Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Sekolah bergaya hijau

sekolah bergaya hijau
Tidak ada yang tidak bisa diimprovisasikan sebenarnya, jika ada kemauan. Inovasi, pengembangan dalam kurikulum disemua materi pendidikan untuk masalah lingkungan hidup dapat diintegrasikan.

Sekolah bergaya hijau, diberi judul yang mirip dengan artikel "gaya hijau konsumen" yang pernah diposting di blog ini (6/5/2011), mengenai lingkungan hidup, dapat diterapkan dengan berbagai pola, seperti misalnya:
"Menghemat penggunaan kertas dan tinta; Pengguna bisa berbuat lebih jauh dengan meminimalisasi penggunaan bahan-bahan lain yang bisa dicari alternatifnya yang lebih ramah lingkungan.
Misal, dengan menggunakan halaman kosong dari kertas bekas untuk mencetak dokumen yang tidak terlalu penting, atau bahkan tidak mencetaknya sama sekali dan membaca versi elektroniknya.

Alternatif lain adalah dengan mencari versi elektronik dari media yang biasanya berbentuk cetak. Sekarang ini sudah banyak koran yang memiliki versi elektroniknya. Sedang untuk buku, selain versi dokumen elektronik sudah banyak juga versi audio book-nya.
Berkurangnya proses pencetakan dokumen juga akan otomatis mengurangi penggunaan tinta pada printer.

Kita juga bisa menggunakan ulang container/catridge tinta dengan sistem isi ulang.
Di sekolah (yang mau bergaya hijau), secara nyata dapat diterapkan (salah satunya): para guru saat proses pembelajaran dapat memberikan materi ke siswa dengan selalu memberikan tugas dalam bentuk bukan hasil tercetak (saat pengumpulan tugas), tapi dibiasakan dengan bentuk digital / dokumen elektronik,yang dikemas dalam CD / DVD atau media penyimpan lainnya".
Dan masih banyak hal lain yang dapat diterapkan demi gaya hijau sekolah ini.
***
Agenda lingkungan hidup kini sudah menjadi agenda internasional di segala bidang, baik politik, perdagangan, industri dan lain-lain. Agenda ini muncul dan semakin menguat karena kesadaran lingkungan kini semakin merata justru karena kekhawatiran yang semakin besar dengan terancamnya kualitas bumi kita sebagai satu-satunya tempat hidup di alam semesta. Memasuki abad ke-21, menyitir kembali John Naisbitt, sebenarnya kita sedang memasuki zaman lingkungan, tepatnya era restorasi lingkungan yang didasari oleh cinta pada bumi dan segenap kehidupan di dalamnya.

Mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan merupakan komitmen sekolah secara sistematis yang mengembangkan program-program untuk menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah. Tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana pembelajaran bagi seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan berprilaku ramah lingkungan. Pemberian pengetahuan dan pembentukan kesadaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat dirasa sangat efektif ketika dilakukan pada siswa sejak di bangku sekolah dasar. Lingkungan Sekolah yang kondusif sangat diperlukan agar tercipta proses pembelajaran yang bermutu.

Sekolah Berbudaya Lingkungan (adiwiyata) perlu mendapat perhatian kita semua, alasannya sederhana, “Bumi kita semakin rusak” lingkungan tempat kita berada sudah tidak lagi memberikan rasa nyaman. Siapakah yang merusak Bumi ini, jangan sepenuhnya menyalahkan pihak lain atau orang lain, kita pun terlibat di dalamnya (silahkan renungkan sendiri). Siapa yang harus memperbaiki lingkungan? Memahami makna sekolah berwawasan lingkungan yang seharusnya adalah berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan sekolah yang kondusif, ekologis, lestari secara nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal.

Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Dalam pelaksanaannya Kementrian Negara Lingkungan Hidup bekerjasama dengan para stakeholder, menggulirkan Program Adiwiyata ini.

Sumber, sebagian dari :
Ibu Ida Rianawaty, Guru IPA Biologi Dinas Pendidikan Kota Magelang
Gambar:http://sepatuukacaa.wordpress.com

20 komentar:

  1. mungkin gak ya pak nantinya PR dikirim via email jadi gak perlu beli buku tulis :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aryadevi sudut kelas media belajar21 Januari 2013 pukul 15.26

      sangat mungkin bu, ini sudah saya terapkan pada siswa, mereka mengirimkan tugas-tugasnya via email...dan tambahan lagi mereka saya "paksa" membuat blog, motivasi untuk belajar menulis dan membaca.

      Hapus
    2. Wah...bagus itu. salut sama bapak yang satu ini. Salam kenal pak ^_^

      Hapus
  2. Sekolah yang hijau karena banyak tanamannya tentu berpengaruh pada proses belajar lebih seger dan menyenangkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aryadevi sudut kelas media belajar21 Januari 2013 pukul 15.29

      iya secara harfiah begitu, memandang yang hijau-hijau memang segar, asal jangan menjadi ungkapan "melihat rumput tetangga lebih segar" atau "pagar makan tanaman"... he he he he.... ^_^

      Hapus
  3. wah boleh juga nanti dipraktekkan ini untuk anak-anak... tapi di desa sih jadi internet belum banyak

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenarnya banyak pola bisa dilakukan sobat pay ^_^..untuk berbasis lingkungan banyak bisa diangkat....tentang sampah, tanaman obat, dll....salam pay

      Hapus
  4. wah smstinya ini droadshow kan ke sluruh skolah2 diIndonesia pak...pasti smangat bljar anak2 akan mningkat pesat

    BalasHapus
  5. sudut kelas media belajar siswa22 Januari 2013 pukul 17.01

    sudah, karena Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup

    BalasHapus
  6. nanti bisa jadi akan tiba jaman dimana murid/guru belajar/mengajar pakai smartphone/tablet :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, perlahan namun pasti perubahan kearah itu...dituntut kemandirian, kejujuran dari sisi pengguna (siswa/mahasiswa) dan infrastruktur yang memadai dan power full!!!!!!!..yeah o__O... >__<

      Hapus
  7. sebenarnya ini program bagus, tapi masih banyak sekolah yang belum menerapkannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. aryadevi sudut kelas media belajar22 Januari 2013 pukul 20.24

      iya, dari sisi sarana sekolah (teknologi) banyak yang kurang, tapi dari sisi lain yang kearah lingkungan hidup, pelestarian alam...banyak yang bisa dilakukan ..semua sekolah.

      Hapus
  8. Mudah2an sekolah berwawasan hijau nanti gak harus masuk sekolah tiap hari. Untuk mengurangi carbon dari kendaraan yg mengantar siswa ke sekolah. Belajar dirumah tapi hasilnya terukur, seperti bikin PR. MIsalnya saat sekolah dirumah, anak2 disuruh berbuat sesuatu bagi lingkungan yang reportnya mereka submit ke sekolah

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah benar sekali itu mba, tapi kaitannya akan menjalar kemana-mana....diperlukan infrastruktur yang stabil, sumber daya manusia dan modal, diharapkan lagi biaya pendidikan semua ditalangi pemerintah, kesadaran bahwa pentingnya belajar, kejujuran dan seterusnya...

      Hapus
  9. Salam kenal ya, namun bagaimana dengan efek penggunaan versi elektronik apakah tidak akan berlawanan dengan konsep Go Green.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih untuk Sagala ^_^.
      Dari sisi mana kita berdiri? dari semakin kompleksnya hidup?
      Secara optimis tetap mencari peluang dan mengambilnya untuk berjuang, walau tidak frontal.
      Memaknai hidup dengan tetap mengupayakan harga kepada hasil teknologi.

      Hapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas