Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Guru korban cyberbullying

bullies
Sebuah penelitian: Bahwa guru merupakan bagian dari korban cyberbullying.
Cyberbullying telah lama diakui sebagai masalah yang dihadapi ribuan anak-anak sekolah di seluruh dunia.
Dan ini merata tidak melihat pada status dan profesi, karena sebenarnya guru sering menjadi korban bullying baik secara online maupun tidak.
Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 400 profesional pendidikan (guru) yang dilakukan oleh Universitas Plymouth di Inggris, 35 persen dari peserta melaporkan bahwa mereka atau salah satu dari rekan-rekan mereka telah mengalami beberapa bentuk pelecehan online.

Dari hasil penelitian tersebut ditemukan, 72 persen bullying dilakukan oleh siswa dan alumni, 26 persen oleh orang tua siswa....(geleng-geleng kaki-orangtua sekarang banyak yang tidak menjadi dewasa).

Profesor Andy Phippen, yang memimpin penelitian,  menyarankan agar pihak sekolah lebih tenang dalam mengkonfrontasi fenomena ini (dan jangan melalaikan perhatian kasus bulli pada guru yang kemungkinan terjadi).

Fakta bahwa lebih dari seperempat intimidasi dilaporkan berasal dari orang tua, ini sangat mengejutkan. Penelitian ini berawal dari kasus seorang kepala sekolah yang mengalami intimidasi selama 1 tahun oleh orang tua siswa di sekolahnya yang menggunakan internet, dengan mengirimkan berbagai fitnah/tuduhan merusak yang berpotensi mencemarkan nama baiknya. Kepala sekolah tersebut kemudian meminta bantuan medis sebagai akibat dari stress dan depresi yang dialami.

Seorang juru bicara untuk National Union of Teachers (NUT) mengatakan, langkah preventif agar tidak menjadi korban cyberbullying, dan sebagai usaha untuk tidak memperparah keadaan (jika menjadi korban)mesti mengetahui beberapa aturan/pedoman agar kegiatan online menjadi "CyberSafe". Pedoman atau tips berikut  mencakup mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan para guru, seperti :

- Jangan posting informasi pribadi, foto, atau yang sekiranya tidak ingin dilihat oleh siswa, teman, atau orang tua siswa (walau pengaturan pada akun setting privacy sudah diatur "ketat" sekalipun).

- Jangan berteman dengan siswa atau anggota lain dari komunitas sekolah di situs jejaring sosial. (Demi menjaga jangan sampai terjadi kesalahpahaman dalam berinteraksi, dan dampaknya kelak ketika siswa sudah tidak menjadi siswa di sekolah tersebut).

- Jangan membalas serangan cyber tersebut secara pribadi maupun lainnya, karena akan memperparah keadaan.

- Langkah terbaik (jika menjadi korban) adalah dengan menyimpan/merekam semua kejadian, misalnya dengan tidak menghapus pesan teks atau e-mail dan dengan mengambil screen capture tulisan tersebut, termasuk URL atau alamat web.

Sementara itu, Prof Phippen melihat kejadian cyberbullying guru sebagai bagian dari pergeseran budaya yang lebih luas(berkaitan dengan etika, sopan santun, saling menghargai antara sesama atau orang muda kepada orang tua dan sebaliknya) dibandingkan hubungan orangtua-siswa-guru dimasa lalu.
***
Membaca dari pengalaman dan menghubungkan dengan permasalahan diluar sana (penelitian diatas), sebenarnya tidak hanya secara online intimidasi terjadi. Pada kondisi keseharian, kerap menemui tanpa tidak mengetahui masalah apa dan siapa, dijalan atau di ruang publik lain.., ter-bulli baik teror kata-kata sampai ancaman fisik.
Dan yang mengejutkan (mengulang)...ternyata pelakunya rata-rata para orangtua, dengan tingkat pendidikan dan profesi beragam.
Tidak ada yang perlu dicontoh dari perilaku orangtua seperti itu, yang memotivasi anaknya untuk menindas gurunya sendiri. Meminjam mulut anaknya, untuk berteriak dijalan, mencemooh, menghina.

Sumber: http://www.theonlinemom.com
Gambar: http://www.sott.net

19 komentar:

  1. saya pernah melihat sendiri hal ini pak baik dari pihak ortu maupun dari gurunya sendiri. yang pertama dari pihak ortu karena ketidak puasannya dia menuliskan ini dijejeraing sosial. yang kedua dilakukkan oleh guru, karena banyanya komplain dari para ortu dia menuliskan ini juga di jejaring sosial kebetulan saya juga berteman dengan mereka di jejaring itu jadi secara langsung bisa menyaksikan pertempuran kata-kata. sangat disayangkan ya knapa harus di media online seperti ini, tidak bisa dibicarakan secara langsung saja, itu menurut saya loh ya pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudut kelas media belajar siswa25 Januari 2013 pukul 14.39

      iya sebaiknya dibuat pertemuan, pihak sekolah mewadahi. tidak perlu saling membalas jadi seperti "peyek" toh kalau ga saling mau mengalah...

      Hapus
  2. Semoga ada pencerahan dan ssolusi..
    agar tidak ada bullying2 lagi :D

    sukses PAk Guru..!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau jiwa premanism masih dibawa2 untuk menyelesaikan satu masalah, dan itu yang sering terjadi. Maka sebenarnya tidak ada yang bisa dipercaya dari para p**ja**t kita..

      Hapus
  3. Ternyata tekanan orang tua kepada guru termasuk bullying juga ya. Padahal ini masih banyak terjadi terutama di beberapa sekolah yang ortunya kaya... Sebuah kebijakan sekolah atau proses belajar mengajar jadi tidak terasa nyaman buat gurunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudut kelas media belajar siswa26 Januari 2013 pukul 20.19

      kalau orangtua siswa campur tangan terlalu jauh dan berlebihan sampai masuk kategori intimidasi....

      Hapus
  4. gurupun bs mengalami cyberbullying ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudut kelas media belajar siswa26 Januari 2013 pukul 20.21

      iya, memandang rendah pada sesama itu sudah biasa...tidak akan pupus biar pendidikan setinggi gunung.

      Hapus
  5. Balasan
    1. sudut kelas media belajar siswa26 Januari 2013 pukul 20.22

      serba relatif,...yang penting mesti siap dengan modal karakter sendiri...

      Hapus
  6. karena ga berani ngomong langsung ke orangnya makanya, membuly lewat dumay

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kebanyakan begitu ga berani berhadapan dengan bicara baik, ya akhirnya memakai cara preman, dijalanan teriak-teriak..tp itu pun minjam mulut orng lain atau lewat jejaring sosis...hehehe sosis

      Hapus
  7. ini penelitian dari luar ya. Tapi sejauh ini ortu di sekolah gak ada yang bullying. Paling ya emosi kalo anaknya kena apa-apa. Beruntung di sekolah Islami...

    Tapi dimanapun kejahatan gak akan berhenti...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudut kelas media belajar siswa26 Januari 2013 pukul 20.25

      disayangkan, para ortu yang kurang moral...bukan mengajarkan yang baik pada anaknya..malah mendukung....ini fakta...karena sy pun pernah jd korban.

      Hapus
  8. iya bener juga tuh, harus di proses untuk kejadian2 seperti itu.

    BalasHapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas