Tanggapan (komentar) terpanjang dari saudara Arbain yang mengomentari Artikel " Jawab Ngawur, Nilai UKG Tinggi ". Cukup panjang komentarnya dan menarik untuk di posting...sebagai bahan masukan untuk saya dan mungkin semua.
"Saya sangat tertarik dengan hasil UKG, kalau boleh saya katakan siapa yang salah dan siapa yang benar, maka sangatlah sulit menyimpulkan "dua kata" tersebut.
Yang jelas pemerintahlah yang kurang mengerti kondisi pendidikan yang ada di Indonesia, kenapa saya katakan Pemerintah yang kurang mengerti, coba saja kita lihat pada UU Pendidikan kita kalau tidak keliru disalah satu pasal menyebutkan bahwa Kelulusan Berdasarkan Nilai, nah disinilah letak kesalahannya.
Sejak dini anak didik kita ditekankan bahwa kalau kalian mau lulus, maka nilainya harus memenuhi syarat yang ditetapkan, akhirnya apa yang terjadi segala penjurusan berpatokan pada satu kata yaitu "NILAI", baik guru,kepala sekolah, Diknas apalagi siswa, dikepalanya selalu nilai dan nilai. Semua selalu dihantui nilai.
Sampai - sampai UKG pun dasarnya melihatnya adalah nilai.
Lalu dalam hal ini siapa yang "LATAH" Pemerintahkah, UU Pendidikankah, DPR kah atau Kita Semua Yang Salah.
Wah gawat ...kalau boleh saya sedikit usul pembuka simpul.
Seorang Guru Propesional adalah guru yang mengajar sesuai bidang studi keahliannya, pertanyaanya adalah "Benarkah Guru Itu Ahli Dalam Bidangnya ?" Kalau dikatakan ahli, pertanyaan berikutnya muncul sudah berapa lama guru itu ahli dalam bidangnya ?, Apa ukuran seorang guru ahli dalam bidangnya, bagaimana mengukurnya dan masih banyak lagi pertanyaan - pertanyaan yang mungkin dapat membuka simpul kebuntuan.
Kalau kita lihat kembali sejarah seorang guru, untuk melahirkan seorang guru Matematika misalnya, dari seorang guru yang mulai belajar di TK 1 atau 2 tahun, SD 6 Tahun, SMP 3 Tahun, SMA 3 Tahun total 13 tahun seseorang belajar secara umum dengan lebih dari 12 matapelajaran yang dia pelajari. Misal, Kemudian dia kuliah dengan jurusan keguruan Bidang Studi Matematika selama 4 tahun. Pertanyaannya adalah apakah selama 4 tahun kuliah seorang calon guru sudah bisa dikatakan " Guru Profesional ?" dan lain sebagainya.
Lalu simpul apa yang kita dapatkan dari hal tersebut di atas ?, simpulnya adalah " METHODOLOGY PENDIDIKAN KITA KURANG TEPAT ", tidak adanya polah pencarian bakat dari sejak Sekolah Pendidikan Dasar, seharusnya sejak Tingkat SMP sudah terlihat bakat dan keahlian anak - anak didik, sehingga dapat diarahkan kemana nantinya pendidikan yang disiapkan untuk Anak tersebut. Misal jika anak - anak terlihat menonjol pada bidang Matematika, maka Sejak SMP dia hanya mempelajari Bidang Studi yang berhubungan dengan matematika saja sampai dia Selesai Perguruan Tinggi, kalau itu terjadi sudah bisa kita bayangkan bagaimana ahlinya orang - orang Indonesia ?
Itu kalau kita mau Guru dan Pemuda kita Profesional dibidangnya, tetapi kalau kita mau Guru dan Penerus Bangsa ini Profesioal dan berkarakter, maka Pelajaran Falsafah Bangsa dan Religius tidak bisa kita tinggalkan.
Ayo kita sedikit merenung...apakah pola pendidikan kita ini sudah benar ?, mengapa kita takut untuk merombak pola pendidikan yang bersifat umum menjadi Spesialis dan profesional. Apakah karena sistem pendidikan kita ini sudah dianggap " proyek " oleh orang - orang yang " berkepentingan " sehingga ada orang - orang tertentu yang takut kehilangan proyek tersebut ?
Jawabannya ada pada diri kita masing - masing".
Sumber: Arbain
Seorang anak bangsa yang sedih melihat negara ini
Gambar:http://purwoudiutomo.com/2012/05/31/guru-wajah-pendidikan-indonesia/
"Saya sangat tertarik dengan hasil UKG, kalau boleh saya katakan siapa yang salah dan siapa yang benar, maka sangatlah sulit menyimpulkan "dua kata" tersebut.
