Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Motivasi pembuat free software

Apa sebenarnya yang diinginkan oleh pembuat free software? Dengan kata lain, apa motivasi mereka?
Bisa kita ulas dari pembuat perangkat lunak gratis di luar negeri.

Motivasi umum orang-orang menggratiskan produknya adalah motivasi untuk dikenal. Dengan arti, menggratiskan produk sebenarnya bagian penting dari pemasaran.
Tapi, tidak semua orang pembuat produk gratis memiliki motivasi yang sama, lalu apa motivasi diluar pemasaran?

Sekitar tahun 1995-1996, keberadaan Linux mulai menggema di kalangan terbatas akademisi dan praktisi TI Indonesia. Sangat tidak realistis bila tujuannya adalah pemasaran. Kalau pun kita mau mengatakan bahwa motivasinya adalah pemasaran, maka ini merupakan pemasaran yang khusus: pemasaran dengan target masyarakat akademisi.

Tapi apakah pemasaran adalah satu-satunya tujuan? Sepertinya tidak.
Richard Stallman sebagai pendiri FSF tidak menjadikan pemasaran sebagai tujuan untuk menggratiskan produk. Suatu motivasi awal dari Stallman adalah untuk mencapai kemerdekaan, merdeka untuk membuat software, sekaligus merdeka untuk menentukan lisensi dari software yang dibuat.

Banyak orang mudah menebak tentang motivasi promosi produk. Tapi masih cukup banyak orang mudah menebak tentang motivasi kemerdekaan. lebih sedikit lagi orang yang melihat motivasi dari yang akan dipaparkan dibawah:

Mencapai kemerdekaan dengan cara yang sangat radikal, menggratiskan produk, tanpa jaminan mendapat pemasukan untuk kehidupan sehari-hari, harus ditunjang motivasi kuat dari pada sekedar merdeka dalam membuat software. Motivasi apa ini?

Kesalehan. Manusia, atheis ataupun bukan, ingin merasakan saleh.Ingin merasa bahwa ia berbuat kebaikan. Dan bisa diduga bahwa kebanyakan pembuat free software, yang tanpa motivasi pemasaran adalah orang-orang yang atheis. Ini karena kebanyakan orang Eropa (dan Amerika, dalam kadar yang sedikit lebih rendah) adalah atheis.

Bila seorang atheis, sulit mendapatkan tujuan hidup dan pembenaran atas tindakannya. Jadi perlu membuat suatu "Agama" sendiri, membuat sendiri ukuran kesalehan.Kita bisa melihat betapa rumitnya situasi ini, bila kita tidak percaya Tuhan, logikanya adalah tidak percaya adanya surga dan neraka, dan tidak percaya adanya manfaat berbuat baik dan buruk.
Disinilah terjadi masalah. Di satu sisi, jelas tidak ada lagi manfaat berbuat baik dan buruk, tapi disisi lain ada naluri yang sangat mendasar untuk berbuat kebaikan (dengan pemahaman masing-masing). solusi yang dipakai adalah menegakan "filosofi" sendiri, "agama" sendiri.

Suatu filosofi akan menjadi olok-olok, bila tidak ada produknya. Anda menegakan filosofi untuk bisa membungkam, dengan eksplisit atau implisit, orang yang percaya dengan Tuhan.
Cara ampuh menegakan filosofi adalah dengan membuat produk.
Bila saya produsen perangkat lunak gratis yang sangat banyak, maka saya merasa punya senjata pamungkas saat bersama dengan orang yang percaya adanya Tuhan.
Saat tidak berdebat masalah surga dan neraka, saya bergaul biasa. Tetapi bila terjadi debat, saya keluarkan senjata pamungkas," Saya sudah berbuat baik dengan menggratiskan produk. Kamu berkhotbah tentang Tuhan, tapi tidak menggratiskan produk. Mana yang lebih baik: tidak percaya Tuhan tapi berbuat baik dengan menggratiskan produk atau percaya Tuhan tapi tidak menggratiskan produk".

Kita bisa mengganti kata menggratiskan dengan membebaskan, tetapi intinya: para atheis pembuat free software menjadikan produk mereka sebagai sarana untuk merasa baik (feeling good). Kalau ini benar, apa kita tetap pakai free software?
Pakai saja.
Terasa seperti standar ganda kalau kita memakai produk orang-orang yang tidak sejalan? Ah, itu topik yang lain lagi.

Sumber:Bernaridho I. Hutabarat

16 komentar:

  1. Mungkin buat software gratis biar terkenal kali ya sob.. Soalnya di software yg mereka buat biasanya ada nama mereka. Kalau buat beramal harusnya tidak perlu mencantumkan nama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya....implementasi dari filosofi kebebasan berekspresi dalam dunia software.
      Dari itu semua..ternyata didunia IT tidak melulu diisi dengan orang-orang yang mencari keuntungan (duit)...

      Hapus
  2. mencari Feeling Good dengan membuat software gratis...berarti ada mata rantai yang hilang dari alur kehidupan mereka..sehingga mereka mencari pelampiasan yang bersifat semu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak bisa membohongi naluri nurani yang mencari sesuatu kedamaian..ketenangan...

      Hapus
  3. artikel yang sangat menarik kawan :)

    BalasHapus
  4. itung2 beramalya buat software gratis, berbagi ilmu :)

    BalasHapus
  5. ini tentang berbagi ilmu,,

    BalasHapus
  6. terima kasih atas informasi yang bermanfaat ini, hampir satu jam saya ada disini maklum disini banyak info yang menarik, nanti bila ada waktu saya akan kembali mengunjungi blog anda lagi :D



    #Semoga Sehat Selalu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sudah mau berlama-lama...tadi juga ta sambangi...walau cuma tu follow...besok ta datangi lagi....makasih mas ^_-^

      Hapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas