Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Teologi Al-Maa'uun

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
orang-orang yang berbuat riya,
(riya;adalah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran masyarakat)
dan enggan (menolong dengan) barang berguna,
(sebagian mufassirin mengartikan,enggan membayar zakat).
Surah Al-Maa'uun:7 ayat.
***
Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah kabarnya sedang menyusun secara mendasar dan artikulatif Teologi al-Maa’uun, suatu teologi pemihakan kepada kaum miskin, terlantar, tertindas, terpinggirkan, dan kepada anak yatim yang jumlahnya cukup masif di Indonesia sampai sekarang ini. Professor Ahmad Syafii Maarif menyambut dengan penuh kegembiraan upaya tarjih ini, karena Muhammadiyah memang belum pernah menulis sebuah risalah yang komprehensif tentang kaitan antara doktrin tauhid dan pembelaan terhadap golongan tertindas dan lemah ini, baik secara sosial ekonomi maupun dari sisi iman dan pendidikan.

Kiai Haji Ahmad Dahlan (1868-1923), pendiri Muhammadiyah pada 8 Dzulhijjah 1330/18 November 1912, pernah membuat murid-muridnya bertanya-tanya keheranan saat memberi pelajaran tafsir. Ketika menafsirkan surah al-Ma’un (Alquran surah 107) secara berulang-ulang tanpa diteruskan dengan surah surah lain, Dahlan sebenarnya sedang menguji kepekaan batin para muridnya dalam memahami Alquran, apakah sekadar untuk dibaca atau langsung diamalkan.

Baru para murid itu paham bahwa Alquran tidak saja menyangkut dimensi kognitif, tetapi sekaligus sebagai pedoman bagi aksi sosial. Mulailah para murid itu mencari orang-orang miskin dan anak yatim di sekitar Yogyakarta untuk disantuni dan diperhatikan. Maka, berdirinya Panti-Panti Asuhan dan Rumah Sakit PKU tahun 1923 adalah salah satu perwujudan dari aksi sosial ini.

Rumah sakit ini yang semula bernama PKOE (Penolong Kesengsaraan Oemoem) itu kini telah berkembang menjadi 500 unit, besar berupa rumah sakit dan kecil berupa klinik yang bertebaran di seluruh nusantara. Salah seorang murid itu bernama Muhammad Syudja, pengusul pendirian PKOE yang semula ditentang dan di lawan habis-habisan oleh para ulama dan umat Islam pada umumnya karena dinilai telah meniru praktik Belanda Kristen yang telah mendirikan rumah sakit.

Ahmad Dahlan adalah seorang liberal dalam arti tidak takut merayakan kebebasan dalam mencari hikmah dari manapun asalnya atau meniru pihak lain bagi kepentingan agama. Menghadapi perlawanan itu pemuda Syudja tidak surut selangkah pun. Bahkan, malah menjawab tantangan itu dengan ungkapan,"Hum rijal wa nahnu rijal" (mereka laki-laki, kita pun laki-laki). Dengan sikap tegas ini, Muhammadiyah telah melaksanakan sisi praksisme dari Teologi al-Ma’un.

Bayangkan, mendirikan rumah sakit saja ketika itu diharamkan. Apa yang kini sedang dirumuskan oleh Majelis Tarjih tentang teologi pembebasan itu, sekalipun harus menanti satu abad lebih dulu, harus kita beri penghargaan yang tinggi, karena kesadaran umat Islam tentang perlunya teologi keberpihakan kepada mereka yang tertindas tidak selalu tajam, padahal Alquran, khususnya surah-surah Makkiyah (wahyu yang turun pada periode Makkah) dengan sangat gamblang memberi isyarat keras untuk melangkah ke arah itu.

