Matang dalam beragama, manusia mengalami dua macam perkembangan, yaitu perkembangan jasmani dan perkembangan rohani, perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur kronologis dan puncaknya perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan.
Sedangkan perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas), dan pencapaian abilitas rohani dalam perkembangannya akan menuju pada kematangan (maturity).
Pada temuan psikologi terhadap orang-orang yang beragama, faktor internal dan lingkungan dapat memberi ciri pada pola tingkah laku seseorang dalam bertindak. Pola seperti ini akan memberikan bekas pada sikap seseorang dalam beragama.
Dan jelas ada hubungan, antara tingkah laku keagamaan seseorang dengan pengalaman agama yang dimilikinya.
Anda yang sering berkunjung kesitus Youtube dengan pencarian kata kunci yang berkaitan dengan "agama" tentu melihat lebih banyak isi komentar yang mencaci maki, menghujat, dan cenderung tidak ada hubungan dengan isi video atau pada forum-forum diskusi "agama", banyak isi komentar yang penuh emosi, juga pada situs-situs berita lainnya, selalu ada saja komentar-komentar yang tidak tepat dengan substansi masalah.
Dan ini disadari atau tidak disadari malah menunjukan "isi" dari yang berkomentar.
Perlu dicurigai jika berhadapan dengan orang-orang yang sering menghujat, caci-maki: agama, keyakinan dan kepercayan orang lain, bisa dikatakan orang itu tengah sakit jiwa.
Sakit jiwa? ^__^
Maksudnya orang tersebut dalam melaksanakan ajaran agama tidak didasarkan atas kematangan beragama yang seimbang secara bertahap dan berproses dalam perjalanan hidup.
Pemahaman, menjadi cerdas dan menguasai sesuatu ilmu memerlukan proses, ada tahapan (dan semua itu karunia Allah). Tidak bisa instan, sehingga saat menemui kegagalan dalam belajar, kecewa dan frustrasi.
Dalam tata cara penyampaian (dakwah) semanisnya untuk mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah, untuk kemashlahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan juga di akhirat-terlepas mereka mau ikut atau tidak (sekali lagi ini adalah urusan Allah-karunia dan hidayah Allah).
Dengan disertai cara dan tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia supaya menganut, menyetujui, dan melaksanakan sesuatu ideologi, pendapat-pendapat, pekerjaan-pekerjaan tertentu dan lain-lain dengan tutur kata yang arif.
Gambar:http://ivadygabor.blog.hu/
Sedangkan perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas), dan pencapaian abilitas rohani dalam perkembangannya akan menuju pada kematangan (maturity).
Pada temuan psikologi terhadap orang-orang yang beragama, faktor internal dan lingkungan dapat memberi ciri pada pola tingkah laku seseorang dalam bertindak. Pola seperti ini akan memberikan bekas pada sikap seseorang dalam beragama.
Dan jelas ada hubungan, antara tingkah laku keagamaan seseorang dengan pengalaman agama yang dimilikinya.
Anda yang sering berkunjung kesitus Youtube dengan pencarian kata kunci yang berkaitan dengan "agama" tentu melihat lebih banyak isi komentar yang mencaci maki, menghujat, dan cenderung tidak ada hubungan dengan isi video atau pada forum-forum diskusi "agama", banyak isi komentar yang penuh emosi, juga pada situs-situs berita lainnya, selalu ada saja komentar-komentar yang tidak tepat dengan substansi masalah.
Dan ini disadari atau tidak disadari malah menunjukan "isi" dari yang berkomentar.
Perlu dicurigai jika berhadapan dengan orang-orang yang sering menghujat, caci-maki: agama, keyakinan dan kepercayan orang lain, bisa dikatakan orang itu tengah sakit jiwa.
Sakit jiwa? ^__^
Maksudnya orang tersebut dalam melaksanakan ajaran agama tidak didasarkan atas kematangan beragama yang seimbang secara bertahap dan berproses dalam perjalanan hidup.
Pemahaman, menjadi cerdas dan menguasai sesuatu ilmu memerlukan proses, ada tahapan (dan semua itu karunia Allah). Tidak bisa instan, sehingga saat menemui kegagalan dalam belajar, kecewa dan frustrasi.
***
Andai anda (yang sudah beragama) masuk ketengah orang yang beraliran sesat sekalipun, tidak dibenarkan untuk berkata kasar menghujat.Dalam tata cara penyampaian (dakwah) semanisnya untuk mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah, untuk kemashlahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan juga di akhirat-terlepas mereka mau ikut atau tidak (sekali lagi ini adalah urusan Allah-karunia dan hidayah Allah).
Dengan disertai cara dan tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia supaya menganut, menyetujui, dan melaksanakan sesuatu ideologi, pendapat-pendapat, pekerjaan-pekerjaan tertentu dan lain-lain dengan tutur kata yang arif.
Gambar:http://ivadygabor.blog.hu/
sekarang mending beragama sesuai dengan kepercayaan kita aja jangan dibangga-banggakan palagi jadi fanatisme
BalasHapussip pak..terimakasih untuk kunjungannya...
HapusKalau buat Muslim beragama lah seperti Rasulullah karena dia teladan yang baik..
BalasHapusiya..sambil terus berjihad (belajar terus)
Hapusbanyak orang komentar di entri agama tapi komentarnya ga seperti orang beragama
BalasHapusdunia memang tempatnya nafsu.....maka banyak yg bernafsu....tidak perlu pikir panjang, tidak perlu pakai ilmu yang sudah pernah dipelajari.....langsung saja gunakan nafsu...menghina, intimidasi, menghujat desebegenya..
HapusNgaku beragama tapi ngomongnya kayak setan... gak jelas memang... kurangnya kontrol diri, dan belum dibukakan pemahaman bahwa penghuni surga itu bahasanya santun #kayak pernah ke sana aja ya...
BalasHapusHehe..iya bu rupanya pernah ke surga?....
Hapusmesti ada pengelolaan hawa nafsu.....
yang waras ngalah ya pak dibanding harus menghujat dan mencaci maki
BalasHapusbisa begitu bu..iya...yang waras ngalah saja dari pada jadi debat kusir
Hapussaking dangkalnya pemahaman kita tentang beragama, sehingga kadang kita mengagungkan agama kita, Seharusnya hanya Allah yang menciptakan dan memberi kehidupan kepada kita yang patut untuk kita agungkan.
BalasHapustidak ada keseimbangan antara syariat dan hakikat. Mesti jalan keduanya, jika sudah lazim maka akan menjadi tenang dihati dan menenangkan sekitar.
Hapus