Kita hidup dengan sejumlah stres (berbagai masalah yang dapat mengarah pada tekanan dengan beragam tingkatan: ringan, sedang dan berat) tertentu pada kehidupan sehari-hari, dan sepanjang stres tersebut tidak berubah tingkatannya menjadi "racun", stres dapat membantu menjaga kita agar senantiasa fokus dan termotivasi. Stres menjadi masalah jika menguasai kehidupan seseorang (pencuri energi).
Misalnya: Saat tenggelam dalam rutinitas sekolah, selalu menangani perilaku bermasalah yang berulang dari beragam siswa, kemudian antara teman sejawat, tanpa tahu masalah, kita dicemooh atau gara-gara beda pendapatan..teman sekantor jadi berubah..dan lain sebagainya....dari semua itu dapat membuat kita stres dan kelelahan yang terakumulasi kemudian menjadi berat...
Apa yang akan terjadi jika seseorang mengalaminya(stres berat)?
Mari menggunakan analogi kawat listrik yang terkelupas. Serabut yang terbungkus di sekitar kawat tembaga menjadi terbuka karena penggunaan yang berlebihan dan akhirnya menimbulkan arus pendek (konsleting), terputusnya sekering atau bahkan bisa terjadi kebakaran.
Salah satu sebab ausnya saraf ialah pengeluaran terus menerus adrenalin, yang dipicu oleh perasaan seperti kemarahan, ketakutan, atau kehilangan pengendalian. Pengeluaran adrenalin ini menciptakan rasa kuat yang salah (energi tubuh terserap) dan berubah menjadi stres "beracun", sehingga tubuh menjadi kehabisan energi.
Untuk bekerja, bermain, senantiasa konsentrasi dan rileksasi, kita memerlukan energi. Salah satu cara untuk melihat penyebab stres di kehidupan sekolah, ialah dengan memahami apakah orang yang berinteraksi dengan kita -siswa, orang dewasa, dan netral- itu memberi energi atau berusaha mencuri energi.
Orang yang netral biasanya disibukan dengan sesuatu dan perhatian mereka ketempat lain. Orang yang memberi energi secara aktif terlihat pada keterlibatan pembuatan pengalaman sukses dari kegiatan bersama atau berbeda (saling berbagi dengan tulus). Pengalaman itu dapat sederhana seperti memberikan senyuman, bersalaman dan mengatakan hai atau hallo saat berpapasan di aula atau menanyakan pertanyaan relevan dan berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran.
Pencuri energi sering tidak mengetahui cara memperbaharui energi mereka sendiri dan karena itu berusaha mencuri energi dari orang lain. Contohnya, siswa yang merasa diabaikan atau bosan dapat berusaha mencuri energi kita dengan membuat tingkah, perilaku tidak sesuai atau perkataan yang tidak pantas.
Orang dewasa yang energinya rendah dapat mulai mengeluh dengan tanpa berusaha mencari solusi.
Sebenarnya tidak seorang pun dapat mencuri energi dari kita, kecuali jika diberi kesempatan. Sebagian besar orang sukses dapat melindungi energi mereka dari kelelahan mental. Ada perasaan keseimbangan yaitu kekuatan dalam diri yang dirasakan ketika konsentrasi. Sekolah memberikan nilai yang sangat tinggi pada perkembangan proses kognisi, rasional dan intelektual. Agar dapat aktif dan sukses terlibat pada kegiatan yang meningkatkan aspek pendidikan, kita juga perlu merasa mampu mengendalikan emosi terdalam (dapat berwujud pada menghilangkan rasa iri dengki, selalu ingin mengetahui kesalahan orang lain), perilaku dan pikiran kita (merasa berkonsentrasi). Pencuri energi dapat menarik diri menjadi tidak dapat berkonsentrasi. Dengan mengenali lingkungan pergaulan dan memahami sifat-sifat orang yang mencuri energi, kedepan kita dapat meminimalkan energi yang terserap pada kegiatan yang tidak penting.
Sumber tulisan dan gambar:
SiriNam S.Khalsa (PD&HD).
http://www.google.co.id/imghp?hl=id&tab=wi
Misalnya: Saat tenggelam dalam rutinitas sekolah, selalu menangani perilaku bermasalah yang berulang dari beragam siswa, kemudian antara teman sejawat, tanpa tahu masalah, kita dicemooh atau gara-gara beda pendapatan..teman sekantor jadi berubah..dan lain sebagainya....dari semua itu dapat membuat kita stres dan kelelahan yang terakumulasi kemudian menjadi berat...