Surah al-Ma’un hanyalah salah satu di antara surah-surah Makkiyah. Surah ini tidak tanggung tanggung mengategorikan sebagai pendusta terhadap agama mereka yang tidak peduli atas nasib anak yatim dan orang miskin. Rupanya Ahmad Dahlan telah menangkap isyarat Alquran itu sehingga kajian tafsirnya perlu diulang-ulang sampai para muridnya paham betul tentang apa tujuan pengulangan itu.
***
Itulah sekelumit suasana beragama di kampung Kauman, Yogyakarta, pada awal 1920-an. Professor Ahmad Syafii Maarif, merasa fenomena serupa dapat ditemukan di mana-mana di seluruh dunia Islam ketika itu. Agama itu tidak lebih dari seremoni dan ritual dalam format ibadah dalam makna yang sangat sempit. Adapun perlunya pembelaan kepada mereka yang tertindas dan terpinggirkan tidak dipandang sebagai bagian yang menyatu dengan keberagamaan seorang Muslim.

Jika demikian halnya, tidaklah mengherankan benar mengapa ada umat Islam, seperti Tan Malaka, Haji Misbach, dan Alimin, menjadi Marxis atau bahkan komunis karena di dalamnya ditemukan doktrin-doktrin radikal revolusioner tentang pembebasan manusia dari ketertindasan itu. Professor Ahmad Syafii Maarif berharap, Majelis Tarjih berhasil menyusun sebuah risalah yang lebih radikal dibandingkan dengan Teologi Pembebasan yang telah lama dikembangkan teolog Katolik di Amerika Latin.

Dengan cara ini umat Islam Indonesia akan menyadari dirinya sebagai pendusta jika anak yatim dan orang miskin dibiarkan berkeliaran seperti yang kita saksikan di mana-mana sekarang ini, baik di kota maupun di kawasan pedesaan. Apa yang telah ditangani Muhammadiyah bersama dengan banyak gerakan lain dan Kementerian Sosial dengan panti-panti sosialnya sama sekali belum mampu mengatasi masalah sosial yang akut dan berat ini.

Islam adalah agama yang pro orang miskin, tetapi sekaligus anti kemiskinan, karena kemiskinan itu harus bersifat sementara.

Sumber: REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Ahmad Syafii Maarif

10 komentar:

  1. Saya Alhamdulillah bersahabat dengan teman-teman yang punya ide untuk menyantuni anak Yatim semampunya. Dulu nangis waktu nonton film Sang Pencerah. Dunia sekarang memang penuh dengan gadget terbaru, mobil mewah, rok mini. Bahkan ada kelompok sibuk beribadah melupakan sedekah untuk lingkungan sekitar. Semoga Indonesia mempunyai pemimpin yang istiqomah ke depannya

    BalasHapus
  2. alangkah indahnya uamg sedekah masjid di berikan untuk hal yg bermanfaat, misalnya menyantuni anak yatim

    jadi uang umat jgn dibelanjakan untuk menghias masjid :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga berpendapat, meski tidak dilarang memegahkan bangunan masjid, tapi alangkah lebih baiknya bila sekian persen dari sedekah yang masuk dialokasikan untuk anak yatim dan warga miski di sekitar masjid. Jika ini diperhatikan oleh setiap panitia ataupun remaja masjid, dengan banyaknya masjid yang ada di tengah-tengah masyarakat, insya Allah problem kemiskinan bisa lebih cepat diatasi.

      Hapus
  3. Semoga kita jauh dari sifat yang buruk.. Selamat Idul Fitri ya.. Mohon maaf lahir batin

    BalasHapus
  4. dalam surah itu terlebih dahulu dibahas anak yatim, orang miskin baru tentang sholat.
    Barangkali Allah menentukan prioritas seperti itu buat kaum muslim

    BalasHapus
  5. Oh ya mumpung masih suasana lebaran........

    Selamat Hari Raya Idul Fitri
    Minal Aidin Wal Faidzin
    Maaf Lahir Bathin

    BalasHapus
  6. salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
    Bersabarlah dalam bertindak agar membuahkan hasil yang manis.,.
    ditunggu kunjungan baliknya gan .,.

    BalasHapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas