Jahiliyyah yang ditawarkan syetan kepada manusia, tidaklah selalu berupa ajakan menyembah patung atau berhala, akan tetapi termasuk mengarahkan agar kebenaran diukur dengan hawa nafsu.
Dan untuk memenuhi kebutuhan nafsu itulah maka syetan lebih mudah merasuk dan menyesatkan manusia tanpa ia sadari. Akhirnya ia menjadi manusia yang mempertuhankan hawa nafsunya.
Kemudian dengan turunnya agama-agama samawi, secara mendasar menyiratkan ajakan kepada umat manusia untuk mempercayai dan meyakini kepada hal gaib (menuntun untuk meyakini hal ghaib secara benar), terutama keyakinan pada satu yang tunggal yaitu tuhan, dalam hal ini Yang Maha Ghaib adalah Allah SWT.
Sampai disini....apakah ada kontradiksi?
Manusia diseru agar beriman, bertuhan dan menyandarkan segala sesuatu kepadaNya.Turunnya agama untuk umat manusia, didasarkan kepada kaitan/hubungan harmonisasi antara yang ghaib (tidak masuk logika) dengan materi dunia (logika manusia).
Adanya keseimbangan (diharapkan), antara kedua tersebut secara yakin akan membawa kehidupan umat manusia dan makhluk lainnya menjadi sejahtera luar dalam (jasmani dan rohani).
Pada sisi inilah, salah satu aspek yang menjadi sasaran syetan untuk menyesatkan manusia.
Mempengaruhi pikiran untuk tidak mempercayai semua hal yang berhubungan dengan hal yang tidak nyata (ghaib) dengan alasan itu tidak masuk logika.
Dikaitkan lagi dalam setiap diskusi-diskusi umum, bahwa ditengah ke modernan dan kemajuan bangsa, sangat tidak sesuai dengan tuntutan jaman, dianggap pola pikir primitif, kuno dan kampungan.
Walau mengandung kebenaran, tetapi terkesan kuat untuk mengarahkan agar manusia modern tidak perlu lagi percaya dan meyakini semua yang berbau "ghaib".
Santet, pelet, kuntilanak, pocong dan semua bentuk asesoris tipu daya syetan dianggap tahayul. Manusia diajak tidak mempercayai eksestensi bentuk-bentuk tersebut...hm,pidihil padahal???
(Masalah ghaib tidak hanya seputar kehidupan jin dan syetan sebagaimana yang banyak diekspos oleh media massa akhir-akhir ini. Karena jin dan syetan hanya bagian kecil dari masalah keghaiban yang sangat luas cakupannya. Kita belum pernah melihat suratan taqdir kita dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, tapi kita harus percaya akan adanya takdir yang telah digariskan Allah untuk kita, yang baik maupun yang buruk. Begitu juga dengan umur kita, Allah telah menentukan batasannya dan kita harus mempercayainya, walaupun kita belum tahu berapa lama ketentuan umur kita. Dan masih banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan kita, yang masuk dalam kategori ghaib karena tidak bisa kita indra dengan panca indra kita)
Tidak secara frontal menyalahkan ucapan para pakar atau juga membenarkan, karena semua pernyataan yang dipengaruhi hawa nafsu akan jelas terlihat.
Diharapkan untuk mereka semua (pakar) bisa secara proporsional dalam membeberkan masalah ini.
Sehingga masyarakat awam pun akan proporsional dalam memahami masalah gaib dan kenyataannya.
Al-Quran sendiri telah menyebutkan kata “ghaib” kurang lebih sebanyak 56 kali. Dan di permulaan surat al-Baqarah, Allah meyebutkan salah satu dari karakter orang-orang yang bertaqwa adalah, orang-orang yang beriman kepada yang ghaib. “Alif Lam Mim. Kitab al-Qur’an ini tidak ada keraguan didalam padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib..” (QS. Al-Baqarah: 1 – 3).
Gambar:http://toploungeact.blogspot.com
Dan untuk memenuhi kebutuhan nafsu itulah maka syetan lebih mudah merasuk dan menyesatkan manusia tanpa ia sadari. Akhirnya ia menjadi manusia yang mempertuhankan hawa nafsunya.
