Cari Artikel di blog Media Belajar Siswa

Loading
Untuk mencari artikel cukup ketikan kata kunci dan klik tombol CARI dengan mouse -Jangan tekan ENTER.

Terlalu hingga berlebih

atheist
Terlalu bangga dengan keahlian...atau kalimatnya saya ganti: bangga dengan keahlian dan kemudian menerapkannya untuk orang banyak, itu bagus dan sangat mulia.
Berbeda jika terlalu bangga dengan keahlian dan kemudian merendahkan bidang orang lain, memandang segala dari sisi komersil melulu, diri minta dihargai dengan "materi" dalam setiap implementasinya.
***
Secara tersirat dapat saya tangkap, setiap ngobrol dengan siswa, masih membekas mainstream mereka tentang dunia sains, yang berbau techhnolooghhii (pengucapannya agak didramatisir).
Bahwa ada gengsi tersendiri untuk dunia MIPA, Komputer dan lainnya yang ber-genre...yaaah begitulah (sama).
***
Jika kecenderungan terlalu besar untuk memandang berlebih dan meremehkan orang lain, ini ..yaa pasti kembali pada perilaku setiap individu (bukan oknum tentunya, karena pelakunya banyak dan tidak tepat disebut oknum).
Jika..hm lagi lagi jika...demikian tidak ubahnya seorang atheis yang terlalu-keterlaluan-bangga dengan "teknologi"-hingga menuhankannya.

***
Pada masalah kesalehan manusia, atheis ataupun bukan, ada keinginan mendasar untuk merasakan saleh. Ingin merasa bahwa ia harus berbuat kebaikan. (nah ini satu point untuk orang atheis-..jadi?..apa harus jadi seorang atheis?)
Tentu tidak, karena seperti perahu terbalik jika membenarkan paham atheis.
Yang jadi pokok adalah pada kata "berlebihan", jika..hm, setiap sesuatu pasti ada takarannya, dan jika berlebih maka akan berakibat tidak baik.
***
Bila seorang atheis, sulit mendapatkan tujuan hidup dan pembenaran atas tindakannya. Jadi perlu membuat suatu "Agama" sendiri, membuat sendiri ukuran kesalehan.Kita bisa melihat betapa rumitnya situasi ini, bila kita tidak percaya Tuhan, logikanya adalah tidak percaya adanya surga dan neraka, dan tidak percaya adanya manfaat berbuat baik dan buruk.
Disinilah terjadi masalah. Di satu sisi, jelas tidak ada lagi manfaat berbuat baik dan buruk, tapi disisi lain ada naluri yang sangat mendasar untuk berbuat kebaikan (dengan pemahaman masing-masing). solusi yang dipakai adalah menegakan "filosofi" sendiri, "agama" sendiri.

Itu masalah untuk yang atheis, tentu ini berbeda untuk yang sudah menganut suatu agama. Jangan sampai paham-aqidah agama-ditanggalkan saat berperilaku di profesi masing-masing.
"Nak, agama jangan digadaikan hanya untuk masalah dunia," begitu kata guru bijak, tambahnya lagi,"Agama itu sebuah jalan yang lurus walau banyak kerikil tajam, tapi jangan salah jalan nantinya, jangan tergoda berjalan di jalur lain, walau licin mulus tapi bengkok".

Gambar:http://baltyra.com

9 komentar:

  1. wah, aku setuju banget sob dengan tulisan pembukanya, masalahnya pernah aku alami sendiri.
    Janganlah meremehkan keahlian orang lain, jangan merendahkan keahlianku, pikirku dalam hati.

    belum tentu juga keahlianku bisa dikerjakan oleh kamu, pikirku lebih lanjut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saling menuangi kesetiap wadah keperluan...salam blog happy

      Hapus
  2. Menjadi pandai bukan berarti harus meremehkan.. Sombong itu sifat yang dibenci Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aryadevi media belajar siswa6 Maret 2013 pukul 13.12

      salam hangat mas fb...

      Hapus
  3. saya sepakat sekali dengan pendapatnya, kalo kita meremehkan itu berarti bukan manusia, karena manusia itu saling menghormati, dan saya sendiri orang MIPA, dan saya juga orang Statistika, tidak ada ceritanya dengan statistika saya bisa menemukan TUhan dan tidak ada jaminan juga dengan saya menjadi orang MIPA saya tidak bisa mati.

    BalasHapus
  4. berkunjung nih sob.. :D
    aku lupa apa aku perdana ya disini??

    BalasHapus
  5. ingat masih banyak yang lebih pintar, jadi jangan sombong gitu kan pak :)

    BalasHapus
  6. bener sob .. kita tidak boleh mengenyampingkan unsur agama dalam setiap tindak tanduk hidup kita .. karena agama justru merupakan pedoman hidup yang harus kita terapkan dalam setiap sendi kehidupan kita ...

    BalasHapus
  7. awalnya bingung kenapa judul, intro dan gambar seperti gak matching.. ternyataa..

    BalasHapus

(Terima kasih sudah mau berkunjung ke Blog Arya-Devi sudut kelas media belajar siswa)
Komentar Anda sebagai masukan berharga dan juga sebagai jalinan interaksi antar pengguna internet yang sehat. Dan jika berkenan mohon dukungannya dengan meng-klik tombol G+.

Jika berkenan dengan artikel di Blog ini,Mohon dukungan dengan klik G+ di Aryadevi Sudut Kelas