Yang jelas pemerintahlah yang kurang mengerti kondisi pendidikan yang ada di Indonesia, kenapa saya katakan Pemerintah yang kurang mengerti, coba saja kita lihat pada UU Pendidikan kita kalau tidak keliru disalah satu pasal menyebutkan bahwa Kelulusan Berdasarkan Nilai, nah disinilah letak kesalahannya.
Sejak dini anak didik kita ditekankan bahwa kalau kalian mau lulus, maka nilainya harus memenuhi syarat yang ditetapkan, akhirnya apa yang terjadi segala penjurusan berpatokan pada satu kata yaitu "NILAI", baik guru,kepala sekolah, Diknas apalagi siswa, dikepalanya selalu nilai dan nilai. Semua selalu dihantui nilai.
Sampai - sampai UKG pun dasarnya melihatnya adalah nilai.
Lalu dalam hal ini siapa yang "LATAH" Pemerintahkah, UU Pendidikankah, DPR kah atau Kita Semua Yang Salah.
Wah gawat ...kalau boleh saya sedikit usul pembuka simpul.
Seorang Guru Propesional adalah guru yang mengajar sesuai bidang studi keahliannya, pertanyaanya adalah "Benarkah Guru Itu Ahli Dalam Bidangnya ?" Kalau dikatakan ahli, pertanyaan berikutnya muncul sudah berapa lama guru itu ahli dalam bidangnya ?, Apa ukuran seorang guru ahli dalam bidangnya, bagaimana mengukurnya dan masih banyak lagi pertanyaan - pertanyaan yang mungkin dapat membuka simpul kebuntuan.
Kalau kita lihat kembali sejarah seorang guru, untuk melahirkan seorang guru Matematika misalnya, dari seorang guru yang mulai belajar di TK 1 atau 2 tahun, SD 6 Tahun, SMP 3 Tahun, SMA 3 Tahun total 13 tahun seseorang belajar secara umum dengan lebih dari 12 matapelajaran yang dia pelajari. Misal, Kemudian dia kuliah dengan jurusan keguruan Bidang Studi Matematika selama 4 tahun. Pertanyaannya adalah apakah selama 4 tahun kuliah seorang calon guru sudah bisa dikatakan " Guru Profesional ?" dan lain sebagainya.
Lalu simpul apa yang kita dapatkan dari hal tersebut di atas ?, simpulnya adalah " METHODOLOGY PENDIDIKAN KITA KURANG TEPAT ", tidak adanya polah pencarian bakat dari sejak Sekolah Pendidikan Dasar, seharusnya sejak Tingkat SMP sudah terlihat bakat dan keahlian anak - anak didik, sehingga dapat diarahkan kemana nantinya pendidikan yang disiapkan untuk Anak tersebut. Misal jika anak - anak terlihat menonjol pada bidang Matematika, maka Sejak SMP dia hanya mempelajari Bidang Studi yang berhubungan dengan matematika saja sampai dia Selesai Perguruan Tinggi, kalau itu terjadi sudah bisa kita bayangkan bagaimana ahlinya orang - orang Indonesia ?
Itu kalau kita mau Guru dan Pemuda kita Profesional dibidangnya, tetapi kalau kita mau Guru dan Penerus Bangsa ini Profesioal dan berkarakter, maka Pelajaran Falsafah Bangsa dan Religius tidak bisa kita tinggalkan.
Ayo kita sedikit merenung...apakah pola pendidikan kita ini sudah benar ?, mengapa kita takut untuk merombak pola pendidikan yang bersifat umum menjadi Spesialis dan profesional. Apakah karena sistem pendidikan kita ini sudah dianggap " proyek " oleh orang - orang yang " berkepentingan " sehingga ada orang - orang tertentu yang takut kehilangan proyek tersebut ?
Jawabannya ada pada diri kita masing - masing".
Sumber: Arbain
Seorang anak bangsa yang sedih melihat negara ini
Gambar:http://purwoudiutomo.com/2012/05/31/guru-wajah-pendidikan-indonesia/
kayak'y memang pendidikan sudah dianggap proyek
BalasHapuskalau peralatan sih ada kalibrasi ya pak, kalau guru saya kurang mengerti mungkin harus diadakan semacam ujian juga untuk guru berapa tahun sekali gitu. sebaiknya juga terus menambah ilmu dan memperbaharui ilmu, oops maaf terlalu menggurui
BalasHapus