Apa yang akan terjadi jika seseorang mengalaminya(stres berat)?
Mari menggunakan analogi kawat listrik yang terkelupas. Serabut yang terbungkus di sekitar kawat tembaga menjadi terbuka karena penggunaan yang berlebihan dan akhirnya menimbulkan arus pendek (konsleting), terputusnya sekering atau bahkan bisa terjadi kebakaran.
Salah satu sebab ausnya saraf ialah pengeluaran terus menerus adrenalin, yang dipicu oleh perasaan seperti kemarahan, ketakutan, atau kehilangan pengendalian. Pengeluaran adrenalin ini menciptakan rasa kuat yang salah (energi tubuh terserap) dan berubah menjadi stres "beracun", sehingga tubuh menjadi kehabisan energi.
Untuk bekerja, bermain, senantiasa konsentrasi dan rileksasi, kita memerlukan energi. Salah satu cara untuk melihat penyebab stres di kehidupan sekolah, ialah dengan memahami apakah orang yang berinteraksi dengan kita -siswa, orang dewasa, dan netral- itu memberi energi atau berusaha mencuri energi.
Orang yang netral biasanya disibukan dengan sesuatu dan perhatian mereka ketempat lain. Orang yang memberi energi secara aktif terlihat pada keterlibatan pembuatan pengalaman sukses dari kegiatan bersama atau berbeda (saling berbagi dengan tulus). Pengalaman itu dapat sederhana seperti memberikan senyuman, bersalaman dan mengatakan hai atau hallo saat berpapasan di aula atau menanyakan pertanyaan relevan dan berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran.
Pencuri energi sering tidak mengetahui cara memperbaharui energi mereka sendiri dan karena itu berusaha mencuri energi dari orang lain. Contohnya, siswa yang merasa diabaikan atau bosan dapat berusaha mencuri energi kita dengan membuat tingkah, perilaku tidak sesuai atau perkataan yang tidak pantas.
Orang dewasa yang energinya rendah dapat mulai mengeluh dengan tanpa berusaha mencari solusi.
Sebenarnya tidak seorang pun dapat mencuri energi dari kita, kecuali jika diberi kesempatan. Sebagian besar orang sukses dapat melindungi energi mereka dari kelelahan mental. Ada perasaan keseimbangan yaitu kekuatan dalam diri yang dirasakan ketika konsentrasi. Sekolah memberikan nilai yang sangat tinggi pada perkembangan proses kognisi, rasional dan intelektual. Agar dapat aktif dan sukses terlibat pada kegiatan yang meningkatkan aspek pendidikan, kita juga perlu merasa mampu mengendalikan emosi terdalam (dapat berwujud pada menghilangkan rasa iri dengki, selalu ingin mengetahui kesalahan orang lain), perilaku dan pikiran kita (merasa berkonsentrasi). Pencuri energi dapat menarik diri menjadi tidak dapat berkonsentrasi. Dengan mengenali lingkungan pergaulan dan memahami sifat-sifat orang yang mencuri energi, kedepan kita dapat meminimalkan energi yang terserap pada kegiatan yang tidak penting.
Sumber tulisan dan gambar:
SiriNam S.Khalsa (PD&HD).
http://www.google.co.id/imghp?hl=id&tab=wi
stress memang mengambil energi kita ya
BalasHapusbetul itu pak. kalo nangis mikirin masalah itu terus juga mengambil energi ya pak??
BalasHapusOia, bahan ulangan untuk TIK kelas XII besok apa pak?
@Lidya - Mama Pascal: menyiasati dengan mengakrabinya..menjadikan tekanan bukan hal yang menakutkan....sehingga akhirnya akan jadi netral bahkan positif...
BalasHapus@Hani Purwantiiya hani...jawabannya diblog hani aja yaa..thanks alot haney :)
BalasHapusselalu bersyukur kepada Sang Khaliq akan nikmat pemberian-NYA kan menghadirkan energi positif dalam aktifitas kehidupan yang menghalau energi negatif pemicu stress
BalasHapusharus dibawa have fun. tapi terkadang juga sulit.
BalasHapuskalau lagi stress bawaannya marah melulu
BalasHapusoke, makasih pak..
BalasHapus@BlogS of Hariyanto: yep sepakat Daeng, selalu pintar mencari kesempatan bersyukur dalam kesempitan....
BalasHapus@t h y a: salah satunya memang begitu, dibawa have fun saja...bisa sedikit mengurangi.
BalasHapus@r10: jadi salah satu ciri yg kentara sekali.
BalasHapusTerima kasih untuk blog yang menarik
BalasHapus