Pembelajaran orang muda ; Dunia persekolahan formal pada hakekatnya diciptakan untuk memfasilitasi proses pendampingan kaum/manusia muda agar mereka lebih dimungkinkan untuk tumbuh dan berkembang sesuai bakat, potensi dan telentanya.Tujuannya adalah memanusiawikan manusia muda itu, agar berani menjadi dirinya sendiri, autentik,unik tak terbandingkan. Juga untuk mendewasakan mereka dan menjadikan mereka itu manusia-manusia mandiri yang dapat menjalin hubungan interdependen dalam masyarakat luas. Lewat proses pendewasaan dan pemandirian itu, kaum muda pada gilirannya diharapkan tidak menjadi beban sosial-ekonomi masyarakat dan pemerintah lokal, tetapi justru menjadi kontributor dan aktor yang menyatakan kehadiran dirinya dalam karya nyata yag berguna bagi kemanusiaan dan pelestarian lingkungan hidup disekitarnya.
Dengan pemahaman yang demikian untuk waktu yang sangat lama, dunia persekolahan(termasuk universitas) hampir selalu ditujukan kepada kaum muda yang dipersiapkan untuk menjadi generasi pengganti yang mampu mengambil alih estafet kepemimpinan dalam keluarga, masyarakat, perusahaan, bangsa dan negara.
Pembelajaran orang dewasa ; Entah kapan tepatnya, tetapi kira-kira diparuh pertama abad ke 20 lalu, baru muncul konsep pembelajaran untuk orang dewasa atau adult education (mungkin lebih pas disebut adult learning). Belajar tidak lagi dipahami sebagai aktivitas yang dimonopoli oleh kaum muda dibawah 21 tahun saja, tetapi juga bagi orang yang berusia dewasa.
Karena kanak-kanak dan remaja berbeda dengan orang dewasa, maka proses pembelajaran orang dewasa tentu haruslah berbeda dengan dunia persekolahan pada umumnya. Perbedaan itu tidak saja mencakup materi ajaran, tetapi juga metodologi pengajaran dan pelatihan yang dipergunakan. Orang dewasa tidak suka didikte dan dicekoki dengan berbagai rumus baku yang tak boleh dipertanyakan keabsahannya. Orang dewasa juga seharusnya lebih kritis dan mampu menyoal relevansi ajaran tertentu dengan kehidupan nyata yang dihadapinya sehari-hari. Orang dewasa juga mampu menganalisis sejauh mana pengajar mereka melakukan atau menerapkan materi yang diajarkannya. Dengan demikian, mengajar orang dewasa tidak lebih mudah dibanding mengajar kanak-kanak dan remaja belia. Diperlukan materi ajaran yang berkualitas, pengajar yang berintegritas-demokratis, metodologi yang lebih partisipatif serta memicu kreativitas dan sebagainya.
Sumber: Andrias Harefa (penulis buku)
Dengan pemahaman yang demikian untuk waktu yang sangat lama, dunia persekolahan(termasuk universitas) hampir selalu ditujukan kepada kaum muda yang dipersiapkan untuk menjadi generasi pengganti yang mampu mengambil alih estafet kepemimpinan dalam keluarga, masyarakat, perusahaan, bangsa dan negara.
Pembelajaran orang dewasa ; Entah kapan tepatnya, tetapi kira-kira diparuh pertama abad ke 20 lalu, baru muncul konsep pembelajaran untuk orang dewasa atau adult education (mungkin lebih pas disebut adult learning). Belajar tidak lagi dipahami sebagai aktivitas yang dimonopoli oleh kaum muda dibawah 21 tahun saja, tetapi juga bagi orang yang berusia dewasa.
Karena kanak-kanak dan remaja berbeda dengan orang dewasa, maka proses pembelajaran orang dewasa tentu haruslah berbeda dengan dunia persekolahan pada umumnya. Perbedaan itu tidak saja mencakup materi ajaran, tetapi juga metodologi pengajaran dan pelatihan yang dipergunakan. Orang dewasa tidak suka didikte dan dicekoki dengan berbagai rumus baku yang tak boleh dipertanyakan keabsahannya. Orang dewasa juga seharusnya lebih kritis dan mampu menyoal relevansi ajaran tertentu dengan kehidupan nyata yang dihadapinya sehari-hari. Orang dewasa juga mampu menganalisis sejauh mana pengajar mereka melakukan atau menerapkan materi yang diajarkannya. Dengan demikian, mengajar orang dewasa tidak lebih mudah dibanding mengajar kanak-kanak dan remaja belia. Diperlukan materi ajaran yang berkualitas, pengajar yang berintegritas-demokratis, metodologi yang lebih partisipatif serta memicu kreativitas dan sebagainya.
Sumber: Andrias Harefa (penulis buku)
iya deh pak guru, saya ikut baca saja ...
BalasHapusyang namanya belajar sepertinya ga ada hentinya ya pak guru. dari dalam buaian hingga ke liang lahat.
BalasHapusuntuk ngajar orang dewasa itu lebih diperlukan keterampilan untuk membuat mereka tetep fokus dalam pembelajaran *sotoy :D
BalasHapus