Ketidaksesuaian kuliah dengan pekerjaan adalah kasus cukup umum sampai banyak orang menjustifikasi tidak perlu ada kesesuaian kuliah dengan pekerjaan.
Repotnya, orang-orang yang menjustifikasi adalah figur publik.
Saya pikir, justifikasi seperti itu salah dan berbahaya. Sudah selayaknya ada kampanye tandingan yang menyatakan sangat tidak wajar jika materi kuliah berbeda terlalu jauh dengan praktik pekerjaan.
Untuk melawan justifikasi yang salah, kita perlu menelanjangi argumen yang salah dan mengingat pengorbanan banyak orang. Di bagian pertama, saya menelanjangi lemahnya argumen "yang penting adalah pola pikir".
Dibagian ini, saya singgung tentang pengorbanan. (baca pada artikel pertama berjudul:Kesesuaian Kuliah dengan pekerjaan)
Menjadi orangtua saat ini sangat sulit. Biaya sekolah dan pernak pernik kebutuhan sekolah meningkat pesat. Demi sekolah, banyak orang tua menjual harta, bekerja siang malam-mungkin dengan lebih dari lima hari seminggu.
Mereka dengan berat hati harus terpisah sepanjang hari dengan anak karena pekerjaan. Mereka berharap segala jerih payah terbayar dengan saat si anak lulus, bekerja mendapatkan gaji baik karena siap kerja setelah lulus.
Semua orang tua tahu betapa sakitnya perasaan terpisah dari anak.
Siswa, pengajar, pebisnis pendidikan, dan pembuat kurikulum perlu mengingat pengorbanan orang tua. Bagi pengajar, pebisnis pendidikan, dan pembuat kurikulum seharusnya mudah untuk berempati pada pengorbanan orangtua karena mereka juga orangtua yang memiliki anak.
Berempati seharusnya mudah; ketidaksesuaian kuliah dengan pekerjaan menunjukan mereka gagal berempati.
Para pengajar yang masih bisa berempati memiliki pengorbanan sendiri. sebagai orang yang pernah menjadi pengajar, saya merasakan beratnya harus rapat ini-itu. Kami harus membahas dan membaca peraturan tebal, membuat kurikulum, dan SAP (Satuan Acara Pengajaran atau RPP - Rencana Pelaksanaan Pengajaran).
Dan entah apa lagi, sekarang ada perkembangan terbaru:Pengajar harus tersertifikasi (certified). Bertambahlah pengorbanan mereka.
Yang berkorban bukan hanya orang tua siswa dan guru/dosen. Rakyat pun bisa mengklaim diri telah berkorban untuk pendidikan. Saat kuliah di ITB, kami sebagai mahasiswa sering dihimbau untuk lulus tepat waktu. Kami diberitahukan bahwa uang kuliah kami tidak dapat menutupi pengeluaran ITB. Memang benar, uang kuliah kami saat itu sangat murah. Itu pun masih banyak yang cari beasiswa.
Bagaimana uang kuliah itu bisa begitu murah?
Karena kami disubsidi Negara. Pajak dari rakyat dipakai untuk membiayai sebagian besar kuliah kami. Bayangkan jika materi kuliah berbeda terlalu jauh dengan pekerjaan-terutama jika akhirnya bekerja tidak sesuai bidang- sia sialah pengorbanan rakyat.
Dulu sebagian pemimpin republik ini dan rektor PTN (perguruan tinggi negeri) merancang beberapa perguruan tinggi untuk pendidikan khusus.
UI untuk Kedokteran, Ekonomi, dan Psikologi; ITB untuk Teknologi; IPB untuk Pertanian; UGM untuk Budaya dan Sosial. Jika skenario itu berjalan baik-alumninya bekerja sesuai dengan bidang studi- Indonesia akan lebih maju daripada sekarang.