***
Atas nama logika, kecenderungan manusia "modern", diarahkan untuk tidak mempercayai semua masalah diluar logika.Dengan kelogikaannya yang terbatas(tetapi penuh percaya diri), bermaksud menjalani semua masalah dunia dengan semua serba harus masuk logika. Ini memang wajar adanya, hidup dengan dikelilingi serba "materi" maka manusia tidak bisa luput dari cara berpikir begitu.Kemudian dengan turunnya agama-agama samawi, secara mendasar menyiratkan ajakan kepada umat manusia untuk mempercayai dan meyakini kepada hal gaib (menuntun untuk meyakini hal ghaib secara benar), terutama keyakinan pada satu yang tunggal yaitu tuhan, dalam hal ini Yang Maha Ghaib adalah Allah SWT.
Sampai disini....apakah ada kontradiksi?
Manusia diseru agar beriman, bertuhan dan menyandarkan segala sesuatu kepadaNya.Turunnya agama untuk umat manusia, didasarkan kepada kaitan/hubungan harmonisasi antara yang ghaib (tidak masuk logika) dengan materi dunia (logika manusia).
Adanya keseimbangan (diharapkan), antara kedua tersebut secara yakin akan membawa kehidupan umat manusia dan makhluk lainnya menjadi sejahtera luar dalam (jasmani dan rohani).
Pada sisi inilah, salah satu aspek yang menjadi sasaran syetan untuk menyesatkan manusia.
Mempengaruhi pikiran untuk tidak mempercayai semua hal yang berhubungan dengan hal yang tidak nyata (ghaib) dengan alasan itu tidak masuk logika.
Dikaitkan lagi dalam setiap diskusi-diskusi umum, bahwa ditengah ke modernan dan kemajuan bangsa, sangat tidak sesuai dengan tuntutan jaman, dianggap pola pikir primitif, kuno dan kampungan.
Walau mengandung kebenaran, tetapi terkesan kuat untuk mengarahkan agar manusia modern tidak perlu lagi percaya dan meyakini semua yang berbau "ghaib".
Santet, pelet, kuntilanak, pocong dan semua bentuk asesoris tipu daya syetan dianggap tahayul. Manusia diajak tidak mempercayai eksestensi bentuk-bentuk tersebut...hm,
(Masalah ghaib tidak hanya seputar kehidupan jin dan syetan sebagaimana yang banyak diekspos oleh media massa akhir-akhir ini. Karena jin dan syetan hanya bagian kecil dari masalah keghaiban yang sangat luas cakupannya. Kita belum pernah melihat suratan taqdir kita dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, tapi kita harus percaya akan adanya takdir yang telah digariskan Allah untuk kita, yang baik maupun yang buruk. Begitu juga dengan umur kita, Allah telah menentukan batasannya dan kita harus mempercayainya, walaupun kita belum tahu berapa lama ketentuan umur kita. Dan masih banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan kita, yang masuk dalam kategori ghaib karena tidak bisa kita indra dengan panca indra kita)
Tidak secara frontal menyalahkan ucapan para pakar atau juga membenarkan, karena semua pernyataan yang dipengaruhi hawa nafsu akan jelas terlihat.
Diharapkan untuk mereka semua (pakar) bisa secara proporsional dalam membeberkan masalah ini.
Sehingga masyarakat awam pun akan proporsional dalam memahami masalah gaib dan kenyataannya.
Al-Quran sendiri telah menyebutkan kata “ghaib” kurang lebih sebanyak 56 kali. Dan di permulaan surat al-Baqarah, Allah meyebutkan salah satu dari karakter orang-orang yang bertaqwa adalah, orang-orang yang beriman kepada yang ghaib. “Alif Lam Mim. Kitab al-Qur’an ini tidak ada keraguan didalam padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib..” (QS. Al-Baqarah: 1 – 3).
Gambar:http://toploungeact.blogspot.com
harus memperkuat iman
BalasHapuskreatif dah .. sharenya
BalasHapus.. kayaknya ini yg lagi diperbincangkan nich ya pak?!? he..86x ..
BalasHapustengkyuu ya informasinya bro
BalasHapuskasian amat ya jadi setan
BalasHapusga ngapa-ngapain juga sering dikambinghitamkan oleh manusia
perasaan orang kalo mau berbuat jahat semuanya dipikirin sendiri
tapi pas ketangkep suka bilang kegoda setan
hihihi pisss
hiiii ..iya piss
Hapusbutuh logika untuk memahami..:D
BalasHapusnice info....