Anak (baca siswa) jangan djadikan obyek kreatifitas orang dewasa (baca orangtua dan guru). Orang dewasa hanya mempunyai fungsi pengarah, pembimbing bukan yang menentukan.
Jika memberikan tugas kepada anak dan mereka atau pihak lain berkeberatan maka bisa dipertanyakan kebijakan, wawasan atau pengetahuan dari orang dewasa tersebut (pengalaman menjadi salah satu nilai).
Apalagi dengan adanya kasus-kasus asusila, kekerasan, atau siswa dijadikan lahan duit- disuruh beli ini itu oleh gurunya untuk kepentingan pribadi, tentu ini menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan kepada anak.
Jangan merasa tugas yang dibebankan kepada anak adalah untuk menggali kreatifitas mereka, dari satu pihak.
Tentu lebih baik memberikan kebebasan mereka untuk memilih (jika menolak tugas dengan alasan yang logis) dan bisa diterima kemudian dicarikan tugas pengganti.
Paradigma pendidikan seutuhnya adalah membiarkan anak untuk mandiri sehingga pada akhirnya tidak memerlukan lagi seorang dewasa (orangtua atau guru) disisinya - mencari sendiri setelah dengan referensi, bimbingan yang ditawarkan, disajikan, diuraikan, dijelaskan oleh orang dewasa.
Dilanjutkan dengan penilaian, ganjaran atas proses kerja mereka, hasil kreasi mereka.
Dan semua itu tidak lepas dari kondisi yang diciptakan bersama, kerja sama, saling berbagi keteladanan-habituasi moral.
Sumber gambar: http://huvitegevus.weebly.com/huviaken/opetajate-paev-3-oktoobril
Jika memberikan tugas kepada anak dan mereka atau pihak lain berkeberatan maka bisa dipertanyakan kebijakan, wawasan atau pengetahuan dari orang dewasa tersebut (pengalaman menjadi salah satu nilai).
Apalagi dengan adanya kasus-kasus asusila, kekerasan, atau siswa dijadikan lahan duit- disuruh beli ini itu oleh gurunya untuk kepentingan pribadi, tentu ini menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan kepada anak.
Jangan merasa tugas yang dibebankan kepada anak adalah untuk menggali kreatifitas mereka, dari satu pihak.
Tentu lebih baik memberikan kebebasan mereka untuk memilih (jika menolak tugas dengan alasan yang logis) dan bisa diterima kemudian dicarikan tugas pengganti.
Paradigma pendidikan seutuhnya adalah membiarkan anak untuk mandiri sehingga pada akhirnya tidak memerlukan lagi seorang dewasa (orangtua atau guru) disisinya - mencari sendiri setelah dengan referensi, bimbingan yang ditawarkan, disajikan, diuraikan, dijelaskan oleh orang dewasa.
Dilanjutkan dengan penilaian, ganjaran atas proses kerja mereka, hasil kreasi mereka.
Dan semua itu tidak lepas dari kondisi yang diciptakan bersama, kerja sama, saling berbagi keteladanan-habituasi moral.
***
"Anak jangan dijadikan obyek" kreatifitas orangtua dan guru sebagai bahan mawas diri.Sumber gambar: http://huvitegevus.weebly.com/huviaken/opetajate-paev-3-oktoobril
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.