Dunia mendambakan kebersamaan, namun juga mendambakan kesetaraan (equality). Tanpa kesetaraan, tidak layak disebut kehidupan. Berlaku universal, tidak terkecuali dalam bisnis (pemahaman meluas tentang jual-beli & kesetaraan).
Kerinduan akan kesetaraan dapat ditelaah lewat 5 keajaiban paralel yaitu :
Keajaiban paralel pertama, 9/11 dan 11/9. Yaitu runtuhnya WTC di Amerika serikat pada 11 September 2001, berkaitan dengan soal ketidaksetaraan kekuasaan. Dan satunya rubuhnya Tembok Berlin di Jerman pada 9 nopember 1989, berkaitan tentang ketidaksetaraan mobilitas.
Keajaiban Paralel kedua, tentang PC dan CP ( Personal computer dan cellular phone).
Keajaiban paralel ke tiga, May 13 th and May 13 th. Ini menimpa Indonesia pada tahun 1998 dan Malaysia pada tahun 1969, “ Kerusuhan antar etnis yg berakar dari kelabilan politik dan kesenjangan ekonomi yang berlarut-larut”.
Keajaiban paralel keempat, Old Japan and Old China.
Keajaiban paralel ke lima, Prophet M and Prophet M, Yaitu Nabi Musa dan Nabi Muhammad. Kendati keduanya hidup beda zaman, keduanya sama-sama merenung tentang Tuhan, sama-sama mendapat pencerahan dari Tuhannya, menyerukan monotheisme, sama-sama dibekali kitab suci, sama-sama dimusuhi penguasa ketika dakwah, sama-sama menjalani hijrah. Terpenting, sama-sama memperjuangkan kesetaraan. Nabi Musa memperjuangkan para budak, Nabi Muhammad memperjuangkan harkat dan martabat kaum wanita.
5 keajaiban paralel menyiratkan pesan yang sama, yaitu kesetaraan. Hendaknya dijadikan kebijakan -pengembangan yang tak ternilai bagi pelaku bisnis. Bila diabaikan? Ketidaksetaraan yang berlebihan akan jadi pencetus pihak lain untuk meratakannyanya-cepat atau lambat, mungkin juga melalui kekerasan.
Dalam berinteraksi, sesama pelaku bisnis harus meniscayakan kesetaraan. Apakah hubungan jual-beli, produsen–konsumen, pemborong-pengecer, franchisor-franchisee, pengusaha-pekerja, atasan-bawahan atau status lainnya.
“ Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, berbisnis sama untung”
Jika angkuh terhadap partner, mengekang pekerja, diskriminasi pada bawahan, menindas konsumen, pasti cepat atau lambat akan hancur.
Sumber belajar:IPPHO SANTOSA
Gambar:http://www.flexmedia.co.id
Kerinduan akan kesetaraan dapat ditelaah lewat 5 keajaiban paralel yaitu :
Keajaiban paralel pertama, 9/11 dan 11/9. Yaitu runtuhnya WTC di Amerika serikat pada 11 September 2001, berkaitan dengan soal ketidaksetaraan kekuasaan. Dan satunya rubuhnya Tembok Berlin di Jerman pada 9 nopember 1989, berkaitan tentang ketidaksetaraan mobilitas.
Keajaiban Paralel kedua, tentang PC dan CP ( Personal computer dan cellular phone).
Keajaiban paralel ke tiga, May 13 th and May 13 th. Ini menimpa Indonesia pada tahun 1998 dan Malaysia pada tahun 1969, “ Kerusuhan antar etnis yg berakar dari kelabilan politik dan kesenjangan ekonomi yang berlarut-larut”.
Keajaiban paralel keempat, Old Japan and Old China.
Keajaiban paralel ke lima, Prophet M and Prophet M, Yaitu Nabi Musa dan Nabi Muhammad. Kendati keduanya hidup beda zaman, keduanya sama-sama merenung tentang Tuhan, sama-sama mendapat pencerahan dari Tuhannya, menyerukan monotheisme, sama-sama dibekali kitab suci, sama-sama dimusuhi penguasa ketika dakwah, sama-sama menjalani hijrah. Terpenting, sama-sama memperjuangkan kesetaraan. Nabi Musa memperjuangkan para budak, Nabi Muhammad memperjuangkan harkat dan martabat kaum wanita.
5 keajaiban paralel menyiratkan pesan yang sama, yaitu kesetaraan. Hendaknya dijadikan kebijakan -pengembangan yang tak ternilai bagi pelaku bisnis. Bila diabaikan? Ketidaksetaraan yang berlebihan akan jadi pencetus pihak lain untuk meratakannyanya-cepat atau lambat, mungkin juga melalui kekerasan.
Dalam berinteraksi, sesama pelaku bisnis harus meniscayakan kesetaraan. Apakah hubungan jual-beli, produsen–konsumen, pemborong-pengecer, franchisor-franchisee, pengusaha-pekerja, atasan-bawahan atau status lainnya.
“ Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, berbisnis sama untung”
Jika angkuh terhadap partner, mengekang pekerja, diskriminasi pada bawahan, menindas konsumen, pasti cepat atau lambat akan hancur.
Sumber belajar:IPPHO SANTOSA
Gambar:http://www.flexmedia.co.id
Jadi berpasang-pasangan gitu ya sob :)
BalasHapusiya ^_^, sebetulnya kalau dapat dipahami secara luas, kesetaraan merata kesemua segi kehidupan. Dalam bergaul saja jika kita selalu diperlakukan seperti "orang yang mesti diberi nasehat" diminta atau tidak diminta, akan membawa keretakan dalam hubungan.
BalasHapusAda seseorang yang selalu membawa "ruang kelas kemana saja dia berada-semua orang dianggap siswanya" berakibat menjadi sok bijak, sok memberi nasehat tanpa melihat kondisi dan perlu atau tidaknya, dan yang konyol dia tidak peduli diminita atau tidak....
tergantung orangnya mungkin ya pak, ada yang menyetarakan tapi ada yang menganggap rendah
BalasHapusiya tergantung sifatnya...
Hapus9/11 dan 11/9 aku baru sadar bisa dibalik gitu
BalasHapusIntinya enggak ada kejadian yang kebetulan.. Angka-angka itu bukan kebetulan tapi memang sudah tertulis di Lauh Mahfudz
BalasHapuskunjungan perdana sobat, sambil baca2 :)
BalasHapusvisit n koment back ya dblogq :)
skalian follow blogq y nanti ak folback
Yap, setuju bgt bahwa kesetaraan itu terletak pada semua segi, bisa menjadi suatu keeimbangan hingga berdampak pada kelanjutannya.
BalasHapus.. emmmmm,, aq numpank tampank aja dech pak guru. he..86x ..
BalasHapusiya gpp, asal sudah mandi khan?? o_O
Hapus