Kenyataannya, alumni IPB banyak yang bekerja tidak memajukan pertanian. Seseorang pernah mengatakan, alumni IPB banyak yang bekerja sebagai jurnalis. Dulu lulusan ITB dari berbagai jurusan langsung bekerja di Bank, sehingga ITB disebut Institut Teknologi Banking. UGM dan UI ikut membuat jurusan teknik yang lagi trend:Teknik Informatika dan Ilmu Komputer- bahkan IPB pun membuatnya. PTN-PTN tersebut kehilangan kekhasannya, alumninya bekerja dibidang yang tidak sesuai latar belakang pendidikan, menyia-nyiakan pengorbanan diri sendiri, orang tua, dosen/guru dan rakyat.
Sumber:PCMedia 04/2012
Penulis: Bernaridho L. Hutabarat (Direktur PT Bisnis Tekno Ultima)
bernaridho@biztek.co.id
Gambar:http://www.republika.co.id
Repotnya, orang-orang yang menjustifikasi adalah figur publik.
Saya pikir, justifikasi seperti itu salah dan berbahaya. Sudah selayaknya ada kampanye tandingan yang menyatakan sangat tidak wajar jika materi kuliah berbeda terlalu jauh dengan praktik pekerjaan.
Untuk melawan justifikasi yang salah, kita perlu menelanjangi argumen yang salah dan mengingat pengorbanan banyak orang. Di bagian pertama, saya menelanjangi lemahnya argumen "yang penting adalah pola pikir".
Dibagian ini, saya singgung tentang pengorbanan. (baca pada artikel pertama berjudul:Kesesuaian Kuliah dengan pekerjaan)
Menjadi orangtua saat ini sangat sulit. Biaya sekolah dan pernak pernik kebutuhan sekolah meningkat pesat. Demi sekolah, banyak orang tua menjual harta, bekerja siang malam-mungkin dengan lebih dari lima hari seminggu.
Mereka dengan berat hati harus terpisah sepanjang hari dengan anak karena pekerjaan. Mereka berharap segala jerih payah terbayar dengan saat si anak lulus, bekerja mendapatkan gaji baik karena siap kerja setelah lulus.
Semua orang tua tahu betapa sakitnya perasaan terpisah dari anak.
Siswa, pengajar, pebisnis pendidikan, dan pembuat kurikulum perlu mengingat pengorbanan orang tua. Bagi pengajar, pebisnis pendidikan, dan pembuat kurikulum seharusnya mudah untuk berempati pada pengorbanan orangtua karena mereka juga orangtua yang memiliki anak.
Berempati seharusnya mudah; ketidaksesuaian kuliah dengan pekerjaan menunjukan mereka gagal berempati.
Para pengajar yang masih bisa berempati memiliki pengorbanan sendiri. sebagai orang yang pernah menjadi pengajar, saya merasakan beratnya harus rapat ini-itu. Kami harus membahas dan membaca peraturan tebal, membuat kurikulum, dan SAP (Satuan Acara Pengajaran atau RPP - Rencana Pelaksanaan Pengajaran).
Dan entah apa lagi, sekarang ada perkembangan terbaru:Pengajar harus tersertifikasi (certified). Bertambahlah pengorbanan mereka.
Yang berkorban bukan hanya orang tua siswa dan guru/dosen. Rakyat pun bisa mengklaim diri telah berkorban untuk pendidikan. Saat kuliah di ITB, kami sebagai mahasiswa sering dihimbau untuk lulus tepat waktu. Kami diberitahukan bahwa uang kuliah kami tidak dapat menutupi pengeluaran ITB. Memang benar, uang kuliah kami saat itu sangat murah. Itu pun masih banyak yang cari beasiswa.
Bagaimana uang kuliah itu bisa begitu murah?
Karena kami disubsidi Negara. Pajak dari rakyat dipakai untuk membiayai sebagian besar kuliah kami. Bayangkan jika materi kuliah berbeda terlalu jauh dengan pekerjaan-terutama jika akhirnya bekerja tidak sesuai bidang- sia sialah pengorbanan rakyat.
Dulu sebagian pemimpin republik ini dan rektor PTN (perguruan tinggi negeri) merancang beberapa perguruan tinggi untuk pendidikan khusus.
UI untuk Kedokteran, Ekonomi, dan Psikologi; ITB untuk Teknologi; IPB untuk Pertanian; UGM untuk Budaya dan Sosial. Jika skenario itu berjalan baik-alumninya bekerja sesuai dengan bidang studi- Indonesia akan lebih maju daripada sekarang.
