Diana Wardani

Akhirnya...Kisah Cinta embun pagi & Tuhan, sampai juga ketangan. Sekolah, duduk bertiga di Pos, dekat gerbang, seorang pengantar paket memberikan kepada seorang teman, saya duduk didekatnya, tapi masih tidak tahu paket untuk siapa.
Begitu tanda terima ditanda tangani....lalu disodorkan ke saya...wah agak kaget, cepat sekali dikirimnya!

Terima kasih untuk mba Diana Wardani....Bukunya sudah sampai (16 Januari) dan tadi malam sudah habis saya baca :D

"Bukunya enak dibaca, dalam proses menelusuri, saya seperti ikut berjalan dalam suatu jalan yang tenang, teduh...seraya sesekali duduk dibawah pohon. Cukup melindungi dari terik panas hari, buku kumpulan puisi ini mengingatkan saya pada kegiatan pada masa tahun 1987-an, dimana saya juga mempunyai kumpulan puisi-puisi yang sekarang larut tidak berbekas...dibawa banjir.. :D . Dalam menulis puisi (bagi yang terbiasa) akan mengalir mudah dalam mencurahkan isi hati, entah itu dimengerti atau tidak oleh orang lain, dulu saya selalu menuliskannya dengan gaya bahasa yang menurut saya sudah dapat mewakili kondisi sekitar..seperti sekelumit puisi yang masih teringat, dari kumpulan puisi yang terbuang...dibawah

....satu satu daunnya jatuh
berguguran, berserakan tidak ada arti lagi
di dalamnya manusia menyikapi.
Tetapi bagi alam, tetap ada nilai manfaat.
(dari sedikit puisi yang masih teringat)

Kondisi jaman sekarang yang serba "praktis" membuat orang tidak terlalu mempedulikan lagi gerakan dari alam, sekecil ini. Menambahkan, juga kondisi hidup yang sulit, orang-orang sibuk mencari materi untuk pemenuhan hajat hidupnya....begitu mungkin yang tersirat dari secuil puisi diatas.....

Sumber gambar: dari bukunya Diana Wardani, KCEPT Kisah Cinta embun pagi dan Tuhan dan Blog Diana-meworldwords