Iman adalah pondasi paling dasar dalam beragama, walau orang yang beriman (dalam tanda kutip), kemudian hanya menjadikannya sebagai simbol/formalitas tidaklah bisa disebut orang yang beragama dalam arti yang sesungguhnya.
Biasanya mereka cukup dengan mencantumkan label islam dalam KTP dan penampilan.
Seperti pernah diulas dalam artikel terdahulu, dalam Warna Orang Beragama, Agama sering dibajak (hijacked) oleh pemeluknya sendiri. Salah satu bentuk hijacking terhadap agama itu ialah jika para pemeluknya menjadi lebih mementingkan bentuk dari pada isi, simbol dari pada substansi.
Berislam dengan bentuk demikian bukanlah yang dimaksud oleh Allah dalam kalam-Nya. Karena islam itu bermakna proses berserah diri hanya kepada Allah Tuhan Semesta Alam.
Beriman bukan seremonial dan formalitas, Berislam harus merasuk ke dalam jiwa, menjadi sebuah kepahaman dan berujung pada keyakinan tak tergoyahkan – haqqul yaqin.
Keimanan adalah sebuah kepahaman utuh untuk menindak-lanjuti syahadat yang sudah kita ikrarkan. Kebulatan tekad yang dilandasi oleh kesadaran, bukan keterpaksaan. Bahwa bertuhan itu hanya kepada Allah. Dan caranya, adalah mengikuti Rasulullah SAW. Tidak ada yang lain. Untuk memperoleh kemantapan iman yang sedemikian itu, perlu proses panjang dalam memahamkannya, sehingga benar-benar menghujam ke dalam jiwa. Masuk ke dalam relung-relung hati yang paling dalam, sebagaimana diceritakan ayat di atas.
Seseorang yang sudah mengimani Kebesaran Allah, misalnya, dia tidak akan menjadi sombong dalam kesehariannya. Cara bergaulnya ramah dan rendah hati, tidak mengecilkan peran orang lain, tidak menjadi "tukang provokasi" -provokator dalam pergaulan-mempengaruhi orang lain untuk menghina, merendahkan, memfitnah orang lain. Terlebih lagi kalau mengajak untuk berbuat durjana.
Tampilan dalam diri hendaklah jangan dimanipulasi (kamuflase-munafik), didepan "tersenyum-bersahabat" tetapi dibelakang menghunjam pisau belati.
Karena apa? Ia sudah memahami betapa kecil dan kerdil dirinya dibandingkan Sang Maha Besar. Demikian pula orang yang sudah mengimani bahwa Allah Maha Pemurah, dengan sendirinya ia akan menjadi seorang yang dermawan kepada sesama, meniru sifat-sifat-Nya. Nilai-nilai keimanannya teraplikasi dalam kehidupan nyata. Inilah yang disebut sebagai Takwa itu.
Dan juga hasil sebenarnya (akumulasi dari berhasilnya)mendirikan Sholat, menunaikan Zakat, Puasa dan ibadah-ibadah lain. Bukan cuma tampak dimata sesama manusia...tetapi lebih kepada menginginkan pengakuan Allah Semesta.
Semoga manfaat....selamat merayakan kemenangan Mohon maaf lahir bathin...
Biasanya mereka cukup dengan mencantumkan label islam dalam KTP dan penampilan.
Seperti pernah diulas dalam artikel terdahulu, dalam Warna Orang Beragama, Agama sering dibajak (hijacked) oleh pemeluknya sendiri. Salah satu bentuk hijacking terhadap agama itu ialah jika para pemeluknya menjadi lebih mementingkan bentuk dari pada isi, simbol dari pada substansi.
Berislam dengan bentuk demikian bukanlah yang dimaksud oleh Allah dalam kalam-Nya. Karena islam itu bermakna proses berserah diri hanya kepada Allah Tuhan Semesta Alam.
"Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena IMAN itu BELUM MASUK ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun amalanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [QS. Al Hujuraat: 14]"
Beriman bukan seremonial dan formalitas, Berislam harus merasuk ke dalam jiwa, menjadi sebuah kepahaman dan berujung pada keyakinan tak tergoyahkan – haqqul yaqin.
Keimanan adalah sebuah kepahaman utuh untuk menindak-lanjuti syahadat yang sudah kita ikrarkan. Kebulatan tekad yang dilandasi oleh kesadaran, bukan keterpaksaan. Bahwa bertuhan itu hanya kepada Allah. Dan caranya, adalah mengikuti Rasulullah SAW. Tidak ada yang lain. Untuk memperoleh kemantapan iman yang sedemikian itu, perlu proses panjang dalam memahamkannya, sehingga benar-benar menghujam ke dalam jiwa. Masuk ke dalam relung-relung hati yang paling dalam, sebagaimana diceritakan ayat di atas.
Seseorang yang sudah mengimani Kebesaran Allah, misalnya, dia tidak akan menjadi sombong dalam kesehariannya. Cara bergaulnya ramah dan rendah hati, tidak mengecilkan peran orang lain, tidak menjadi "tukang provokasi" -provokator dalam pergaulan-mempengaruhi orang lain untuk menghina, merendahkan, memfitnah orang lain. Terlebih lagi kalau mengajak untuk berbuat durjana.
Tampilan dalam diri hendaklah jangan dimanipulasi (kamuflase-munafik), didepan "tersenyum-bersahabat" tetapi dibelakang menghunjam pisau belati.
Karena apa? Ia sudah memahami betapa kecil dan kerdil dirinya dibandingkan Sang Maha Besar. Demikian pula orang yang sudah mengimani bahwa Allah Maha Pemurah, dengan sendirinya ia akan menjadi seorang yang dermawan kepada sesama, meniru sifat-sifat-Nya. Nilai-nilai keimanannya teraplikasi dalam kehidupan nyata. Inilah yang disebut sebagai Takwa itu.
Dan juga hasil sebenarnya (akumulasi dari berhasilnya)mendirikan Sholat, menunaikan Zakat, Puasa dan ibadah-ibadah lain. Bukan cuma tampak dimata sesama manusia...tetapi lebih kepada menginginkan pengakuan Allah Semesta.
Semoga manfaat....selamat merayakan kemenangan Mohon maaf lahir bathin...
Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beriman
BalasHapus^^ benar-benar bermanfaat, semoga bisa jadi renungan..
BalasHapusmohon maaf lahir dan batin juga pak
BalasHapusiman itu tidak hanya sebatas ktp, tapi juga mempratekkan apa yg Allah dan rasul-Nya ajarkan
BalasHapusSealamat Hari Raya Idul Fitri pak
BalasHapusMinal Aidin Wal Faidzin
Semoga bisa membiasakan, "hari ini lebih baik dari kemarin", hehe
BalasHapusaamiin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
BalasHapusketika akhir Ramadhan berlalu berganti fajar Syawal, izinkanlah saya mengucapkan salam dan doa,
Taqobalallahu minna wa minkum wa ja'alanallahu minal aidin wal faizin
Semoga ALLAH menerima amalan-amalan yang telah aku dan kalian lakukan ,
dan semoga ALLAH menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah dan mendapat kemenangan,
SELAMAT MERAYAKAN HARI RAYA KEMENANGAN IDUL FITRI,
bila ada salah dan khilaf selama ini, baik yang disengaja atau tidak disengaja, mohon dimaafkan lahir dan bathin,
Wassalam
ilmu, iman dan amal... maaf lahir batin
BalasHapussalam sahabat
BalasHapusluar biasa postingannya sangat bermakna
Sangat bermanfaat, menjadi renungan kita bersama
BalasHapusbagus untuk bahan introspeksi dan permenungan diri ya...:)
BalasHapussalam kenal dan sukses slalu ya
BalasHapussalam kenal ya
BalasHapus