Kenyataannya, alumni IPB banyak yang bekerja tidak memajukan pertanian. Seseorang pernah mengatakan, alumni IPB banyak yang bekerja sebagai jurnalis. Dulu lulusan ITB dari berbagai jurusan langsung bekerja di Bank, sehingga ITB disebut Institut Teknologi Banking. UGM dan UI ikut membuat jurusan teknik yang lagi trend:Teknik Informatika dan Ilmu Komputer- bahkan IPB pun membuatnya. PTN-PTN tersebut kehilangan kekhasannya, alumninya bekerja dibidang yang tidak sesuai latar belakang pendidikan, menyia-nyiakan pengorbanan diri sendiri, orang tua, dosen/guru dan rakyat.
Sumber:PCMedia 04/2012
Penulis: Bernaridho L. Hutabarat (Direktur PT Bisnis Tekno Ultima)
bernaridho@biztek.co.id
Gambar:http://www.republika.co.id
mungkin para pelamar kerja lebih melihat gaji, makanya bersedia memilih pekerjaan yg tdk sesuai latar belakang pendidikannya
BalasHapusAllhamdulillah selama kerja saya masih berhubungan dengan bidang kuliah
BalasHapusFenomena seperti ini memang banyak kita jumpai di negeri kita. Mungkin lantaran persaingan untuk mendapatkan pekerjaan yang sangat ketat.
BalasHapusMaaf ya mas Arya, saya sebenarnya sependapat dengan opini sobat. Sala lulusan salah satu PTN yang mas arya sebutkan diatas. Awal2 kerja memang saya pilih yang sesuai dengan jurusan saya saat kuliah. Tapi selanjutnya seperti kata sobat Ario diatas, masalah gaji yang kurang menjanjikan memaksa saya harus menyeberang ketempat kerja yang lain yang tidak ada hubungannya dengan jurusan waktu saya kuliah dulu.
BalasHapusTapi menurut saya yang paling baik adalah setiap alumni bisa ber wiraswasta untuk menciptakan lapangan kerja dan mengaplikasikan serta mengenbangkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah dulu. Tentu saja dukungan finansial dari pemerintah harus ada agar alumni bisa menjadi enterpreneur2 yang sukses.
Maaf ya mas Arya, ini hanya pendapat saya hehehe...
Thanks sharingnya :)
@Ario: umumnya begitu..kebanyakan kasus...kesesuaian kuliah dengan pekerjaan adalah masalah kompleks dari topangan masalah-masalah lain...
BalasHapus@Lidya: saya sendiri sudah campur aduk....sesuai dengan komentar mas Rio... :D
@Alamendah: nah ini juga yang dimaksud dari masalah-masalah lain...saling terkait.
@Anak Rantau: tidak apa mas ^_^....sy pun mengalami hal serupa dengan anda...sobat anak rantau ^__^....ini hanya opini yang bisa dipakai sebagai pemahaman cerdas...minimal buat pribadi.
Atau mungkin juga semasa kuliah tidak sengaja ngambil jurusan yang bukan keahliannya, ya istilah kasarnya salah jurusan he
BalasHapusMungkin karena lapangan pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya terbatas jadi ngambil kerjaan yang beda sama kuliahnya deh.. Harusnya mahasiswa juga diajarkan menciptakan lapangan kerja baru bukan cuma cari kerja aja.
BalasHapusGreat web site. Plenty of useful info here. I'm sending it to several friends ans additionally sharing in delicious. And naturally, thank you for your sweat!
BalasHapusmy web-site :: how to get guys to like you
Hi! Do you use Twitter? I'd like to follow you if that would be okay. I'm undoubtedly
BalasHapusenjoying your blog and look forward to new posts.
Review my page - how to get back with your boyfriend
These are genuinely wonderful ideas in regarding
BalasHapusblogging. You have touched some pleasant factors here.
Any way keep up wrinting.
Here is my web page: poems to get your ex back
Interesting blog! Is your theme custom made or did you download it from somewhere?
BalasHapusA theme like yours with a few simple tweeks would really make my blog jump out.
Please let me know where you got your theme. Many thanks
Here is my webpage :: cold sores