilir
ke akhir
Puisi Zai Lawanglangit "Prasasti Kematian"
---------------------------------------------------------------------------
Mengapa keranda, bukan mahligai.....
Karena penempatan pemimpin adalah bukan raja, Pemimpin ibarat berdiri diatas dua sisi sengsara atau nikmat.
Tidak ada atas nama pribadi atau kelompok untuk seorang pemimpin..
Konsekwensi barisan moralism dan idealism memagari,
berakibat kerentanan akan terlihat, walau kebohongan dibalut emas dan tahta, tetap akan tergerus juga dengan barisanbarisan tadi.
Dan pada akhir episode, walau mati..sang pemimpin bijak,
akan tetap merasakan sengsara itu membawa nikmat.
(Ini hanya pandangan pribadi dari selarik puisi diatas, yang mungkin berbeda orang untuk menerjemahkan, sesuai dengan konteks kekinian)
@Djangan Pakies: Terimakasih pak atas tanggapannya ^_^
BalasHapus