Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Para pemuja

para pemuja-seperti berjalan dalam hitam
Para pemuja, entah apa saja yang dipuja. Secara jelas ada kecenderungan untuk berlebihan. Ini terbukti dengan melihat banyak kakus, para pemuja selalu berusaha membenarkan segala perilaku pujaannya, biar itu nyeleneh atau salah sekalipun.
Tidak hanya subyektif untuk membenarkan obyek pujaannya, paling mendasar adalah melakukan pembenaran dengan tindak tanduknya sendiri yang bertanduk (syetan).
***
Sikap sangat memuja bisa dijumpai pada ABG ababil ( ma'afs yah para abg), ..sering tertawa, kalau membaca beberapa kicauan para abg di akun-akun jejaring sosial. Sangat frontal dalam membela sang artis pujaannya, jika ada kritikan atau cuma pendapat tentang masalah yang dihadapi si selebrutu pujaan.
Biar bagaimanapun, apapun, dan sebagaimanapun ^_^....ga ada kata mundur, maju trusss membela si idolll.
Mau dia tersangka korupsi, pelecehan seksual, berzzzinah atau serba puuun sekalipun..weleh.

Yang cukup lucu dari gaya pemujaan ini dilihat dari para pelaku-secara harfiah memang ini sifat dari abg- tetapi nyatanya banyak juga orang dewasa yang menyaru, berpolah samahhhh..yeach.

Bahkan bisa lebih "canggih" dalam pembelaannya,"Atas nama Undang-undang !" - "Demi hukum dan praduga tidak bersalah!" - dan semua ilmu dikeluarkan lewat ke-minteran berbicara.
***
Para pemuja, tidak hanya diranah selebrutu seni, juga tokoh ulama dan politikus, kerap menempatkan/ditempatkan spesial di hati para pemuja.

Melihat sosok, mungkin jangan cuma dari penampilan. Atau dari kecerdasan dan kesuksesan DOANG. Tapi coba lihat secara proporsional dari perilaku keseharian.

Kita hidup dalam tatanan siklus yang cukup kompleks dan rumit, peran yang religiuslah sebagai pembantunya dalam memudahkan aturan hidup agar teratur.

Dan jangan terjebak mengikuti alur keras hidup dari lingkungan. Jika tidak bisa menahan diri untuk ber idealism karena faktor diatas, bersegera untuk berhijrah dalam ikhtiar adalah keniscayaan.

Memuja atau pemujaan, bisa dikatakan sebagai pelarian-sadar atau tidak- ditengah tekanan hidup, orang secara naluri mencari pelepasan..salah satunya dengan menjadi pemuja "sesuatu".

Ini masih setengah fiksi
Gambar:http://id.wallpapersus.com

6 komentar:

  1. kalau sudah memuja sesuatu biasanya susah untuk dikasih masukkan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. seperti ban gundul.....glinding trus...ngesot sana sini...stopnya pas nabrak...

      Hapus
  2. Itu namanya fanatik buta ya.. Memuja berlebihan bisa berbahaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. aryadevi media belajar siswa29 Maret 2013 pukul 00.15

      iya ^_^ bisa disebut juga ban buta.....

      Hapus
  3. Giliran sukses di puja puja
    udah lengser di benci..

    BalasHapus
  4. Penggunaan kata pemuja sepertinya berkonotasi negatif. Sebaiknya gunakan saja kata para penggemar. Memang kecenderungannya ketika menjadi penggemar berat seseorang, maka akan tertutuplah logika sang penggemar. Ia tidak akan pernah mempercayai bahwa yang ia gemari melakukan kesalahan.

    Akal sehat sudah dikalahkan..

    BalasHapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas